13 - Memori Buruk

517 70 17
                                    

"Gatvin? itu kamu? darimana aja?" Gatvin membuka pintu dari rumah yang sangat besar dan bisa terbilang mewah. Ia hanya melewati pintu itu dan menuju kamarnya yang lama walau sama sekali tidak melihat ayah dan ibunya dibawah.

Ayah dan ibu Gatvin senantiasa menunggu anak terakhirnya itu pulang, hanya saja Gatvin tidak tertarik untuk pulang ke rumah yang ini.

Gatvin berhenti sejenak, lalu menoleh ke arah ayahnya yang sedari tadi berteriak memanggil namanya.

"Loh, kalian masih peduli?"

Dengan kalimat itu, orang tua Gatvin pun terdiam kaku. Namun tidak ingin kehilangan anaknya lagi, ayahnya pun membuka suara.

"Sejak kapan kita nggak peduli sama kamu?"

Gatvin tertawa lepas mendengar kata-kata yang baru saja dilontarkan ayahnya, seakan-akan Gatvin tidak percaya dengan kalimat itu.

"Coba gw tanya sekarang. Kalo kalian peduli, kenapa pas Kak Farhan meninggal kalian nggak pernah lihat Kak Farhan buat terakhir kalinya?"

Memori menyakitkan bagi Gatvin adalah ketika hanya dirinya sendiri yang menemani kakaknya diakhir hayat. Bagi Gatvin, kedua orang tuanya tidak peduli sama sekali dengan sang kakak dan dirinya.

"Satu lagi. Cuman gw yang ada di sisinya Kak Farhan, kalian nggak ada."

"KALAU BEGITU KENAPA KAMU MASIH MAU PULANG KESINI, GATVIN!"

Ayah berteriak keras kepadanya, Gatvin tertawa pelan lalu membalas dengan santai.

"Siapa yang bilang mau pulang? tujuan gw kesini mau ngambil barang. Nggak usah geer deh" Lalu ia melanjutkan langkah kakinya untuk menuju kamar.

Kamar yang ia rindukan karena banyak kenangan dirinya bersama kakaknya, Farhan. Sudah beberapa tahun silam.

Dulu ketika Gatvin baru saja masuk sebagai siswa kelas X dan Farhan menjadi siswa kelas XII. Keduanya merayakan hari dimana Gatvin memasuki SMA, kakak beradik itu berjalan dimalam hari menuju kerumah untuk pulang.

"Kak Farhan, berarti kalo gw naik kelas, lo lulus dong? Yah, sendiri deh gw" Gatvin kesal dengan kenyataan ketika ia harus sendirian ketika Farhan lulus dan memasuki perguruan tinggi nantinya.

"Pin, kan gw masih bisa mampir ke sekolah. Atau nggak, nyari pacar lah biar gak sendiri" Farhan merangkul bahu Gatvin, bahagianya mereka ditambah lagi sedari kecil mereka hampir tidak pernah terlibat konflik satu sama lain.

"Emang ada yang mau sama gw, Kak?"

"Ada. Kalo gw peramal, gw ramal pacar lo inisialnya Y terus kelasnya X MIPA 3"

"Buset, kalo beneran gimana, Kak?"

"Traktir serabi bandung lah ya"

Sedang asik bercanda tawa, tiba-tiba seseorang yang tidak dikenal berlari ke arah mereka berdua dan menusuk perut Farhan.

Tak lama, Farhan pun terjatuh dengan bersimbah darah diseragam putihnya. Gatvin tentu saja terkejut dengan kejadian yang tidak pernah terpikirkan diotaknya.

"KAK FARHAN! KAK!"

Mata Gatvin membulat lebar, ia panik karena kakaknya terluka parah dan kehabisan darah. Gatvin meraih handphonenya dan menelepon ambulans terdekat dari jarak mereka berdua.

"Pin, dengerin gw. Lo harus jadi anak yang kuat, yang hebat. Banggain gw dengan prestasi kecil lo, maaf kalo gw pernah ada salah sama lo. Maaf juga gw cuman bisa nemenin lo sampe sini" Farhan berkata seperti itu dan tersenyum terhadap Gatvin yang sudah menangis ditengah jalan yang sepi.

"KAK, LO NGOMONG APA SIH? NGOMONG TUH YANG BENER, NGOMONG KALO LO BISA SELAMAT KAK" Gatvin berteriak panik kepada Farhan, Farhan sedari tadi memejamkan matanya. Sekarang ia tidak lagi membalas perkataan Gatvin.

Selang itu, ambulans datang dan mengangkut tubuh Farhan. Sangat disayangkan jika nyawa Farhan tidak bisa selamat dan harus meninggalkan Gatvin sendirian.

--

Kembali ke sekarang, Gatvin bersama Yutha sedang berada ditempat tinggal Gatvin. Yutha sendiri yang mengajak Gatvin untuk pulang kerumahnya, Yutha sedang tidak ingin untuk pulang kerumahnya sendiri.

"Kak, nanti ke makamnya Kak Farhan yuk? Kak Gatvin pasti kangen banget sama Kak Farhan" Saat ini Gatvin berada bersama Yutha, satu satunya tempat pulang yang ia miliki.

Gatvin hanya menganggukkan kepalanya, lalu memegangi kedua tangan Yutha. Gatvin merasa aman jika bersama Yutha, dan sebaliknya, Yutha juga merasa aman jika bersama Gatvin.

"Yutha, Kak Farhan ternyata bener. Berkali-kali dia selalu bilang kalau aku bakalan punya tempat berkeluh-kesah, bahkan dia juga selalu nyebutin inisial Y. Itu, Kamu"

Gatvin tersenyum lebar kepada Yutha, Yutha juga tidak mengira jika kakak dari Gatvin tepat menebak seseorang yang akan menjadi sebuah rumah bagi adiknya sendiri. Yutha berharap jika ia mempunyai kakak seperti Farhan.

TBC

Atharwa Farhan Nareswara (Park Hanbin)

Jujur, setelah ngetik chapter ini, kepikiran buat bikin book yang isinya ngebahas orang yang nusuk Farhan tapi mau fokus book Javas-Kanaya dulu sih.

RedemansiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang