Aku berhenti memainkan bola basket di tanganku ketika sudah menyebrangi parkiran dan menuju fakultas ku. Ada rame-rame di depan ruang kantor senat mahasiswa. Tapi aku tak mau tau, aku malas berhubungan dengan orang-orang disana. Levi yang tak kunjung menjawab teleponku, atau juga balik menelepon, masih membuatku kesal. Nanti kalau kami bertemu di kelas, aku akan mengomelinya.
“Gila, itu parah banget men!” kata Roby sambil menghampiri ke arahku dan anak basket lainnya yang kebetulan sedang berkumpul di depan ruang ganti.
“Hah? Emang ada apaan sih Rob?” sahut Erik yang memang selalu tertarik pada hal-hal berbau gosip. Kadang aku juga tak habis pikir kenapa teman-temanku yang berperawakan macho dengan badan tinggi khas pemain basket ini, begitu bawel dan senang bergosip macam cewek-cewek centil yang suka ribut di kantin.
“Dugaan lu bener Rik.” Kata Roby sambil berusaha menenangkan dulu nafasnya.
“Dugaan yang mana?”
Roby melirik kami satu persatu, sebelum kemudian bicara dengan agak berbisik.
“Soal si homo..”
“Sama Harlan?” sambar Erik dengan mata yang sudah berbinar.
“Bukan, tapi William.”
“HAH..?!” seru kami nyaris bersamaan.
“Ssshh..” Roby cepat menyuruh kami untuk diam. Perasaanku semakin tak nyaman, lebih tak enak dari semalam. Sesuatu yang buruk apakah sudah terjadi?
“Emang gimana ceritanya? Di dalem tuh mereka lagi apa?” Feri dan Erik semakin bersemangat untuk meminta Roby bercerita.
“Jadi, katanya semalem, si Leviandra udah berbuat gak senonoh sama William.”
“Wah..?!” teman-temanku berseru lagi, sementara aku semakin tak nyaman dengan debaran di dada ku... rasanya jadi sakit.
“Kok bisa, Rob?”
Dan Roby pun menceritakan semua yang sudah di dapatnya dari dalam kantor senat. Menurut cerita yang beredar, semalam William dilecehkan oleh Leviandra, ada beberapa bukti yang sudah melengkapi. Sekarang para senat kembali rapat untuk membahas, apakah Leviandra pantas atau tidak dicalonkan sebagai ketua senat. What the heck.. Kenapa bisa ada cerita seperti itu?!
“Jadi sekarang, di dalem, Leviandra lagi di sidang?” tanya ku, sambil berusaha tetap terlihat tenang.
“Gue gak liat dia. Kabarnya, anak itu udah kabur dari semalem.”
“Wah parah..” komentar Erik pula.
“Sumpah, gue gak bisa percaya..” gumam Feri sambil menggelengkan kepalanya.
“Kenyataannya emang gitu Fer. Bener kan, gay is actually gay. Pas dia berduaan sama William yang ganteng ditempat sepi gitu, dia pasti gak bisa nahan diri.” Sahut Roby, ditambahi dengan analisanya yang tumben terdengar masuk akal.
Astaga.. Apa benar Levi seperti itu?
Aku berdiri dari duduk ku, dan mendadak jadi semakin tak enak hati. Kalau Levi tak ada disana, terus dimana dia sekarang? Apa dia kabur karena malu? Dia mungkin tak mau menampakkan lagi wajahnya di depanku.
~
Keningku berkerut ketika Dara memperlihatkan beberapa buah foto di dalam handphone-nya. Itu barang bukti yang sudah menggemparkan nyaris seisi kampus, terutama di kalangan senat mahasiswa. Foto Levi yang sedang berbuat tak wajar dengan William. Darah ku cukup mendidih sekarang. Levi berpelukan dengan William, dan aku melihat bagaimana dia begitu menikmati berada dalam pelukan cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF I LOVE YOU TOO?
Romance❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : @rieyo626 ❌Homophobic diharap menjauh