nih double up hshs.
aku seneng bacain komen wkwk.
tinggalin lagi ya jejak komennya 🙇🏻
␥
Tidak seperti hari-hari biasanya, di mana Haruto selalu terlihat mengulum bagian dalam pipi tiap kali jarinya bergerak lihai di atas layar handphone. Namun, sekarang lelaki itu hanya terdiam tanpa ekspresi meski sorot mata tak pernah lepas dari gadget.
Menghela nafas berat seraya melangkahkan kaki menuju dapur guna membasahi tenggorokan yang tiba-tiba mengering dan terasa panas.
"Ih tumben cinje di rumah doang? Ga ngapelin kak Jeo nya?"
Bola mata Haruto mengerling begitu mendengar suara adiknya dari arah belakang. Dan benar saja, ada si bungsu yang masih mengenakan seragam sekolah. Anak itu nampak tengah berkutat dengan susu bubuk serta air panas di atas kitchen bench.
"Cinje?"
"Bucin Kak Jeongwoo. Cinje."
"Orang aneh."
Yoon tertawa sumbang, berjalan mendekati Haruto lalu mendorong si sulung agar menjauh dari pantry. "Ya liat aja bapakku siapa. Bapakku juga bapakmu, kita ga beda jauh. Masih satu pabrik."
"Bilangin ayah kelar duit jajan mu." Selanjutnya bahu Haruto menjadi sasaran empuk kepalan tangan adiknya, Yoon.
"Eh, tapi beneran deh bang, ga ke rumah kak Je? Jam segini suka ngilang dari rumah, nempelin kak Je terus di rumahnya."
Lagi, kebiasaan Haruto jika ia bingung mau menjawab, bahunya terangkat dengan santainya. "Lagi pengen di rumah."
"Pengen di rumah atau udah di tikung?"
Sentilan pun Haruto berikan pada dahi tak tertutup poni itu. Menyebabkan Yoon meringis karenanya, ia usap keningnya sendiri dengan tatapan sinis mengarah pada si pelaku. "Rasain kena tikung! Lagian, kalo aku jadi kak Je juga ga mau sama abang. Minimal pake cincin asli bos bukan cincin mainan!"
Haruto yang sudah lelah berdebat perlahan berjalan menjauh. "Papa, adek ga ganti seragam loh." Ucapnya sengaja meninggikan suara agar sang papa mendengarkannya.
"IH ABANG-"
"ADEK, PAPA BILANG APA SETIAP KAMU PULANG SEKOLAH?" Mashiho menyahuti dari lantai atas.
"IYAAA PAPAAA, INI ABIS BIKIN SUSU LANGSUNG GANTI KOK!" Balas gadis itu lalu menendang kaki Haruto sebelum meninggalkan area dapur. "Cinje patah hati jangan nangis yaa!"
"Kalo jatoh abang ketawain kamu." Misuh Haruto sambil mengusap kakinya. Si bungsu Yoon hanya menjulurkan lidah tanda mengejek di iringi suara tawa.
␥
"Widih, cinje kenapa nih, bro? Senyap doang daritadi."
Haruto menghela nafas berat tatkala menyadari sang ayah alias Junkyu datang menghampiri. Pria itu duduk di samping anaknya.
"Apasih cinje cinje."
"Julukan dari adekmu. Katanya cinje lagi patah hati kena tikung." Kata Junkyu menolehkan kepala memperhatikan anaknya yang menunduk. "Beneran di tikung?"
"Mereka jadian." Pundak Haruto mendadak turun, lemas. Matanya memandang gundah rerumputan yang menggelitik jemari kaki.
Junkyu menopang tubuh dengan kedua tangan di belakang punggung. "Terus kamu nyerah?"
Tak langsung menjawab, Haruto mendongak untuk menatap langit sejenak membiarkan semilir angin menerpa wajahnya. Kemudian memalingkan wajah dan menjalin kontak mata dengan sang ayah. "Emang masih ada kesempatan buat aku? Je keliatan seneng banget, harusnya aku ikutan seneng bukan bersikap kayak gitu."
"Mau nyerah? Jawab pertanyaan ayah."
"Ga tau."
Kekehan Junkyu keluar. Ia menepuk pundak Haruto mencoba menenangkan pikiran dan hati anaknya yang sedang dilanda rasa resah serta gelisah. Bingung akan pilihan untuk tetap menunggu dan berjuang atau menyerah karena melihat pujaan hatinya tampak sangat senang.
"Waktu kecil aja lagaknya maen beli anak orang semena-mena, masa sekarang ciut gini?"
Haruto berdecak. "Ya nurun dari ayah. Ayah dulu mau beli papa juga kan, aku tau dari om Jae."
"Walau begitu ayah ga menyerah dan berhasil buat ngemilikin papamu." Sombong Junkyu. Haruto meringis ngeri, ingin sekali ia mengusap kasar wajah songong ayahnya itu.
"Bagi aku, apa yang buat Je senang itu yang utama, yah." Haruto terkekeh lemah di akhir kalimatnya.
Bisa Junkyu lihat bagaimana sorot mata itu tak secerah biasanya. Anaknya benar-benar menyayangi anak si Jaehyuk sedalam itu.
"Mereka baru pacaran, kan?"
Haruto mengangguk kikuk. Bingung atas pertanyaan yang ayahnya lontarkan.
Junkyu tersenyum miring. "Masih ada kesempatan buatmu." Pria itu berdiri lalu mengusak rambut anaknya, "jangan nyerah kalo mau buat Jeongwoo mu senang."
Setelahnya Junkyu pun kembali masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Haruto sendirian di gazebo. Anak itu tengah termenung, sedang bertarung dengan pikirannya sendiri.
Tak lama, senyuman terbit di bibirnya. "Siapa bilang gue nyerah? Liat aja nanti kalo mereka putus, gue ga bakal nahan diri lagi. Jeongwoo, janji kita semasa kecil akan gue realisasikan. Gue ga pernah main-main untuk hal ini."
␥
double up khusus bulan ini wkwk. siapa yang suka ini? cung! 🙋🏻
see u on the next chapter, kiddo's!
- 13 Maret 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiddo √
FanfictionCOMPLETED! [ Hajeongwoo | Boyslove! ] "Kata ayah kartu ini bisa beli apa aja. Aku mau beli kamu, berapa harganya?" © ARCAPHILE