XIV. Runaway (Part 2)

30.2K 1.8K 156
                                    


"Sekarang, kalian mau gimana?" tanya Dara setelah dia menjelaskan semuanya.

Levi melihat padaku yang sedang berpikir.


"Mereka gak mungkin sampe ngelacak kita kesini kan, Ra?" tanya Levi, melihat lagi Dara. Dia memastikan dengan tidak frontal kalau mungkin saja Dara akan membocorkan keberadaan kami.


"Ng-nggak kali ya Lev. Mereka masih bingung apa kalian pergi bareng atau nggak, karena ibu lo udah tau kalo kalian ceritanya udah putus. Tapi kalo sekarang ibu lo sama Kak Willy beneran ke rumah Adniel, mereka mungkin bakal curiga."


"Lo tanya sama William gih!" pintaku kemudian.


"Tanya apa?"


"Tanyain gimana keadaan di rumah gue. Perasaan gue kok gak enak banget." kata ku.


Levi melihat lagi padaku, dia mengusapkan tangannya di salah satu bahuku. Dia juga pasti sama paniknya, atau mungkin lebih panik.

Dara memantau handphone nya beberapa saat, sampai kemudian dia menunjukkan raut tegang di wajahnya. Dia memandangku dan Levi bergantian.


"Orangtua lo ada disana Niel."


"Anjis!!" gerutuku, reflek. Aku merasakan remasan di bahuku dari Levi makin menguat. "Mbak Lidya pasti bilang-bilang..."


"Ya iyalah. Lo udah ninggalin rumah berapa hari, dia pasti cemas banget. Daripada dia ikut nutupin, gimana dia cerita sama ortu lo nantinya!?" sahut Dara.


"Jadi, kita harus gimana Niel?" tanya Levi.


Aku melihat padanya. Kalau saja aku pengecut, aku pasti akan langsung bilang, lebih baik kita sudahi kekonyolan ini. Kita pulang ke rumah masing-masing dan mungkin memang harus berpisah. Hubungan macam ini kebanyakan selalu tidak berakhir bagus, itu yang aku tau. Aku mau mengorbankan saja perasaanku, aku mau menahan diriku, aku tak mau memperjuangkan apapun lagi.


But f-ck, I'm not a kind of guy like that.


Walaupun aku bukan tipe orang yang senang direpotkan, bukan juga tipe orang yang mau mempersulit apapun - tapi sekarang aku sudah bulat dengan tekadku. Kita sudah menjalani sejauh ini, kenapa harus diakhiri begitu saja!? Dan yang paling penting, aku terlanjur jatuh cinta pada Levi, aku tak mau kehilangan dia. Klise, tapi tak ada yang bisa menyangkal soal kenyataan ini. Life is all about cliché things, that's right and somehow annoying.


"Kita pergi dari sini secepatnya, Lev." kata ku akhirnya setelah hampir beberapa saat aku nyaris tenggelam di mata besarnya.


"Kemana?"


"Kemana pun."


Levi memandangku, tampak ragu.


"Perasaan gue bilang, kalo kita lama-lama disini, kita bakal ketauan dan Dara bisa kebawa bermasalah." tambahku.

IF I LOVE YOU TOO?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang