"Lo udah pikirin tawaran gue?" Dara langsung menghadangku siang itu, ketika aku baru sampai di kampus. Ternyata dia sengaja menungguku di parkiran hanya demi mendapatkan jawaban dariku. Oh astaga, aku tak pernah melihat Dara se-aneh ini sebelumnya. Demi Tuhan, jangan bilang ini semua gara-gara aku.
"Udah." Jawabku setelah melepas helm. Hari ini aku memang tidak datang bareng Levi, karena dia ada urusan senat dari pagi.
"Lo setuju?"
"Nggak."
Dara cepat merubah raut muka penuh harapannya, menjadi lebih suram – seolah aku memang sudah menghancurkan semua bayangan indah yang sedang ia pikirkan.
"Kenapa? Leviandra pasti yang –"
"Nggak. Dia malah minta buat gue setuju, tapi gue gak mau." Jelasku, apa adanya.
"Kenapa Niel? Gue kurang apa? Gue udah kenal lo sejak lama.. apa karena gue cewek? Tapi setau gue, lo juga suka pacaran sama cewek!"
Aku menghela nafas, tidak nyaman, dan melihat ke sekelilingku. Ada beberapa anak memperhatikan kami, tapi tak lama begitu aku balas melihat pada mereka. Tempat ini memang tidak bagus untuk membahas pembicaraan konyol ku dengan Dara, tapi aku juga tak mau membawa dia ke tempat yang lebih sepi – aku malah takut dia akan berbuat lebih nekat lagi.
"Ra, lo itu udah gue anggep kayak adik gue sendiri, jadi gue gak mungkin pacaran sama lo." Tegasku, entah untuk kesekian kali.
"Tapi Niel –"
"Nggak ada tapi, Ra. Gue bisa lupain masalah kita kemaren-kemaren, tapi lo harus berhenti bertingkah aneh kayak gini. Gue gak akan mau pacaran sama lo, udah jelas kan?!" potongku.
Dara menggelengkan kepala. Wajah suramnya berubah menjadi lebih sedih, seperti akan menangis. Ahk, sial sekali kalau sampai dia menangis disini, tapi menurutku, dia pasti berpikir berkali-kali dan tak mau malu menangis di tempat umum begini. Hanya saja, aku lupa kalau dia adalah cewek yang cukup nekat.
Tanpa bisa mengelak, Dara pun memelukku dengan tiba-tiba. Aku hanya bisa terpaku, tak balas memeluknya. Dia menangis di dadaku.
"... gue rela Niel, lo jadiin yang kedua. Gue rela, tapi please.. jangan tolak gue lagi."
Shit.
Aku hanya mampu mengutuk dalam benakku. Ini yang paling aku malas. Dara menangis, agak meraung dan memohon-mohon. Tipikal cewek untuk meluluhkan hati dan perasaan laki-laki. Sialnya, aku masih punya hati dan perasaan – hingga aku pun jelas jadi tak tega.
"Ra, jangan kayak gini.." aku mencoba menghentikannya, tapi dia malah semakin erat memelukku.
"Please, Niel.." dia memohon lagi dalam tangisnya.
Mampus aja deh gue.
Aku terdiam pasrah sambil melihat ke sekelilingku, beberapa anak kembali sedang mengamati kami, tapi langsung berpura-pura ketika mataku menangkap mereka. Namun ada sepasang mata yang tidak cepat mengalihkan pandangannya. Mata Levi.
Dia melipat kedua tangannya di depan dada, memperhatikan aku yang sedang di peluk Dara. Aku pun cepat memasang wajah memelas, meminta pertolongan tanpa suara padanya. Tapi dia malah tersenyum tipis.
Err..
———
"Pokoknya sekali gue gak mau, gue akan selamanya gak mau!" cetusku untuk kesekian kali, sambil nyaris agak memukulkan kepalan tanganku ke dinding di belakangku. Emosi ku memang tak mau mereda, begitu Levi kembali membahas soal Dara. Gila aja lah cewek itu, bisa bikin aku dan Levi bertengkar nyaris setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF I LOVE YOU TOO?
Romansa❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : @rieyo626 ❌Homophobic diharap menjauh