"aku juga tidak ingin seperti ini. Papa bisa membenciku kapanpun papa mau. Tapi tolong sekali saja, aku hanya ingin pelukanmu. Aku benar benar lelah sekarang. Apakah sesulit itu untuk menerimaku? Haruskah aku menyusul ayahku? Apa itu yg papa inginka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seiring dgn sinar matahari yg menyelinap masuk melalui cela cela kelambu yg menutupi kaca. Vegas menggeliat untuk merenggangkan otot ototnya yg terasa kaku. Tubuhnya terasa sedikit sakit akibat dari tertidur diatas bangku depan rumahnya semalam. Kepalanya masih terasa berat karena terlalu banyak wine yg dia minum. Vegas memang suka minum, tapi seiring bertambah usianya toleransinya terhadap minuman beralkohol semakin buruk.
Meninggalkan kamar dgn nuansa hitam putih, Vegas mengarahkan kakinya menuju dapur untuk mendapatkan segelas air dingin. Ada Venice disana, duduk tenang dgn semangkuk sereal lengkap dgn susu hangat. Vegas sempat tersenyum padanya tapi sepertinya sang anak tidak memperhatikan.
"Bukankah sekarang hari libur, apa kau tidak ingin menghabiskan waktu bersama paman Build?."
Venice menjauhkan kepalanya sedikit membuat sang papa menarik kembali tangannya yg hampir mengusap kepala anaknya. Mendengar nama Build membuat Venice kembali teringat dgn apa yg dia lihat semalam, tentang papa dan pamannya.
Venice melihat semuanya, dia juga mendengar dgn jelas ketika Vegas memanggil nama Build sebelum berciuman. Awalnya Venice ingin mencegah apa yg dilakukan oleh Vegas. Tapi lidahnya seakan keluh terbelit perasaan yg entahlah Venice juga tidak tau seperti apa harus mengungkapkannya.
Ada perasaan bahagia ketika Vegas dan Build mulai semakin akrab seperti saudara. Bahkan Venice pernah membayangkan suatu saat nanti Build akan bersedia untuk tinggal bersama mereka.
Tapi entah kenapa sejak kemarin perasaan bahagianya mulai berubah menjadi sebuah ketakutan dan sedih. Menyaksikan kedekatan Vegas dgn Build mulai membuat Venice takut jika papanya akan melupakan sang ayah. Mendapati Vegas yg dgn berani mencium Build semalam pun semakin menumbuhkan ketakutan dan kesedihan didalam hatinya. Build memang saudara kembar ayahnya bahkan wajah mereka tidak ada sedikitphn perbedaan. Tapi tetap saja sampai kapanpun Venice tidak akan membiarkan Build mengambil posisi Pete dalam hidupnya. Venice mulai khawatir rasa takutnya semakin lama akan berubah menjadi rasa benci kepada Vegas dan Build. Dan semua itu pasti akan membuat hubungan keluarga diantara mereka akan memburuk kembali.
"Ada apa?"
Vegas menarik kursi disamping Venice untuk duduk. Hubungan mereka cukup baik belakangan ini, tapi kenapa kini Venice menjadi acuh pada papanya. Sikap Venice memancing ketakutan Vegas jikalau hubungannya dgn sang anak akan kembali memburuk seperti sediakala. Vegas tidak menginginkan itu lagi.
"Aku hanya masih mengantuk." Tidak ada kebohongan yg lebih baik selain itu, pikir Venice.
"Apa kau yakin?"
Venice hanya memgangguk pelan. Mangkuk penuh serealnya tidak lagi dia sentuh. Mata sendu Vemice menatap kosong keluar jendela dapur, memandangi halaman kosong belakang rumahnya. Tidak ada apapun disana, hanya tanaman rambut dgn daun menguning seakan bersiap untuk mati.
"Nak, kau tau kan kau bisa membicarakan apapun dgn papa." Vegas meraih tangan kanan Venice membawanya ke atas pangkuannya. "Jika ada sesuatu yg mengganjal dalam hatimu, kau bisa mengatakannya padaku. Jangan menyimpannya sendirian, jangan membebani pikiranmu terlalu dalam. Papa slalu siap untuk mendengarkan keluh kesah mu."