11

3.5K 425 11
                                        

Aylan dan ibunya duduk berhadapan, Aylan tidak kuasa melihat tepat di mata ibunya karena dia tau apa yang akan ibunya bahas.

"Lan, sekarang disini ada kamu dan mamah.. mamah mau kamu jujur"

Aylan mengepalkan kedua tangannya.
"Jujur tentang apa mah ?"

"Jujur tentang perasaan kamu sama anak namanya Benny tadi.. sejauh apa perasaan kamu ke dia ? Tolong jujur sejujur-jujurnya sama mamah"

Aylan semakin kuat mengepalkan kedua tangannya.
"Sedikit" jawab Aylan.

Ibu Aylan menghela nafasnya berat.
"Sini, pegang tangan mamah.. " ibunya meminta Aylan menggenggam kedua tangannya dan Aylan pun menurut.

Ibu Aylan mengusap-usap pelan punggung tangan putranya ini.
" ..mamah nggak nyalahin perasaan yang tumbuh dan mungkin kamu kesepian kami tinggal kerja jadi kamu ngerasa perasaan itu spesial karena nggak kamu dapatkan dari kami orang tua mu..maafin mamah sama papah ya yang nggak punya banyak waktu buat kamu"

Aylan mengelengkan kepalanya.
"Nggak apa-apa, mamah sama papah kerja juga buat menuhin kebutuhan ku"

Ibu Aylan tersenyum lembut.
"Terima kasih, mari kita diskusikan ini berdua.. Aylan, kamu itu anak satu-satunya dan kebanggaan dari kami, sayang~ .. bisakah kamu tetap jadi kebanggaan papah dan mamah ?" Tanya ibu Aylan.

Aylan menundukkan kepalanya.
"Apa ini pilihan ?" Tanya Aylan.

"Ini bukan pilihan hanya saja harapan dari seorang ibu yang melahirkan mu"

Aylan mengerutkan alisnya lalu menggenggam erat kedua tangan ibunya.

"Maafin Aylan mah, tapi bisakah mamah kasih aku waktu.. jujur ini nggak mudah buat ku terlebih aku,. " Suara Aylan bergetar.

" ..aku tempat Benny bersandar"

Ibu Aylan melepas tangan Aylan darinya.
"Sampai kapan mamah harus ngasih kamu waktu ?"

"Mah..."

"Ngomong Lan, sampai kapan biar mamah kembali ngingetin kamu" Mata ibu Aylan berkaca-kaca.

Aylan melipat kedua tangannya di atas meja lalu menaruh kepalanya disana.
"Aku nggak tau mah, aku nggak tau"

Ibu Aylan menatap langit-langit rumah seraya berkali-kali menghela nafas mencoba menahan tangisnya.
"Mamah sama papah cuma punya kamu.. tolong kembali jadi Aylan yang mamah banggakan secepatnya.. mamah mohon nak"

Aylan diam tidak bisa menjawab kata-kata ibunya.

Keesokkan harinya, Aylan sekolah seperti biasanya tapi hari itu dia tidak melihat Benny, Benny tidak hadir tanpa keterangan.

"Kamu kenapa Lan ?" Tanya teman Aylan karena sejak tadi Aylan terlihat murung.

Aylan tersenyum simpul sembari mengelengkan kepalanya.
"Aku nggak apa-apa, aku lapar.. mau ke kantin ?"

"Okeeyy~"

Sepulang sekolah Aylan mengayuh sepedanya melewati jalan biasa dia lalui dan di gang sempit itu Aylan melihat seseorang berjongkok sembari menikmati rokoknya.

Aylan berhenti tidak jauh dari orang itu yang saat ini duduk dengan memakai Hoodie juga topi menutupi kepalanya tapi Aylan tau betul kalau orang itu adalah Benny.

"Benny ?" Panggil Aylan.

Benny mematikan rokoknya lalu berdiri dari posisi jongkoknya, dia berbalik kearah Aylan.

Deg!
Aylan membulatkan matanya saat melihat wajah bengkak Benny.

Benny tersenyum paksa.
"Hai Ay.. maaf aku nggak sekolah hari ini" ujarnya.

.
.

Bersambung...

Kelas 3 (Tamat BL18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang