Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jaemin mendadak jadi canggung, peristiwa menabrak pria asing tadi sempat membuat bibir nya berair. Siapa pemilik netra legam sekelam malam tadi? Sungguh berdebar hebat jantung Jaemin.
Otaknya nggak mau berhenti mikir, siapa dan dari mana asalnya pria itu. Terlihat tampan walau masker menutup wajahnya.
Apalagi rambutnya lebat, auranya luar biasa, dalamnya jangan tanya. Biasanya kalo seorang pria berambut tebal, nafsunya besar.
Jaemin mengocok dua butir telur sambil bersiul, dari pagi Jaemin belum makan nasi. Hidup sendiri membuatnya harus mandiri.
"Ck! Mana gass abis!" kecewa banget mana hari makin larut.
Di malam yang dingin ini Jaemin merasa rugi kalo apa-apa sendiri, nggak ada yang nggandeng tangannya kalo pergi-pergi.
Rumah Jaemin memiliki banyak kamar, biasa di tempati sama anak kosan. Lumayan, mata pencaharian tambahan buat Jaemin. Cuma kali ini lagi sepi aja, kebanyakan personil kosan berasal dari kalangan mahasiswa. Liburan kenaikan kenaikan kelas telah tiba.
Jaemin berjalan sambil memegangi perutnya, sungguh ia lapar. Kenapa tadi pas di luar nggak kepikiran buat beli makan malam?
Telur yang sudah di kocok ia simpan kembali ke kulkas. Dengan memakai lingerie putih satin dan hoddie oversize, Jaemin kembali menuju garasi rumah. Ngeluarin motor matic buat beli makan.
Sampai di mekdi, Jaemin langsung mesen makan aja. Diliatin orang-orang, halah apa lagi kalo bukan ngiler? Kaki jaemin mulus banget, seputih susu sehalus kulit bayi.
Apalagi kutek yang di kuku nya warna merah , gelang di kaki nya bergemerincing seiring jalannya.
Jaemin menyodorkan credit card untuk membayar, karena Jaemin nggak demen ngoleksi uang receh kembalian.
Jaemin menatap sinis pada siapapun yang heran pada penampilannya. Terutama pantatnya yang membuat lingerie bagian belakangnya terangkat ke atas. Menyajikan paha dalamnya yang berkibar.
Si manis nggak pake helm, cukup menaikkan penutup kepala pada hoddie nya. Bagaimanapun Jaemin harus ngisi perutnya pake nasi sebelum minum obat.
Memiliki riwayat penyakit asam lambung membuat hidup Jaemin selalu terobsesi dengan yang namanya obat-obatan.
Motor Jaemin melesat di pinggiran jalan, nggak berani ke tengah karena Jaemin masih sayang nyawa.
Lagi fokus sama jalanan, Jaemin seperti melihat pria sialan yang ia temui sore ini. Duduk ditemanai ransel besar di sebuah halte buss.
Waktu hampir menunjukkan lewat tengah malam, lantas apa yang pria itu lakukan di halte yang sepi. Jaemin menghentikan motornya, siapa tau rejeki buatnya yang kesepian.
"Mass" ambigu, tapi hanya ini yang Jaemin bisa tanyakan.
Si pria yang tadinya menunduk kini pun fokus pada kaki Jaemin, kemudian mengangkat kepalanya.