6 - Kau Rumahku

789 101 11
                                    

Mungkin sudah seminggu Yutha masih berada di rumah sakit, tempat yang sangat ia benci setelah rumah. Sinar matahari sore menembus jendela kamar itu, Yutha hanya bisa melamun, lalu untuk menghilangkan rasa sepi disana, Yutha memutuskan untuk menelfon Gatvin.

"Halo, kenapa? mau ditemenin?" Suara Gatvin seperti baru saja bangun dari tidurnya, Yutha merasa bersalah karena mengganggu waktu tidurnya namun disisi lain Yutha suka dengan suara serak dari Gatvin.

"Aku ganggu tidurnya kakak ya? Suaranya kayak gitu"

"Mana ada aku bangun tidur, kurang minum air putih aja"

"Kak, aku mau cerita"

"Cerita aja, aku siap dengerin semua ceritanya Yutha"

Yutha tersenyum, ia bersyukur menemukan orang seperti Gatvin yang bisa menerima Yutha apa adanya. Baginya, Gatvin adalah rumahnya, begitu juga sebaliknya.

Yutha diam beberapa detik, lalu ia melontarkan beberapa pertanyaan ke Gatvin.

"Menurut Kak Gatvin, hidup itu gimana sih?"

Gatvin yang disana sedikit terkejut dengan pertanyaan Yutha yang serius, biasanya Yutha akan melontarkan pertanyaan lucu.

"Hidup ya? Menurutku, hidup tuh... alur cerita yang endingnya bakal ditentuin pilihan kita"

Yutha terkekeh sedikit dengan jawaban Gatvin, ia menerima jawabannya dengan luas hati.

"Kalo aku milih nyerah, hidup ku selesai ya, Kak?"

"Enggak, Yutha. Kamu nggak boleh nyerah, Yutha itu nggak sendiri. masih ada aku, lembayung sama yang lain. Yutha anak kuat, anak baik"

"Aku nggak sekuat itu kak"

Yutha sedikit menangis ketika meluapkan kata-kata itu, Yutha merasa sendirian. Mereka hening sejenak, lalu Gatvin membuka suara.

"Yutha, mau peluk? peluk banyak-banyak biar Yutha nggak ngerasa kalau Yutha itu sendiri"

"Boleh kak, yang banyak ya?"

"Iya, Yutha. Bentar ya kakak mau ke sana"

"Oke kak, ku tunggu"

Telfon itu dimatikan dahulu oleh Yutha, Yutha benar-benar merasa beruntung bertemu Gatvin. Walau hubungan mereka masih tidak jelas apa statusnya, Yutha tak peduli itu.

25 menit berlalu, sosok yang Yutha tunggu-tunggu datang. Gatvin membawa tas, martabak telur dan susu cokelat favorit Yutha. Pemuda itu tersenyum dan mengusak kepala Yutha, lalu duduk di kursi disebelahnya.

Gatvin merentangkan tangannya, ia bersedia memeluk Yutha sesuai dengan janjinya. Tak berpikir panjang, Yutha langsung memeluk yang lebih tua, tanpa ia sadari jika ia menangis di bahu Gatvin.

"Gapapa, Yutha nangis yang banyak, biar lega"

Yutha mendongakkan kepalanya menghadap Gatvin, lalu ia membuka suaranya walau sedikit serak karena menangis.

"Tempat pertama yang paling aku benci itu rumah, aku benci banget sama yang namanya rumah" Yutha diam sejenak dan masih menghadap Gatvin yang tenang memeluknya.

"Tapi, sekarang aku nggak benci sama yang namanya rumah. Rumah ku itu Kak Gatvin sekarang. Kak, salah nggak sih aku jadin seseorang sebagai rumah cuman karena aku benci sama rumah?"

"Nggak kok, Yutha, nggak salah. Malah aku siap banget jadi rumahnya Yutha, jadi tempat pulangnya Yutha, jadi tempat keluh kesahnya Yutha" Kata Gatvin seraya menyisir pelan rambut Yutha yang halus dan harum.

"Kalo gitu, aku siap jadi tempat pulangnya Kak Gatvin, jadi tempat keluh kesahnya Kak Gatvin, jadi rumah nya Kak Gatvin juga" Yutha tersenyum lebar kepada Gatvin, walaupun matanya bengkak, mata Yutha masih bisa ikut tersenyum.

TBC

RedemansiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang