XI. An Angel

36K 2.1K 165
                                    


Masih belum terlalu sore ketika aku tiba di ruang ganti. Masih sepi, karena sepertinya anak-anak masih ada yang kuliah. Aku menghela nafas dan menyimpan tas ransel ku diatas bangku. Badanku rasanya tak enak dari sejak tadi pagi, begitu juga saat sedang menyimak semua mata kuliah. Untung Levi duduk di sebelahku dan seperti biasa mau membagi catatannya.


Beberapa saat aku malah duduk melamun disana, sambil mengamati sekeliling ruang ganti yang belakangan ini jadi seperti tempat yan menyebalkan bagiku. Mengingatkan aku pada kecurangan yang sudah aku lakukan dibelakang Levi. Tapi walau begitu aku tetap tak bisa meninggalkan tempat ini. Selain karena aku adalah wakil kapten tim basket kampus, aku juga memang sangat mencintai basket. Aku tak mau, masalah sepele dan konyol yang sudah dibuat William, harus membuatku mengorbankan apa yang aku sukai.


Akh, c'mon.. where is that strong Adniel Prawira that I used to know!?


Aku menggerutu sendiri sambil mengacak-acak rambut spike-ku, lalu beranjak berdiri untuk mengganti pakaian saja dengan baju basket.  It's not the time to feel gloomy. Daripada aku hanya meratap dan malah semakin pusing, lebih baik aku menunjukkan diriku yang seperti biasanya. Aku cowok, dan ini hanya masalah kecil!


Selesai mengganti baju, aku melakukan streching-streching kecil untuk menghilangkan pegal di badanku. Tadi pagi Mbak Lidya menanyakan apa aku sudah baikan, karena menurutnya, semalam aku agak sakit. Tapi aku tidak bilang, kalau sebenarnya badanku memang masih tidak enak. Aku rasa, kalau dipakai berolahraga, aku pasti akan lebih segar lagi.


Tidak puas hanya dengan streching, aku melanjutkan dengan push-up. Sudah lama rasanya aku tidak melatih otot tangan dan kaki ku dengan cara seperti ini. Seperti biasa, aku berhasil melakukan push-up sampai hitungan 50, meski memang, agak berbeda – kali ini rasanya sedikit lebih lambat dan aku seperti sedikit bersusah payah.


Damn, is there really something wrong with my body?


"Argh." Aku mengerang pelan sambil ambruk ke lantai. Beberapa saat aku terbaring dengan tertelungkup disana, rasanya cukup nyaman. Mungkin, aku memang butuh istirahat...


Baru saja aku seperti akan tertidur, tiba-tiba badanku di balik oleh seseorang. Aku tersentak, sudah nyaris akan melawan – tapi tidak jadi, ketika aku melihat siapa yang sedang menjebak tubuhku disana.


"Levi.." gumamku, nyaris mendesah.


Levi yang tengah berada diatas tubuhku, tersenyum lembut. Rasanya seperti mimpi. Aku tidak mendengar dia datang barusan, jangan-jangan ini memang hanya halusinasi ku. Aku mengerjapkan mata berkali-kali, berpikir Levi mungkin akan menghilang, tapi ternyata tidak.


"Kenapa tiduran dilantai, Niel?" tanyanya sambil membelai kepalaku.


"Ng-nggak..  gue abis push-up." Jawabku setelah beberapa detik meyakinkan diri kalau yang aku lihat ini nyata. "Kok kamu bisa ada disini? Kapan masuk?"


Levi tertawa pelan.


"Tadi. Kamu gak nyadar aja, keenakan tiduran." Katanya.

IF I LOVE YOU TOO?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang