XIII. Runaway (part 1)

31.1K 1.8K 178
                                    


Aku mendribble bola sambil berjalan keluar lapangan. Latihan dengan melakukan match melawan anak-anak baru saja selesai. Mataku memandang ke sekeliling lapangan sampai terhenti pada sebuah tempat diluar lapangan yang biasanya akan aku cek lebih dulu sebelum aku main dan sesudahnya – karena Levi ada disana. Tapi sudah hampir 2 hari ini, sejak kami memutuskan untuk tak begitu dekat, dia tak lagi ada dalam  kegiatan-kegiatanku. Kami hanya bertemu di kelas, itu pun dengan jarak duduk yang selalu berjauhan. Baru 2 hari saja, tapi aku sudah mulai tersiksa. Levi benar-benar sudah mempengaruhi hidupku, jadi sebentar saja aku tak melihat atau bersamanya – semua langsung terasa aneh. Sungguh, aku tak bisa membayangkan kalau dia benar harus pergi selamanya meninggalkanku untuk tinggal di luar negeri.


"Udah, jangan diinget-inget terus. Let it go, Niel." Suara seseorang dengan rangkulan di pundakku, membuat aku terhenyak.


Aku menoleh dan melihat Feri disana sedang memberiku senyuman penuh simpati. Dia memang sudah aku ceritakan kalau aku putus dari Levi, tapi aku tak bilang kalau itu pura-pura dan hanya untuk menjalankan misi berbahaya yang sudah aku susun dengan Levi. Setidaknya, aku hanya mau menghindari pertanyaan kenapa aku sudah tak pernah bersama Levi lagi. Begitu juga agar lebih cepat menyebar dan orang-orang sungguhan mengira kami sudah putus.


Aku balas tersenyum datar. Dia menepuk-nepuk pundakku sambil membawaku pergi dari sana. Feri memang sangat menyayangkan dan tak mengira kalau aku dan Levi akan putus. Dia sudah sangat salut dengan perjuangan kami yang mempertahankan hubungan tak biasa itu. Aku jadi tak enak, tapi aku tak bisa membocorkan apapun padanya – meski sekarang dia adalah teman baikku dan Levi.


"Adniel !" aku berhenti begitu sudah akan memasuki ruang ganti bersama Feri.


Aku baru berbalik dan mendadak William sudah ada disana. Dia memandangku dengan tatapan cemas yang tak pernah aku lihat sebelumnya.


"Apa?" tanyaku tetap datar.


Dia melihat pada Feri yang juga jadi kut berhenti dulu. Dan tanpa menjawabku, William pun menarik lenganku sampai bola basket yang aku pegang terlepas. Dia menyeretku menjauh dari sana. Sekilas aku bisa melihat wajah Feri yang keheranan sambil memegang bola basket ku tadi.


. . . . . . . .


"Pelan-pelan aja kali, Will." Kataku begitu aku berhasil melepaskan cengkramannya di lenganku setelah kami berada ditempat yang agak sepi.


William tampak tak perduli dan malah terus memandangku lekat.


"Lu... putus sama Leviandra?" pertanyaan William akhirnya menyadarkanku dengan segala sikapnya barusan.


"Iya." Jawabku, singkat.


"Serius?!" William semakin melebarkan matanya dan tampak tak percaya.


Aku mengangguk saja.


"Astaga !" cetusnya kemudian sambil menyentuh keningnya. "Jangan bilang, lu sama Leviandra ngikutin sarannya Harlan !?" tuduh William pula. Suaranya jadi mendesis, takut juga jika ada yang mencuri dengar.

IF I LOVE YOU TOO?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang