Story' tambahan 03

2.7K 364 10
                                    

Keesokkan harinya, Aylan dan timnya mulai mempersiapkan sosialisasi. Mereka membagi tugas dan Aylan mendapat tugas menyampaikan materi.

Saat Aylan tengah bicara, lima orang tentara datang lalu berdiri di barisan kursi belakang. Mata Aylan langsung tertuju pada pria tinggi yang terus tersenyum kearahnya.

Sesaat Aylan terdiam tapi dia langsung sadar kalau saat ini dia tengah menyampaikan materi pada warga desa.

"Baik, dari apa yang saya sampaikan .. apakah ada pertanyaan dari ibu bapak ?" Tanya Aylan.

Satu persatu warga mulai bertanya dan dengan lancar dijawab oleh Aylan sampai akhirnya salah satu orang mengangkat tangan.

"Saya juga ingin bertanya"

Deg.
Aylan meremas mic yang dia pegang.

"I-iya silahkan"

Orang yang ternyata Benny berjalan ke depan lalu berdiri di hadapan Aylan.
"Kamu nggak mau ngasih mic-nya ke aku Ay ?" Kata Benny setengah berbisik.

"Oh...i-iya, kamu benar" Aylan terlihat salah tingkah.

Mic Aylan berpindah ke Benny, Benny langsung menanyakan terkait kesehatannya.

Aylan menarik nafasnya pelan mencoba tenang, dia mengambil kembali mic tadi lalu menjelaskan kalau Benny hanya perlu suntik vitamin.

"Kalau begitu secara pribadi saya mau Anda saja yang merawat saya.. secara Anda yang memahami penyakit saya" kata Benny.

Aylan tersenyum kaku.
"Ya, kami akan melakukan pemeriksaan keliling desa.. kami akan mampir ke camp Anda sekalian" ujar Aylan.

Benny tersenyum.
"Hm, akan sangat kami nantikan... Terima kasih"

Benny berjalan kembali ke barisan belakang, setelah selesai sosialisasi para perawat membagi tim untuk berkeliling desa dan terakhir tim Aylan pergi ke camp TNI yang ternyata berjarak cukup jauh dari pemukiman warga.

Aylan bersama dua teman wanitanya berniat melakukan pemeriksaan singkat saja tapi ada permintaan khusus dari pada tentara yang tidak bisa mereka tolak.

Para tentara sepakat untuk melakukan pemeriksaan lebih intens atas bujukan dari Benny yang berhasil mempengaruhi teman-temannya jadi lah mereka menyiapkan satu ruangan agar Aylan bisa melihat lebih detail fisik mereka.

Sejujurnya ini tidak ada di rencana para perawat tapi karena beberapa tentara mengeluh sudah lama tidak mendapat pengecekan kesehatan membuat tim Aylan iba.

Mereka lebih dulu mengecek tekanan darah dan hal lain diluar ruangan bersama dua perawat wanita dan terakhir masuk ke ruangan tertutup bersama Aylan.

Saat melihat tubuh tentara lain Aylan terlihat biasa saja, dia bahkan menyentuh tempat sensitif mereka tapi memakai sarung tangan medis.

Tapi saat Benny masuk, rona merah muda menghiasi kedua pipi Aylan.

Benny menutup pintu lalu mulai membuka kancing bajunya.

Deg. Deg. Deg.

Aylan mengepalkan kedua tangannya saat baju Benny sudah lepas, dulu Benny terlihat cukup kurus tapi sekarang tubuhnya sudah ideal mungkin berkat latihan fisiknya selama menjadi anggota TNI.

Aylan mendekat lalu mulai menyentuh lengan Benny.
"O-ototnya cukup tegang, kamu perlu rileks.. nanti sa- "

Belum selesai Aylan bicara, Benny tiba-tiba memeluk Aylan.
"Be-Benny ! Ka-kamu ngapain ?!" Aylan terlihat panik.

"Hah.. " Benny menghela nafasnya.
" .. rileks kan ? Ini cara ku supaya badan ku rileks Ay"

Dari jarak sedekat ini Aylan bisa mendengar detak jantung Benny dan lagi dia bisa mencium aroma tubuh Benny.

Bau keringat tapi juga tercium maskulin, sesaat Aylan terbuai tapi Aylan tidak bisa mengabaikan tugasnya.

"Benny.. u-udah, masih ada beberapa teman mu lagi diluar" Aylan berushaa mendorong Benny tapi yang ada Benny semakin mengeratkan pelukannya.

"Besok kalian pulang kan ?" Bisik Benny.

"Hm, besok" jawab Aylan.

"Setelah ini, temui aku di lokasi ini ya.. " Benny menyelipkan kertas di saku celana Aylan.
" ..selamat bekerja Ay~" Benny mengecup singkat pipi Aylan lalu melepas pelukannya.

Aylan menyentuh pipinya yang sekarang berubah merah. Benny tersenyum lalu memunguti bajunya, dia melangkah keluar dari ruangan tadi meninggalkan Aylan yang sudah salah tingkah.

.
.

Bersambung ...

Kelas 3 (Tamat BL18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang