jangan lupa tinggalkan jejakmu 🙇🏻🙇🏻
␥
"Pai pai rutoo, wony sama uwon pulang duluan yaa!"
Haruto yang menunggu jemputan di halaman utama sekolahnya menoleh kemudian mengangguk. "Udah di jemput ya kalian."
Jungwon mengacungkan jempol, jari telunjuknya beralih menunjuk ke hadapan. "Tuh, mama kita udah datang. Kita pulang duluan ya, besok main bola lagi."
"Oke. Hati-hati di jalan wony dan uwon."
"Paiii!!!"
Sepasang mata bulat itu terus mengikuti mobil yang mengangkut kedua temannya sampai hilang dari pandangan. Sudut bibirnya terangkat tatkala menemukan mobil yang ia kenal memasuki pekarangan sekolah.
Seorang lelaki muda keluar dari kursi bagian pengemudi. Lantas menghampiri Haruto dengan segaris senyuman.
"Tidak ada yang tertinggal, Tuan Muda?" Aron bertanya setelah ia mengambil alih tas gendong milik Haruto.
"Ngga ada. Oh iya Ar-"
Tap!
"Papa nyuruh aku pulang sama kamu."
"Hah?"
Haruto cengo. Mulutnya terbuka lebar begitu menemukan aksistensi dari teman sekelasnya–dan anak dari teman ayahnya.
Park Doyoung.
"Emang ga dijemput? Supirmu mana?"
Doyoung mengangkat bahu. "Kata papa, pak supir lagi nemenin dadda jalan beli ini itu. Dadda kan lagi ngandung adekku." Sebelum Haruto membuka mulut untuk bertanya, Doyoung lebih dulu menyela. "Kenapa? Ga boleh aku pulang sama kamu?"
Inginnya Haruto berkata Iya namun ia urungkan begitu melihat wajah Doyoung yang menurut Haruto entah mengapa tampak menyebalkan. "Kan papamu punya ga cuma satu."
"Ya kenapa? Kursimu juga ga cuma satu."
"Kalo untuk kamu kursi belakang hilang."
Dahi Doyoung mengernyit tak terima. "Beneran ga mau ya kamu? Bilangin yayah Jun kalo kamu–"
"Berisik banget." Geram Haruto yang langsung membungkam mulut Doyoung menggunakan tangan kirinya. Wajahnya mendekat guna membisikkan sesuatu kepada temannya. "Lagian aku beli kartu pokemon sedikit doang."
Kerutan di dahi semakin dalam sejurus mata melirik Haruto tak santai. "Hithu hanyak.. hangan." (Itu banyak.. tangan)
"Tuan Muda? Tuan Jihoon sudah berpesan menitipkan Doyoung untuk ikut pulang bersama kita."
Interupsi Aron mengalihkan perhatian keduanya. Haruto segera menjauhkan tangan dan menghela nafas. Kalau sudah begini tidak ada gunanya menolak.
Kini, Haruto, Doyoung maupun Aron sudah berada di dalam mobil. Doyoung sibuk bermain game di tablet yang ia bawa, Haruto pun kerap melakukan hal yang serupa. Saat si kecil Kim ingin meraih botol minumnya, tangan itu sempat terhenti ketika pikirannya tertuju pada sesuatu.
"Aron, ke taman."
"Tuan Muda ingin kesana? Setelah mengantar Doyoung pulang kita akan-"
"Aku mau ikut."
Refleks, Haruto menghentikan permainan yang sedang dimainkan. Kepala tertoleh ke arah Doyoung yang telinganya sudah tak tersumpal headset.
"Kamu ga mau pulang? Ga betah dirumah?"
"Loh? Kamu sendiri mau pindah tempat tinggal di taman? Di usir dari rumah?"
Ini merupakan salah satu penyebab kenapa Haruto ingin menjaga jarak dari Park Doyoung meskipun kemungkinan terjadi sangat kecil. Kata-kata yang Haruto keluarkan terus-menerus mendapat perlawanan.
"Ga boleh aku ikut? Kamu ga mau main sama aku?"
"Kalo aku ga mau main sama kamu, sedari bayi aku ga akan gigit lenganmu tiap kita ketemu." Ucap Haruto teringat akan cerita dulu. Sang papa suka menceritakan masa-masa dimana Haruto masih menjadi bayi tanpa bisa berlari seperti sekarang.
Dan kenangan terbaiknya menjadi dekat dengan orang bernama Park Doyoung.
Terdengar helaan nafas keluar melalui celah bibir Doyoung. Tangan terlipat di depan dada, memandang lurus pada Haruto yang menatapnya juga.
"Lalu, kenapa kamu keliatan nolak banget?"
␥
"Kamu Doyoung?" Yoon Jeongwoo, anak kecil dengan senyum manis pun mata tajam yang menawan menunjuk Doyoung.
Mereka baru saja bertemu karena Haruto memilih untuk memperbolehkan Doyoung mengikutinya bermain.
Doyoung mengangguk. "Iya, aku Park Doyoung. Dadda biasanya panggil aku Dobby. Kamu bisa panggil aku pakai nama itu juga."
Mata Jeongwoo berkedip. "Dobby? Ih namanya lucu banget! Jeongwoo juga dipanggil Je atau Jeojeo sama pap! Dobby panggil Je juga yaa!"
"Hehe oke, Je."
"Udah?"
Doyoung dan Jeongwoo memalingkan pandangan mereka secara bersamaan. Haruto yang berdiri diantara mereka, tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Ya udah. Kamu liat sendiri juga."
"Iya haruu! Haru mau main sama Je?"
"Aku kesini emang mau main sama kamu. Tapi, aku harus bawa Doyoung yang ga dijemput dan ga mau pulang."
Alis Doyoung meninggi mendengar ucapan Haruto barusan.
"Kamu juga ga mau pulang."
"Aku pulang habis main sama Je."
"Yaudah, aku pun sama."
Jeongwoo lagi-lagi berkedip bingung. Jari tangan saling tertaut, netranya bergerak berpindah menatap Haruto dan Doyoung secara bergantian. Mereka berbicara dengan topik yang susah untuk Jeongwoo cerna.
Jadi, yang bisa Jeongwoo lakukan adalah..
"Haru.. jadi main ngga?"
␥
haloo, aku update lagi hahaha
ini kayanya update suka-suka ya 🤔. anw, komennya kalian aku suka banget, ada yang nungguin juga hwhw
18-08-2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiddo √
FanfictionCOMPLETED! [ Hajeongwoo | Boyslove! ] "Kata ayah kartu ini bisa beli apa aja. Aku mau beli kamu, berapa harganya?" © ARCAPHILE