⌕. Dua : Protes

3.2K 494 45
                                    

"Ayah bohong!"

Pergerakan seorang pria yang hendak menyerahkan sekotak susu pada anak kecil seketika terhenti. Dahi Mashiho berkerut halus saat sepasang telinganya menangkap suara ribut dari ruang tengah.

"Ayah ga bohong."

"Bohong!"

"Ruto, dengar ayah dulu-"

"Ayah jeleeekkk! Ga mau dengar ayah ngomong lagi."

"Weh bocil-"

"Kenapa itu abang sama ayahmu, dek?" Tanya Mashiho seraya menyerahkan kotak susu yang semula ia pegang kepada si bungsu.

Gadis kecil dengan rambut poni dihiasi bando putih itu menggeleng. "Nda tauuu." Ucapnya kemudian melompat turun untuk menggenggam jemari sang papa. "Ayo liat!"

Mashiho mengikuti langkah anak perempuannya sampai ke tempat sumber keributan. Dilihatnya suaminya—Kim Junkyu berdiri di hadapan si sulung sambil mengusak rambutnya sendiri.

Si kecil Jayoon atau akrab di panggil Yoon berlari kecil menuju ruang tengah setelah melepas pegangan pada tangan sang papa. Melompat naik ke atas sofa lalu menatap Haruto dan sang ayah bergantian.

"Napa libut?" (Kenapa ribut?)

Haruto menoleh bersamaan dengan jari telunjuk langsung menuduh ke arah Junkyu. "Ayah tuh bohong."

"Ayah bohong?" Yoon melirik sinis Junkyu yang sekarang melotot karena merasa dituduh. "Pa! Ayah bohong! Malahin!" (Marahin!)

Sang kepala keluarga lantas menggeleng tidak terima. Takut-takut suami manisnya akan memarahi dirinya atas kesalahan yang tak ia perbuat.

Junkyu mengibaskan tangan tepat di depan dada, kepala pun turut menggeleng ribut. "Kakak ga ngelakuin apapun, sayang. Si bocil yang bertingkah, beneran."

Junkyu berharap Mashiho mau mendengarkannya. Helaan nafas lega Junkyu mengudara tatkala menyaksikan Mashiho tersenyum tipis. "Udah ih melas banget mukanya."

Kemudian sang papa menaruh perhatian pada si sulung Haruto yang tampak menekuk wajah. Mashiho berjongkok di depan Haruto, meraih tangan jagoannya untuk ia genggam.

"Coba cerita ke papa kenapa Ruto bilang ayah bohong?"

Haruto mendongak. Wajah yang semula cemberut kini berganti sejurus ia mengeluarkan kartu hitam pemberian Junkyu dari dalam saku. Mashiho menaikkan satu alis begitu blackcard milik sang suami berada tepat di depan wajahnya.

"Kata ayah kartu ini bisa beli apa aja, pa. Tapi, tadi pas Ruto main dan mau beli sesuatu malah ga bisa!" Haruto berbicara penuh penghayatan seolah ia menyesal mempercayai ucapan sang ayah kemarin hari. "Ayah bohong! Ruto ga suka!"

Yoon yang turut mendengarkan mengarahkan telunjuknya yang bergoyang ke arah sang ayah. "Ayah bohong, ayah bohong. Ga baik loh, ayaaahh."

Mashiho menoleh, menatap Junkyu serius. "Kan, apa aku bilang. Seharusnya kakak dengerin aku kemarin."

Pria anak dua itu lantas mengusap dadanya pelan. Junkyu harus sabar menghadapi tiga sumber kehidupannya yang kini memandang dengan sorot mata penuh intimidasi. Terutama Haruto, sepasang mata bulatnya terlihat menaruh begitu banyak amarah.

"Dia udah beli lego. Untuk yang satunya dan menjadi masalah sekarang ini, coba kamu tanya dia mau beli apa deh, dek."

Junkyu sudah berada diambang lelah berdebat karena mulutnya terasa sakit sehabis meladeni ucapan anak pertamanya sedari tadi. Ia memilih duduk di samping putrinya, mencium gemas pipi berisi milik Yoon. "Kamu tuh masih sekecil kutu aer gausah ikut-ikutan nuduh ayah dong, dek."

Sontak saja tangan kecil mampir ke muka Junkyu. "Belisik ah ayah, sssttt!"

Usai suaminya berbicara membuat Mashiho penasaran akan apa yang Haruto inginkan namun tak ia dapatkan. Kembali, ia fokuskan perhatian teruntuk Haruto yang kembali cemberut.

"Emang Ruto mau beli apa?"

"Beli Je."

Refleks dahi Mashiho mengernyit dalam. Pria itu tak memahami apa yang anaknya katakan. "Beli.." Netra Mashiho bergulir menatap Junkyu. Ia butuh bantuan suaminya itu, ".. Je? Je apa, kak?"

"Jet kali!"

Haruto menggeleng tak terima saat adiknya salah sebut apa yang ia maksud. "Bukan jet tapi Je!"

"Nda bisa beli Je?"

"Iya."

"Mungkin uangnya habis. Ayah nda isi."

"Ada kok isinya."

"Yoon nda ngelti ah! Masih kecil otaknya."

"Ya kan dede masih kecil."

"Oke." Mashiho bertepuk tangan mencoba menarik atensi agar masalah dapat teratasi secepatnya. Manik kembar Mashiho memandang lurus Haruto yang membalas tatapannya.

"Anak papa yang ganteng."

"Ruto!"

Seruan semangat tersebut mendapatkan gelak tawa singkat dari kedua orangtua si anak.

"Je itu apa?"

Senyum Haruto terulas manis. Si kecil sigap berdiri, siap menjelaskan siapa itu Je.

"Je teman Ruto! Anaknya baik, suka senyum manis, pipinya tembem, matanya cantik, pake jaket kepala beruang, keciilll! Je lucu, Ruto suka. Mau beli Je!"

Penjelasan sang anak rupanya sukses membuat Mashiho mematung. Lantaran terkejut oleh apa yang ia dengar dari mulut Haruto. Patah-patah memalingkan pandangan guna melihat sang suami yang mengusap wajah lelah.

"Je itu anak orang, dek. Tuh bocil mau beli anak orang, ngada-ngada."

Ayah Junkyu - Papa Mashiho - Adek Yoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayah Junkyu - Papa Mashiho - Adek Yoon

update lagi hhe

– 18-07-2022.

Kiddo √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang