5 - Yutha's Past

888 115 23
                                    

Gatvin baru menyelesaikan kesibukannya dari perpustakaan, ia sendirian semenjak Yutha mengalami demam dirumah sakit. Sepengetahuan Gatvin, Yutha kembali ke rumah sakit karena ia mengonsumsi banyak minuman es, padahal, Yutha baru saja sembuh kemarin.

"Gw jenguk aja ya Yutha? chat dulu deh" Gumam Gatvin, ia berjalan menuju parkiran dan memencet kontak Yutha.


Calon Pacarnya Gatvin
Online

tha |
udah enakan? |

| belum sih kak
| kepala ku masih pusing

mau dibawain apa? |
mau jenguk |

| apa ya
| eskrim kak

lagi sakit kok makan eskrim |
besok aja ya eskrimnya pas udah sembuh |
yang lain aja tha |

| martabak telor enak gak sih kak?
| sama susu juga enak kayaknya

oke martabak |

| oke kak

Gatvin tersenyum melihat layar handphone itu, langsung saja Gatvin menaiki motornya dan ngebut mencari orang yang menjual martabak telur untuk calon pacarnya.

--

Yutha sibuk memandang layar laptopnya, sibuk bermain game disana. Yutha mendengar jika pintu kamarnya dibuka oleh seseorang, seseorang yang ia tunggu-tunggu datang, Gatvin.

Sudah sekitar 3 minggu mereka dekat, seperti kakak, bagi Yutha yang anak tunggal. Walau Yutha melihat Gatvin sebagai kakak, perasaan Yutha tidak bisa berbohong jika ia juga melihat Gatvin sebagai pacarnya juga. Bahasa simplenya, HTS (Hubungan Tanpa Status).

"Nih, martabak kayak yang kamu mau" Gatvin menaruh bungkusan martabak telur di nakas samping Yutha. Bukannya berbinar-binar ke martabak telur, Yutha malah berbinar-binar ke penampilan Gatvin.

Berambut hitam, masih lengkap dengan seragamnya dan berjaketkan varsity yang sangat mirip dengan jaket varsity miliknya. Jika Yutha sudah menjadi pacar Gatvin, Yutha janji tidak ada seorang pun yang bisa mengambil Gatvin darinya.

"Liatin mulu, ganteng ya?"

Bukannya menerima jawaban dari Yutha, malah Gatvin menerima pukulan pelan di lengannya.

"Mana ada, Kak Gatvin narsis!"

Gatvin tahu jika itu adalah alasan Yutha saja, Gatvin masih bisa melihat semburat merah di pipi dan telinganya.

Agar menutupi salah tingkahnya, Yutha langsung membuka box berisi martabak telur, plastik itu berisi dua box dengan isi yang sama, tetapi mana mungkin Yutha bisa menghabiskan dua box martabak telur diwaktu yang bersamaan?

"Enak, Tha?" Tanya Gatvin seraya tangannya memainkan rambut hitam yang lebih muda darinya

Yutha tidak menjawab dengan perkataan, ia menjawab dengan anggukan semangat. Jiwanya terkumpul jika ia memakan makanan itu. Yutha tidak akan pernah benci dengan hal favoritnya terkecuali jika ada kenangan pahit didalamnya.

"Besok libur, aku pengen nemenin kamu" Jelas Gatvin, Yutha menoleh kearahnya, menelan sisa makanan yang ada di mulutnya lalu membuka suara.

"Maksudnya? Kakak mau nginep?" Yutha menanyakan terkait perkataan Gatvin tadi. Yutha tidak percaya, dan, dibalas anggukan oleh Gatvin.

"Terus, kalo gitu, Kakak tidur dimana? Kalo di sofa itu, mau ku pinggirin dulu" Mengingat sofa panjang disebelah kirinya penuh dengan barang. Yutha hampir beranjak dari kasurnya, lalu dilarang oleh Gatvin.

"Jangan banyak gerak dulu, aku aja yang beresin, kamu tidur aja" Gatvin beranjak dari duduknya, membereskan dengan rapi barang-barang diatas kursi itu, setelah merapikannya, Gatvin kembali ke kursinya.

"Nah udah, hari ini, Yutha mau cerita apa?" Mendengar cerita masa lalu Yutha sudah menjadi salah satu hobi Gatvin selain menata buku-buku di perpustakaan.

"Mau cerita... tentang... Mama lagi" Gatvin menghembuskan nafasnya, ia kesal dengan perlakuan Ibu Yutha kepada Yutha sendiri. Sudah ke 9 kalinya Gatvin mendengar cerita pahit tentang wanita itu.

"Aku gak pernah cerita gimana asal-mula mama benci sama aku, sebelum itu, mama sayang banget sama aku"

Yutha mendekatkan dirinya kepada Gatvin, tidak lupa juga dengan tiang infusnya agar tidak ada masalah dengan selang infusnya.

"Semenjak papa meninggal, Mama down banget. Usaha butik mama ambruk total dan mama jadi gila sekarang, yang setiap hari Kak Gatvin liat itu bukan mama, tapi itu temennya mama" Gatvin mengangguk pelan, menatap mata Yutha dalam-dalam dan melihat kesedihan mendalam dimata Yutha.

"Tante Imel, jatuhnya kayak ngeadopsi aku sampe hari ini karena mama masuk rumah sakit jiwa. Aku nggak mau ngerepotin Tante Imel, jadi aku tinggal sendiri, biasanya juga nyamperin orangnya" Lanjut Yutha, Gatvin juga turut ikut sedih setiap mendengar cerita kehidupan Yutha dimasa lalu.

"Kak Gatvin, makasih ya udah mau deket sama aku." Celetuk Yutha.

"Kenapa tiba-tiba bilang begini, Tha?" Gatvin bingung dengan sikap Yutha akhir-akhir ini.

"Karena, Kak Gatvin udah jadi satu-satunya alasan kenapa aku masih mau ada disini walau hidupku udah berantakan" Yutha tersenyum lebar walau matanya sudah mengeluarkan sedikit air mata.

Gatvin merasa bangga jika ia berhasil menyelamatkan hidup seseorang, apalagi Yutha adalah orang yang ia sukai.

TBC

RedemansiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang