10. Things We Don't Know

151 39 8
                                    

"Tidak kusangka aku akan melakukan hal seperti ini. Lagi." Ujar Na Kamden ketika dia membaringkan tubuh Park Ji Hoo di ranjangnya. "Semua ini hanya bisa berakhir ketika kita semua mati." Dia bergumam setelahnya.

Wang Zi Hao yang membantunya hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum kecut menanggapi perkataan Na Kamden.

"Sebenarnya sampai saat ini aku masih tidak mengerti kenapa aku harus ada di sini." Sahut Zhang Shuai Bo yang ada di samping mereka, sedang mengangkat jasad Mun Jung Hyun dengan Ricky.

"Jadi, kau pikir lebih baik kau yang mati, begitu?" Tanya Ricky dengan nada sarkas.

"Bukan begitu maksudku!" Zhang Shuai Bo mengelak dengan cepat.

"Tapi memang aneh, sih. Tempat ini sangat misterius. Kalau kita ingat-ingat lagi sejak pertama kali kita tidak tahu tentang banyak hal. Baik semua yang ada di ruangan ini sendiri dan apa yang ada di luar." Sahut Wang Zi Hao.

Na Kamden menghentikan gerakannya dan berkata, "Aku dengar Seo Won mengingat beberapa macam hal."

Ricky menoleh, "Seperti apa?" Tanyanya.

"Kau tahu film?" Na Kamden kembali bertanya. Yang lainnya menganggukkan kepalanya pelan.

"Aku tahu apa itu film. Tapi, kalau kau suruh aku untuk menyebutkan contoh atau judulnya sepertinya aku tetap tidak bisa." Zhang Shuai Bo menyahut.

Na Kamden mendekatkan wajahnya ke ketiga orang itu dan berbisik, "Dia bisa mengingat adegan-adegan yang muncul di dalam filmnya."


. . .


"Sekarang di area ini hanya kau sendiri yang bertahan hidup." Ujar Zhang Hao kepada Hiroto setelah selesai merapikan jasad-jasad di sekitarnya.

"Kenapa kau membantu di sini? Bukankah di dekat ranjangmu juga ada yang gugur?" Hiroto membalas dengan pertanyaan.

Zhang Hao tersenyum kecil, "Tapi tidak sebanyak di sini. Lagipula di sana sudah ada pasukan yang mengurus." Dia menepuk-nepuk pundak Hiroto untuk menenangkannya dan menengok ke seberang ruangan. "Selain itu ada hal lain yang ingin aku bahas." Lanjutnya.

Hiroto duduk di tempat tidurnya dan melihat ke sekeliling. "Haruskah kau membicarakannya sekarang?"

"Ya. Sebelum aku lupa." Jawab Zhang Hao dengan singkat dan yakin.

"Baiklah, katakan sekarang."

"Apa kau ingat apa yang Anthonny katakan ketika dia menembak Lee Hwan Hee?" Bisik Zhang Hao duduk di samping Hiroto.

"Yang bagian mana?" Hiroto bertanya balik.

Zhang Hao mendekatkan dirinya lagi. "Dia bilang dia pikir itu semua hanya mimpi. Tapi kenapa dia bilang begitu? Itu karena dia pernah bermimpi, kan?"

"Katakan dengan mudah, aku sedang tidak ingin berpikir keras."

"Dengar, kita di sini entah sudah berapa hari. Tapi selama aku tidur, aku tidak pernah bermimpi. Apa kau pernah bermimpi?" Zhang Hao melontarkan pertanyaan lagi.

Hiroto hanya menggeleng pelan. "Mungkin kau bermimpi tapi tidak menyadarinya saja saat sudah bangun."

"Tidak, tidak. Walau mungkin aku tidak ingat apa yang aku mimpikan, tapi harusnya aku tetap merasakannya seperti "wah, barusan aku mimpi apa ya?"" Balas Zhang Hao.

Hiroto hanya diam. Dia tidak tahu harus menanggapi seperti apa.

Zhang Hao menjentikkan jarinya dan berkata, "Haruskah aku bertanya pada yang lainnya juga? Siapa tahu ada yang mengalami hal yang sama?"

Boys Planet: I am You. Hello, It's Me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang