⌕. Enam belas : Goodluck, bro

1.5K 253 30
                                    

Satu minggu berlalu semenjak kejadian itu. Haruto dan Jeongwoo terlihat seperti sedia kala, selalu bersama dan tak terpisahkan. Di mana ada Jeongwoo, tubuh menjulang Haruto selalu ada dibelakangnya.

Meskipun begitu, Jeongwoo tidak merasa terganggu sama sekali. Ia membiarkan Haruto megekorinya bagai anak ayam mengikuti induknya.

Namun, saat ini anak ayam tersebut tak terlihat wujudnya. Jeongwoo mengerucutkan bibirnya sembari menatap layar ponsel. Dagunya ia letak di atas lipatan tangan.

"Hari minggu," gumamnya. "Haru kok ga ngasih kabar mau main ya?"

Menurut Jeongwoo ini tidak seperti biasanya. Hari minggu Haruto akan selalu memberinya pesan singkat sekedar pergi menemuinya atau mengajaknya bermain di luar. Tetapi, hari ini Jeongwoo belum mendapatkan kabar apapun.

Bahkan pesannya belum di baca oleh pemuda Kim tersebut.

"Haru kemana ihh," Jeongwoo merengek. Tiba-tiba ia berdiri dan berlari secepat kilat menuju kamar orang tuanya. Selain Haruto, Daddy dan Papi pun tak terlihat sama sekali.

Ini sudah pukul 10 pagi, seharusnya Papi sudah duduk santai di sofa menikmati acara televisi.

Jeongwoo mengetuk pintu kamar. "Papi? Dad? Kalian ada di rumah, kan?"

Jeongwoo ingin mengetuk lagi namun segera ia urungkan tatkala pintu terbuka memperlihatkan penampilan Jaehyuk yang jauh dari kata baik. Rambut berantakan dan beberapa cetakan gigi, memar merah, cakaran kuku menghiasi leher serta lengan. Pria itu menggunakan baju tanpa lengan, jelas akan sangat terlihat.

"Kenapa, Je? Papi masih tidur, kecapean semalem."

"Ya jelas papi kecapean! Liat aja daddy sendiri gimana bentukannya?! Papi aku kasian tauu!"

Jaehyuk tertawa hambar seraya menggaruk tengkuknya. "Jeo laper? Mau dad masakin sesuatu?"

Jeongwoo mengangguk, mukanya memelas dengan tangan mengusap perut. "Banget! Pengen makan roti bakar buatan papi."

Jaehyuk beralih menutup pintu kamar. Sang ayah mengusak surai anaknya. "Biarin papi istirahat dulu, ya? Biar daddy yang buatin roti bakar buat kamu."

"Yaudah, deh. Isian nya coklat keju ya, dad."

"Iya, sayang. Kamu duduk sana."

Jeongwoo menuruti perintah ayahnya. Dirinya kembali duduk di kursi, meraih ponsel dan mulai membuka aplikasi berisi banyak video di dalamnya, berlatar hitam dengan logo not musik.

Melihat Jeongwoo tetap berada di rumah membuat dahi Jaehyuk sedikit mengerut. Ia juga menyadari tidak ada kehadiran sosok bocah kecil yang sudah berevolusi, anak dari temannya itu menempeli anaknya.

"Haruto kemana, Je? Biasanya udah naruh dagunya di bahu kamu tiap dad keluar kamar."

Jeongwoo menghembuskan nafasnya kasar. Memilih meletakkan ponsel lalu membaringkan kepala di atas meja. "Ga tau. Haru belum balas chat Jeo."

Saat bertemu nanti tolong ingatkan Jeongwoo untuk mencubit perut berotot milik Haruto. Pagi-pagi sudah membuat dirinya kesal saja.

Kiddo √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang