sixteen (end)

176 16 0
                                    

Pagi hari di kediaman Seo, para pekerja sudah sibuk menyiapkan sarapan, sementara Felix menyiapkan bekal untuk Kevin. Kevin sudah berumur 7 tahun dan ini adalah tahun ajaran barunya duduk di sekolah dasar. Kevin asyik memakan roti bakar dengan selai cokelat lalu meminum susunya. Sementara sang kepala keluarga tengah membaca Koran langganannya.

"Kevin bekal sudah Mom masukan ke dalam tas, jangan lupa habiskan. Mom juga membawakanmu susu cokelat kesukaanmu."

"Terima kasih Mom, Kevin berangkat naa. Bye Daddy," Kevin mencium pipi Felix dan Lewis lalu berangkat ke sekolah dengan supirnya.

"Felix, pasangkan dasiku."

"Kau ini seperti Kevin saja, manja."

"Ayolah aku manja pada istriku."

Lewis tersenyum dan berdiri di depan istrinya, Felix berdecak tapi kemudian memasangkan dasi suaminya sambil mengigit sandwich. Lewis menatap istrinya yang semakin hari terlihat bersinar. Digigitnya sandwich yang ada di bibir Felix, Felix terkejut hingga hamper terjengkang ke belakang. Lewis menahan punggung Felix dengan tangannya dan memakan sandwich itu sampai habis.

"Sayang, kau harus ke kantor."

"Sepertinya aku akan libur."

"Lewis Hyung," Felix merengek, tapi seluruh tubuhnya terasa panas. Lewis mengangkat tubuh Felix seperti pengantin, membawanya ke kamar mereka di lantai dua sambil berciuman. Para pelayan hanya menunduk malu dan kembali bekerja.

Tubuh sintal Felix dibaringkan di kasur empuk, Lewis menatap sang istri dengan tatapan lapar.

"Lewis—"

"Mari kita buat rumah ini lebih ramai, baby."

Lewis kembali memagut bibir ranum milik Felix, lidah mereka saling beradu. Tangan sang alpha membuka satu per satu pakaian yang melekat di tubuh Felix.

"Baby, kau semakin menggoda."

"Jangan melihatku seperti itu."

Lewis memainkan nipple sang omega yang begitu pasrah di bawahnya, rambut yang lepek karena keringat, mata yang basah dan bibir membengkak. Sesuatu keluar dari hole-nya. Cairan yang begitu banyak, Felix mengalami Heat, dia merengek meminta sang alpha menjamahnya.

Lewis benar-benar merasa gila dengan istirnya sendiri. Ia kembali mencium bibir Felix lembut, tangannya turun meraba perut datar Felix lalu memegang area sensitif milik Felix yang kini menegang. Felix meremas rambut Lewis saat lelaki itu menyesap lehernya dan meninggalkan noda berwarna merah.

"Lewis!" Felix menatap wajah Lewis dengan sayu. Dia terengah-engah, tangan Lewis basah dengan cairan milik berdua. Lewis menatap tubuh Felix yang bergetar hebat, Felix mengalami masa heat. Aromanya menguat dan membuat Lewis merasa gila. Felix bergerak tak menentu, lalu cairan itu keluar begitu banyak dari holenya.

"Lewis, penuhi aku. Please!"

Lewis benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan dering telepon dari Christ . Atau matahari yang meninggi, keduanya terus mendesah dan melenguh nikmat saat mengeluarkan cairan milik masing-masing. Tubuh Felix lemas, tapi entah kenapa hasratnya tidak pernah padam.

"Felix sayang, lihat kau mau keluar lagi." Lewis terus menyodok hole Felix dan tangannya sibuk memainkan milik Felix. Felix mendesah, air mata menggenang di pelupuk matanya. Dia menjeritkan nama Lewis sambil mengeluarkan cairan yang sangat banyak. Saat matahari meninggi, keduanya berhenti itu pun karena Lewis menyuntikkan cairan peredam heat. Tubuh Felix lemas dan kamar mereka berantakan. Lewis segera membersihkan tubuhnya, lalu membersihkan tubuh Felix. Mengganti alas tempat tidur mereka dan membiarkan Felix tidur lelap.

Lewis keluar dari kamar setelah terbangun karena mendengar tangisan Kevin. Sangat jarang sekali anak laki-laki itu menangis. Lewis melihat para pelayan dan pengasuh Kevin sedang membujuk anak itu.

"Ada apa?"

"Maaf Tuan, Kevin sejak tadi terus rewel entah kenapa."

"Ada apa, sayang?" Felix keluar menyusul Lewis.

Kevin berhenti menangis dan melihat ke arah momy-nya. Dia memeluk Felix dan minta digendong. Berhari-hari putra mereka itu sangat manja, sering menangis dan gampang marah. Lewis sampai pusing melihat Kevin yang sekarang rewel.

"Anakmu setiap hari seperti itu?" Tanya Ayen.

"Iya, aku juga tidak tahu kenapa."

"Biasanya kalau anak rewel dia akan punya adik."

"Hah? Tidak mungkin." Felix merona malu, mungkin saja mengingat permainan mereka kemarin begitu menggila.

Felix berpikir mungkin saja iya apa yang dikatakan Ayen. Sore hari Ayen pulang dan Felix seperti biasa menemani Kevin di kamar, menyusun Lego sementara dirinya membaca buku. Tiba-tiba Felix merasa mual, dia pun segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Felix sangat lemas, Kevin juga terlihat khawatir hingga menelpon daddy-nya.

Lewis pulang dengan tergesa-gesa, dia pun membawa serta dokter keluarga. Pelayan juga mengatakan Felix tidak mau makan dan terlihat pucat. Dokter memeriksa keadaannya, dia hanya tersenyum kecil.

"Bagaimana Dokter?"

"Tidak apa-apa, itu wajar. Dia sedang mengandung. Selamat ya Lewis, Felix. Dan Kevin kau akan jadi kakak."

Lewis berterima kasih pada dokter dan mengantarkannya sampai ke pintu depan. Lewis kembali dan melihat Felix yang sedang membujuk Kevin yang menangis tersedu-sedu dan tidak mau jadi kakak.

"Aku enggak mau jadi kakak, nanti Daddy sama Mommy tidak sayang aku lagi."

"Tentu saja tidak, kami akan menyayangi kalian semuanya."

"Janji?"

"Janji, sayang."

Lewis sangat bersyukur karena sebentar lagi rumah mereka akan bertambah anggota keluarga.

Beberapa tahun kemudian.

"Aaron jangan lari-lari nanti kau jatuh." Felix sedang membaca buku bersama suaminya. Kevin, dia sangat pendiam sejak tumbuh menjadi lebih dewasa. Usianya sekitar 10 tahun. Kevin lebih sering bermain komputer atau membaca buku, dia juga hobi bermain sepak bola seperti mendiang pamannya.

"Alien, jangan ganggu aku." Kata Aaron, mereka adalah anak kembar Felix dan Lewis,

"Besok Gabriel ulang tahun, apa yang akan kalian berikan padanya?" Tanya Lewis. Gabriel adalah anak Christdan Seungmin. Aaron membawa sebuah boneka bebek lucu dan meminta Kevin membungkusnya. Sementara Alien memberikan sebuah baju untuk Gabriel.

Lewis mengecup bibir Felix dan merengkuh tubuh Felix, dia sangat bersyukur bisa hidup bahagia bersama Felix setelah segala cobaan yang dia lalui.

"Terima kasih sayang atas semua." Lewis memeluk Felix erat.

"Aku lebih berterima kasih padamu, karena sekarang aku punya keluarga sendiri."

Felix membalas pelukan Lewis dan sama-sama melihat ketiga buah hati mereka yang sedang bermain di karpet.

'Terima kasih, Ibu, ayah, Peter dan Kevin. Semoga kalian juga bahagia di sana.'


My MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang