4. Nameless

259 64 14
                                    


Entah sudah berapa lama waktu berlalu semenjak hilangnya kelima orang itu. Tetapi, tetap tidak ada kemajuan dari kasus tersebut. Lee Hoe Taek terus-menerus mengitari area ranjang-ranjang yang kosong, berharap akan muncul suatu petunjuk yang baru. Ouju pun tak berhenti bertanya ke orang-orang yang sempat berhubungan dengan mereka sebelum menghilang. Sementara Takuto hanya bisa diam sambil melihat mereka berdua melakukan semua pekerjaan itu.

"Apa aku tidak boleh ikut membantu juga?" Kata Takuto pada Ouju beberapa waktu sebelumnya.

"Hal ini terlalu berbahaya bagimu." Ouju menimpali.

"Huh! Lee Hoe Taek juga berbicara begitu kemarin." Kata Takuto kesal.

"Tapi memang seperti ini situasinya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi padamu, pada orang lain." Ouju mencoba berkata dengan serius.

"Bukankah itu berarti berbahaya juga untukmu?" Takuto tak mau menyerah.

Ouju meraih pundak Takuto dan menaruh kedua tangannya di atasnya. "Karena itu, setidaknya aku ingin kau terhindar untuk saat ini." Dia mengambil nafas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku akan menuliskan semua yang kutahu ke dalam buku catatanku. Jika terjadi sesuatu padaku, kau boleh mengambilnya." Katanya sambil berbisik, yang tanpa disadarinya, Park Gun Wook yang ada di samping mereka diam-diam menguping pembicaraan itu, dan ada Sung Han Bin yang juga diam-diam mengawasi mereka bertiga.


Zhang Hao sedang berkeliling sambil terus menundukkan kepala. Matanya memindai dengan teliti, melihat-lihat ke sekitar, ketika tiba-tiba seseorang meraih tangannya. "Apa yang kau lakukan di sini?" Kata suara itu. Zhang Hao mendongakkan kepalanya dan melihat Hiroto. Dia menengok ke segala arah dan akhirnya menyadari bahwa dia sudah berada sangat jauh dari lokasi ranjangnya sendiri.

"Aku sedang menyelidiki sesuatu." Jawab Zhang Hao.

Hiroto memiringkan kepalanya sambil mengernyitkan dahi seolah menanyakan apa yang sedang diselidikinya.

Zhang Hao menunjuk papan alas kaki pada ranjang Hiroto. "Di sini ada namamu, kan?" Tanyanya. Hiroto mengangguk dan Zhang Hao langsung mengeceknya sendiri. "Dan semua orang seharusnya punya ini, kan?" Zhang Hao bertanya lagi.

"Seharusnya?" Hiroto tidak menangkap maksud kalimat Zhang Hao.

"Awalnya aku ragu, apa mungkin aku salah melihatnya. Tapi, setelah aku periksa lagi, aku tetap tidak melihat ada tulisan nama di ranjangnya." Jelasnya.

"Lalu? Siapa orang itu?" Tanya Hiroto lagi.

"Entah, aku tidak bisa mengingatnya. Aku tidak tahu selama ini aku memanggilnya dengan nama apa. Aku juga tidak bisa mengingat wajahnya." Zhang Hao menjawab dengan wajah serius.

"Jadi, di mana letak ranjangnya?" Hiroto ikut-ikutan serius.

"Koordinat (6,5), tepat di tengah-tengah ruangan ini." Zhang Hao melirik posisi ranjang itu tanpa menolehkan kepalanya.

Hiroto agak terkejut, "Bukankah kita dua kali mengadakan rapat di dekat sana?"

"Benar, waktu itu juga ketika aku pertama kali menyadarinya. Aku tidak tahu apakah ada orang lain yang menyadarinya juga." Kata Zhang Hao sambil mengamati sekelilingnya lagi.

"Apakah ada ranjang lain yang juga tanpa nama?" Tanya Hiroto.

"Tidak, sejauh yang kuselidiki hanya ada satu itu tadi." Jawabnya.

"Tiba-tiba ini terpikirkan olehku, apa mungkin dia adalah penyebab hilangnya orang-orang itu?" Hiroto melirik ranjang kosong milik Jo Eun Woo yang tidak jauh darinya.

Boys Planet: I am You. Hello, It's Me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang