Satu hari bersekolah saja menurut Acha sangat melelahkan, namun dirinya masih berpikiran tentang kejadian di kantin tadi.
Semenjak dia mengucapkan itu pada lelaki bernama Barra, Acha malah selalu ditatap aneh selepas pulang sekolah. Dimana semua murid baik dikelasnya, atau dilorong memperhatikan dia.
"Barra? Siapa sih?" monolog Acha.
"Kok malah jadi mikirin dia? Fokus Cha, fokus sama misi yang harus lo lakuin," lanjutnya.
Acha bangun dari ranjangnya, berjalan menuju meja belajar dan melihat sebentar pada sebuah figura yang tersimpan di atas meja belajarnya.
Seorang gadis yang berpose cantik dengan dirinya, senyuman yang selalu Acha lihat dari dulu. Kini tidak bisa dia lihat kembali secara langsung.
"Gue janji, gak akan biarin dia hidup tenang. Baik-baik disana ya?"
Baru saja Acha akan menuliskan sesuatu pada buku catatannya, ketukan pintu terdengar. Seorang pembantu rumah yang meminta Acha untuk segera turun dan menikmati makan malamnya.
Makan di meja makan yang besar, hanya berdua saja bersama sang Papa. Selalu membuat Acha sedikit kesepian, selalu muncul rasa rindu pada Bundanya.
"Pa. Bunda gak mau mampir ke rumah baru kita?"
"Mungkin Bunda kamu sibuk Cha, jadi dia gak sempat buat lihat kamu disini," balas Iqbal, Papa kandung Acha.
"Lagian dia udah punya keluarga baru sih,"
"Lanjut makan aja yah, habis ini Papa harus keluar karena ada urusan. Kamu gak papa di rumah sama Bi Nur?"
"Gak papa,"
"Sekolah kamu? Gimana lancar?"
"Ya gitu deh Pa,"
"Kenapa kamu harus milih jurusan IPS sih Cha? Kamu tau anak-anak jurusan itu pada nakal,"
"Mau nakal tapi pinter bukannya kata Papa gak kenapa-kenapa? Lagi pula Acha suka sama sejarah,"
"Yaudah setelah ini kamu balik ke kamar, jangan tidur larut malem oke?"
"Siap. Sesuai perintah Tuan Iqbal!"
Keduanya kembali fokus dengan makanannya, setelah selesai juga Acha langsung kembali ke kamar. Kembali berfikir untuk memulai awal dari mana.
"Kalo emang sekolah punya sesuatu yang gak pernah di publik ke masyarakat, bukannya gue harus tau apa yang selama ini mereka sembunyiin?"
"Gue gak bisa tanya hal ini ke Papa, karena pasti dia gak akan jawab. Tapi kalo emang karena hal ini buat temen gue mati, bukannya Papa juga ikut terseret?"
"Yang gue mau. Orang terdekat gue gak akan ikut terlibat sama masalah ini,"
Acha menatap ke arah seragam sekolah milik dia yang tergantung di dekat lemari. Lalu mengambil lencana silver yang menurutnya sedikit aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Achavella's story
Teen FictionKetika mendapat kabar duka tentang sahabat kecilnya yang tiba-tiba saja meninggal, ini tentang Achavella Gritte Lovata. Mencari alasan dibalik sahabatnya pergi secara mengenaskan. Menjadi sosok yang nakal memang karakternya, namun membully orang la...