Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jaemin merasa mau mati, tapi Jaemin belum pernah merasakan nikmatnya mendesah di bawah permainan liar seorang dominan.
Tapi Jaemin sadar, dulu pernah nolak pacaran. Mungkin udah jadi jalan pintas nya, jomblo sampe tua. Oh, rupanya karma itu memang ada.
"Eeuhmmm,," Jaemin keenakan di usap-usap punggungnya, sama Jeno yang menelungkup di belakangnya.
Jaemin butuh usapan dalam, apalagi bobot tangan Jeno terbilang mantap untuk punggungnya yang kecil.
Inilah cara Jeno meminta maaf, karena Jeno udah buat punggung Jaemin remuk nabrak kepala ranjang.
"Sakit tau" raung Jaemin nggak ada hentinya perasaan.
"Aku nggak ada duit buat bawa mom-mommy ke rumah sakit" masih canggung, tapi Jeno udah biasa.
Pamitan ke kamar mandi buat coli, nggak tau kenapa Jeno tiba-tiba klimaks. Perkara nyenggol doang harus membuang sperma secara cuma-cuma. Yaudah, untung kamar mandi di rumah Winwin banyak.
"Lebih enak lagi kalo ngusap nya dari dalem kaos mom"
Jaemin narik kaos bagian belakang dengan satu tangannya, tekstur kulitnya benar-benar putih, mulus kenyal. Tulang ekor Jaemin pun begitu mungil, membentang ke bawah.
Ah, Jeno nggak boleh ngucap. Ragu-ragu tangannya mulai mendarat di permukaan kulit Jaemin.
Telapak tangan Jeno kini menyentuh pundak nya yang lembab. Merayap menuju tengkuknya yang tidak kalah kecil.
Jeno tidak tau kalo Jaemin udah senyum-senyum sendiri, pundaknya hangat karena tangan Jeno memijit perlahan-lahan.
"Jenoo,"
"Are you sleepy?"
"Jenoo ohh"
Jeno tidak menjawab, membuat Jaemin memutar kepalanya. Berhadapan langsung dengan, —jeno yang ternyata sedang mengocok penisnya di belakang Jaemin.
"Aahhnggghh, sakit banget mom"
Otomatis Jaemin terlonjak, kaget nya bukan main. Merasakan gelenyar hebat hadir kembali di raga nya, perut Jaemin menghangat.
Eyesmille Jeno, berubah menjadi sayu menahan erangan. Kedua mata Jeno berair, cuping telinga Jeno pun merah padam.
"Uhnggghhhhh" raungan Jeno kian mengeras.
Jaemin langsung bergerak mengunci pintu kamar. Belum ada setetes sperma keluar dari penis Jeno, membuat bibir Jaemin bergerak gemas dan mengecap-ngecap lidahnya.
Jaemin merangkak ke ranjang, urat di area penis Jeno terlihat menegang. Jemari lentiknya meraih tangan Jeno, membantunya mengocok dengan cepat.
Jaemin nggak mau langsung megang penis yang begitu gagah milik karyawan nya, sebelum empunya mengijinkan.
Kaki Jeno di buka lebar, Jaemin mencekal kedua pahanya. Posisinya, Jaemin duduk seperti katak di bawah Jeno yang mengangkang.
Jeno menggerakan pinggulnya patah-patah, sebisa mungkin berusaha untuk menukar tangannya dengan tangan Mommy Jaemin.
"Jenooo" masih dengan tatapan ragu, namun penasaran. Jaemin mulai menjamah ruas penis Jeno yang kian menebal.
"Help me please" mohon Jeno, hidung bangirnya kembang kempis diatas sana.
Jaemin sih mau-mau aja. Milik Jeno udah keras banget, ujung penisnya begitu merah delima, mulus seperti kupasan bawang merah.
Saat ini kedua mat jeno terpejam, tidak berani memandang bagian selatannya yang sedang di kuasai oleh —mulut mommy Jaemin.
Jaemin udah gemas, ia menggigit kecil penis Jeno yang mulai berdenyut lucu.
Enzim di mulut Jaemin, terbuang cuma-cuma hanya untuk memanjakan penis yang haus belaian itu.
Haus belaian lah, kan Jeno duda :))
Deretan gigi Jaemin begitu memanjakan jenjang lurus penis Jeno, jangan lupakan dua bola kembarnya.
Jaemin cubit kemudian pelintir. Bulu roma Jeno bersemai, terkena hembusan nafas hangat yang keluar dari rongga hidung Jaemin.
Baunya yang khas, akan membawa Jaemin ke dalam mimpi indah malam ini. Saat itu juga, rasa duka yang menyemlimuti hati Jaemin hilang sudah.
Sperma Jeno muncrat kemana-mana, jaemin melihatnya dengan tatapan penuh puja. Seperti air mancur di taman kota, mengenai wajah Jaemin sebagai nutrisi kulit tambahan. Jaemin udah nggak perlu beli skincare.
Di tatapnya jeno kembali, masih merasakan sisa pelepasan.
Jaemin tidak menyadari kalau selangkangan indahnya pun ikut basah.
Sungguh role player yang tidak di sangka-sangka sebelumnya.
🐰🐶
Karena rumah winwin dekat dengan pantai, kesempatan buat Jaemin membuang semua rasa duka yang terpahat di benaknya.
Langkahnya lebar, menuju bibir pantai. Jangan lupa, ada Jeno yang setia menjadi pengawas kemana perginya si mommy bar ini.
Jeno udah lega, tangan lentik mommy Jaemin mampu memuaskan dan menuntaskan gejolak klimaks yang tiba-tiba singgah tanpa di minta.
"Ayahhh!!!! Jaemin kangen!!!" teriaknya.
Ada rasa iba dari Jeno yang tiba-tiba meraih pinggulnya, Jaemin tidak sadar kalo tubuhnya semakin berjalan maju menerjang derasnya ombak.
"Jeno hikkss"
Kepala bersurai coklat milik Jaemin kembali mendekam di dada bidang Jeno. Langkahnya tertatih karena Jeno dengan ringannya menarik tubuh Jaemin, mendudukannya di atas pasir basah.
Kaki Jaemin masih bisa merasakan ombak kecil yang menyapa ruas kulitnya. Begitu juga pasir putih yang kini ia duduki pun merasakan kesedihan yang sama dengan seorang insan pemilik hati mudah rapuh ini.
Tidak ada hentinya Jaemin menangis, Jeno kembali mengusap sensual punggungnya.
Kesedihan mendalam, dunia begitu kejam untuk Jaemin yang mudah lelah.
Lucas pernah berkata, kalau rumah yang Winwin tempati saat ini berada di atas tanah pengasingan. Mereka bisa angkat kaki kapan saja jika waktu perampasan aset berharga mereka telah tiba.
"Mommy.. please, don't waste your tears!" kini , bolehkah Jeno mengeluh. Kali ini Jeno berkata tulus.
Melihat wajah ceria Jaemin yang kini berubah kusut seperti tidak terurus. Kematian sang ayah memang baru beberapa hari, tetapi kesedihan dari dalam raga Jaemin tentunya akan ia ingat sampai mati.
