05

4.3K 511 8
                                        

Seperti biasanya, Aylan pulang menaiki sepedanya. Dia menyusuri jalan yang sama hingga akhirnya kayuhan sepedanya terhenti di belokkan gang saat melihat Benny berjongkok di pinggir jalan sembari menghisap rokoknya.

Aylan meremas stang sepedanya.
"Benny" kata Aylan. Benny melihat kearah Aylan, dia berdiri dari posisi jongkoknya lalu menginjak puntung rokoknya.

"Kamu buntutin aku Ay ?" Tanya Benny.

"Jangan ge'er ya, ini jalan pintas ku pulang ke rumah" jawab Aylan.

Benny tersenyum, dia berjalan kearah Aylan.
"Kamu masih dendam gara-gara ku matikan rokok mu tadi ?" Aylan sedikit waspada karena Benny memang terlihat tidak segan untuk menghajar orang lain.

Benny semakin mendekat yang membuat Aylan bersiap-siap untuk kabur tapi stang sepedanya langsung di tahan oleh Benny.
"Kamu mau kemana ? Bukannya ini jalan pintas mu ?" Tanya Benny.

"Benny, aku nggak tertarik cari masalah.. aku cuma-"

Deg.

Aylan langsung diam saat Benny tiba-tiba mendekat lalu menyandarkan kepalanya di pundak Aylan.

"Maaf" ujar Benny.

"Maaf kenapa ?" Tanya Aylan.

"Aku udah kasar sama kamu, maaf Ay.. aku terbawa emosi"

Aylan menghela nafasnya berat.
"Kamu mau jalan-jalan sebentar ?"

"Hm," Benny mengangguk pelan.

Aylan menyuruh Benny naik di belakang sepedanya, karena sepeda Aylan tidak punya tempat duduk tambahan jadi lah Benny berdiri di belakang.

Aylan membawa Benny berkeliling kota dengan kecepatan sedang, Benny tersenyum menikmati angin yang menyapu wajahnya.

Benny merentangkan kedua tangannya saat dia dan Aylan menuruni jembatan.

Hingga akhirnya, mereka berdua memutuskan singgah di taman yang berhadapan langsung dengan sungai.

Benny membelikan minuman untuk Aylan.
"Air mineral nggak apa-apa kan ?" Tanya Benny seraya duduk di sisi kiri Aylan.

"Iya, terima kasih ya" Aylan menerima botol minuman yang Benny beli untuknya.

Benny meminum air dari botol sementara Aylan melihat wajahnya.
"Kenapa kamu liatin aku ? Aku tau muka ku emang ganteng" kata Benny penuh percaya diri.

"Idih, bukan itu.. tapi aku liatin memar di muka mu" ujar Aylan.

Benny terkekeh pelan.
"Udah biasa, nanti hilang sendiri"

Aylan melihat air mineral miliknya lalu mendorong botolnya tepat di pelipis Benny.

"Ah, sakit Ay!"

"Katanya udah biasa"

"Tapi kan nggak di dorong gitu juga" protes Benny.

"Iya maaf" Aylan kembali mendekatkan botol air miliknya ke pelipis Benny tapi kali ini dengan gerakan lembut.

"Ay.."  panggil Benny.

"Iya ?" Jawab Aylan.

"Kamu pernah pacaran sebelumnya ?"

Aylan mengelengkan kepalanya.
"Belum, kenapa kamu kepo sama urusan percintaan ku ?"

"Aku cuma penasaran"

"Oh, trus kamu pernah ?" Tanya Aylan, dia melihat tepat di mata Benny.

"Kamu mau tau satu rahasia ku nggak Ay ?"

Aylan mengelengkan kepalanya.
"Nggak, aku nggak mau tau rahasia mu.. Simpan aja"

Walau pun Aylan tidak tertarik pada rahasia Benny, tapi Benny bersikeras memberitahunya.
"Dengerin aku dulu Ay, aku kasih tau kamu" Benny menahan tangan Aylan.

"Ya udah iya.. apa ?!" Akhirnya Aylan menyerah.

Benny menggenggam tangan kanan Aylan.
"Aku suka kamu Ay, kamu mau jadi pacar ku ?"

Keheningan langsung terasa di antara keduanya, Aylan pun tidak tau harus bereaksi seperti apa saat Benny memberitahunya hal tersebut.

.
.

Bersambung ...

Kelas 3 (Tamat BL18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang