Beberapa hari kemudian, seorang maid memberitahu bahwa Tuan Kim menyuruh Jaejong bersiap karena sebentar lagi seseorang akan membawanya pergi untuk keperluan bisnis. Jaejong mendengus, keperluan bisnis apa, itu hanya istilah halus dari Tuan Kim untuk menyuruh Jajeong melacur. Dia tidak ingin membuat masalah, karena Jaejong tidak mau mati sebelum tujuannya tercapai. Jaejong menutup leptopnya dan bersiap seperti biasa.
Jaejong masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya tanpa basa basi. Dia tidak akan repot-repot menyapa rekan bisnis ayahnya karena mereka tidak akan berteman. Jaejong memasang seatbealtnya lalu duduk menatap keluar jendela. Mobil mulai berjalan. Ntah kemana dia akan dibawa, Jaejong tidak peduli. Terkadang dia dibawa ke hotel, villa, kantor, spa, atau dimanapun tempat orang itu ingin bercinta. Tapi kali ini Jaejong merasa agak aneh, mobilnya melaju ke arah pantai tempat dia dulu biasa bermain saat membolos sekolah. Jaejong bisa melihat hamparan laut dan pasir pantai selama mereka berkendara. Senyum tipis menghiasi wajahnya, mau tidak mau Jaejong teringat sahabatnya. Sahabat....apa dia masih bisa menyebutnya sahabat setelah.. ah..Jaejong menghembuskan napas panjang, dia ingin kembali ke masa-masa itu, masa dimana dia selalu tersenyum gembira menikmati masa mudanya.
Jaejong sering mengajak sahabatnya membolos untuk bermain ke pantai. Sebenarnya Jaejong punya banyak teman, tapi hanya 1 orang yang sangat istimewa. Jaejong pernah tidak sengaja menolongnya saat dikeroyok oleh sekelompok anak nakal. Jaejong selalu menghabiskan waktu bersamanya sejak saat itu karena Jaejong khawatir dia diganggu lagi. Jaejong mengajarinya cara berkelahi supaya bisa melindungi dirinya sendiri, ternyata temannya itu cukup berbakat, bahkan mungkin bisa lebih baik darinya kalau banyak berlatih.
Sahabatnya itu pendiam, Jaejong selalu suka menggodanya sampai membuatnya marah, tapi dia tidak pernah benar-benar marah, dia hanya akan cemberut sambil terus mengunyah habis cumi bakar yang Jaejong berikan sebagai permohonan maaf karena telah menggodanya. Jaejong tanpa sadar tertawa kecil mengingat semua kejadian itu..
"Mengingat masa lalu?"
Senyum di wajah Jaejong seketika menghilang. Jaejong berpaling untuk melihat orang di balik kemudi.
"Yunho...?"
"Dulu kita sering kemari."
"Kenapa kau ada di sini?"
"Ini mobilku, tentu saja aku ada di sini."
"Maksudku apa kau yang---"
"Memesanmu?"
"......"
"Kukira ayahmu sudah memberitahumu."
"......"
Jajeong kembali memalingkan wajah menghadap jendela, berusaha menyembunyikan rasa sakit di hatinya. Kenangan indah itu menghilang begitu saja. Yunho... dia sudah berubah...
"Kau jadi sangat pendiam sekarang Jae."
"..People change."
"Hm. Benar. Aku pun berubah karenamu Jae. Apa kau tidak ingin tahu ke mana aku akan membawamu?"
"Tidak. Aku tidak pernah ingin tahu setiap kali melakukan perjalanan bisnis seperti ini."
"Begitu. Apa kau juga tidak pernah ingin tahu akan melayani siapa? Kau sama sekali tidak melihatku sebelum aku menyapamu Jae."
"Tidak ada gunanya bagiku mengetahui dengan siapa aku melacur."
"Hahaha apakah kau bersikap dingin seperti ini kepada semua klienmu Jae? Apa tidak takut mereka akan menarik lagi investasi mereka jika dikecewakan?"
"Mereka tidak memintaku untuk berbincang, mereka hanya menginginkan tubuhku. Bukankah itu juga yang kau inginkan?"
"......"
"Kukira kau berbeda, ternyata kau sama saja dengan para pengusaha bejat itu."
CIIIIIIIITTTTTT
Yunho menghentikan mobilnya tiba-tiba.
"Pengusaha bejat? Apakah ayahku termasuk salah satu di dalamnya?"
".......Ayahmu?... i..itu... Yunho, aku bisa menjelaskan--"
"Aku tidak perlu penjelasanmu. Semuanya sudah cukup jelas untukku."
Yunho kembali melaju mobilnya. Dia membawanya ke pondok kecil di pinggir pantai. Yunho telah menyewanya untuk 1 malam. Yunho mematikan mobilnya lalu menarik kasar Jaejong keluar dari mobil untuk masuk ke dalam pondok itu. Yunho melemparnya ke ranjang, lalu segera membuka bajunya sendiri. Dia bertelanjang dada sekarang. Dia melepas ikat pinggangnya lalu mengingat kedua tangan Jaejong di kepala Ranjang. Jaejong tidak melawan, dia tidak pernah boleh melawan, jika tidak ayahnya akan menyiksanya. Jaejong mengertakkan giginya, menahan kesedihan di dalam hatinya.
Yunho merobek pakaian Jaejong. Membiarkan Jaejong telanjang bulat di depannya. Yunho membuka celananya, memainkan kejantanannya sendiri sampai berdiri tegak. Lalu tanpa aba-aba langsung memasukkannya ke dalam lubang Jaejong. Jaejong memekik kesakitan.
"Kau kira aku sudi memberimu pemasanan sebelum bercinta? Aku tidak akan berbaik hati pada pelacur sepertimu."
Jaejong menitikkan air mata menangis dalam diam. Dia tidak akan membiarkan Yunho mendengarnya menangis, paling tidak dia harus terlihat kuat untuk menjaga sedikit harga dirinya, jadi Jeejong meremat jemarinya kuat-kuat, memejamkan mata, dan menggigit bibirnya untuk menghalau rasa sakit.
"Lihat dirimu Jae, hmh. semua bekas luka itu, apakah kau menjadi preman setelah aku pergi?"
Setelah Yunho pergi.. Jaejong mendengus lalu menitikkan air mata, mengingat lagi masa-masa itu. Masa-masa ketika ibunya meninggal, lalu ayahnya memaksanya melayani rekan-rekan bisnisnya, lalu Yunho pergi pindah sekolah ke luar negeri. Semua orang yang disayanginya pergi, meninggakkan Jaejong sendiri, tidak ada lagi yang bisa menghiburnya, tidak ada lagi yang bisa menolongnya..
Ntah berapa lama mereka telah bermain. Sekarang Jaejong sudah tidak terikat, tapi badannya sudah lemas, dia tidak bisa bergerak, seluruh tubuh ya sakit. Bercak darah beterbaran di ranjang. Sudah pasti itu dari lubang Jaejong yang dibuka paksa oleh kejantanan Yunho. Yunho sudah puas. Dia tidak berbaring, tapi langsung memakai lagi pakaiannya, lalu melempar sejumlah uang kepada Jaejong.
"Aku tidak tahu apakah klienmu yang lain melakukannya, tapi aku akan memberimu uang. Semua pelacur pantas mendapatkannya. Hubungi ayahmu jika ingin pulang. Aku pergi."
".....Mn. Terima kasih."
Dengan mengumpulkan kekuatan yang tersisa, Jaejong berhasil mengelurkan suara mencicit untuk menjawab Yunho. Jika Yunho menginginkan Jaejong menjadi pelacur, biarlah dia menjadi seperti itu. Anggap saja ini permohonan maaf Jaejong kepada Yunho karena dulu pernah bermain dengan ayahnya.
Yunho sudah lama pergi. Setelah kekuatannya sedikit kembali setelah berbaring. Jaejong mengirim pesan kepada ayahnya lalu memakai lagi baju yang sudah terkoyak itu sekenanya. Dia menatap uang yang dilemparkan oleh Yunho, cukup banyak. Harga dirinya menolak untuk mengambil uang itu, tapi keinginannya untuk hidup bebas lebih besar, jadi Jaejong mengambil uang itu dan menyimpannya, dia memang butuh uang bukan?
************
KAMU SEDANG MEMBACA
Offered Child
Fanfiction1 tangan Jaejong memegang lengan Yunho, 1 tangan lainnya memegang perutnya sendiri. Sambil terengah-terangah Jaejong memohon. "Yunho! Tolong! Kumohon, sembunyikan aku! Ayahku ingin me---" "Jaejoooooong! Keluar!" Sial sudah sangat dekat. Jaejong memu...