Jaejong membuka mata terbangun dari mimpi buruknya, keringat dingin membasahi keningnya, dia mengerjap lemah untuk mengumpulkan kesadaran. Dia sudah berada di dalam kamarnya lagi, terbaring di atas ranjang dengan selang infus menempel di tangan. Jaejong menatap langit-langit kamar, lalu menutup kedua matanya dengan tangannya yang bebas untuk menahan air mata yang siap menetes. Bukan mimpi, semua sudah terjadi.. janin itu pasti sudah tidak lagi sekarang. Jaejong menggigit telapak tangannya untuk menahan isakan. Dia mengumpati Tuan Kim dan dirinya sendiri.. sudah berkali-kali mereka menjadi pembunuh..
"Maafkan aku Jaejong, aku terpaksa melakukannya.."
Sebuah suara menyapa, menemani isakan Jaejong. Dokter Lee, dokter pribadi keluarga Kim, sedang duduk sisi jendela, sudah lama dia berada di sana. Selama 3 hari ini Jaejong tidak sadarkan diri, selama itu pula dokter Lee hampir seharian berada di ruangan Jaejong memantau kondisinya. Rasa bersalah dan juga khawatir bersarang di pikirannya. Kali ini adalah proses pengguguran yang paling menakutkan yang pernah dia lakukan. Dia menerima Jaejong dalam kondisi tidak sadarkan diri dan mengalami pendarahan yang sangat parah, janinnya sudah gugur saat itu, tapi dia tetap harus melakukan kuretase kepada Jaejong untuk membersihkan sisa-sisanya. Jaejong menghabiskan 10 kantong darah untuk membuatnya kembali stabil. Dokter Lee menahan emosinya ketika melihat perut Jeejong yang penuh lebam. Dia bisa membayangkan apa yang telah Jaejong alami hanya dengan melihatnya. Dia sudah menangani Jaejong sejak dia masih remaja, dia tahu apa saja yang telah Jaejong alami akibat perbuatan Tuan Kim, hanya dengan membantu Jaejong tetap hidup yang bisa dia lakukan.
"Aku akan meminta Tuan Kim untuk memberimu istirahat total untuk 2 minggu ke depan, kau belum boleh banyak bergerak untuk memulihkan diri. Luka di rahimmu kali ini sangat parah Jae, aku tidak yakin bisa mempertahankan rahimmu, atau bahkan nyawamu jika sekali lagi harus melakukan kuretase.. Ini, minum obat ini dengan rutin sesuai petunjuk yang tertera, aku tidak yakin apakah akan berhasil untuk pria, tapi ini berhasil untuk wanita, ini akan mengendalikan hormon dan kondisi rahimmu supaya janin tidak mudah tumbuh di sana. Aku tidak berani memasukkan alat kontrasepsi apapun ke dalam rahimmu, terlalu beresiko, rahimmu sudah sangat lemah, itu hanya akan memperparah luka di dinding rahimmu, hanya ini cara yang paling aman.. paling tidak kita harus mencoba.."
"......Terima kasih dokter Lee.."
Jajeong mencicit lirih."Aku akan pergi sekarang, aku senang kau selamat Jae.. semoga kita tidak perlu bertemu lagi.."
"Mn..."
Jaejong kembali larut dalam kesedihannya setelah Dokter Lee pergi. Sampai kemudian seseorang mengetuk pintu kamarnya lalu masuk. Seorang maid tua membawa sebuah nampan makanan untuk Jaejong.
"Nenek Sook..."
Air mata Jaejong semakin mengalir deras melihat orang terakhir yang mungkin masih menyayanginya di dunia ini."Jaejong..."
-------------------------------
Yunho berkali-kali menatap ponsel yang tergeletak di atas meja kerjanya, harga diri melarangnya untuk meraih ponsel itu, tapi rasa ingin tahu menuntutnya melakukan lebih. Yunho tidak tahan lagi, paling tidak dia harus tahu apakah Jaejong masih hidup atau tidak. Dia meraih ponsel itu lalu menghubungi seseorang.
---
"Selamat siang Tuan Jung."
"Selamat siang Tuan Kim."
"Apakah ada hal penting?"
".....Aku ingin memakai Jaejong besok."
"Itu... Maafkan aku Tuan Jung, untuk 2 minggu ke depan mungkin dia tidak bisa melayanimu, dia sedang sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Offered Child
Fanfiction1 tangan Jaejong memegang lengan Yunho, 1 tangan lainnya memegang perutnya sendiri. Sambil terengah-terangah Jaejong memohon. "Yunho! Tolong! Kumohon, sembunyikan aku! Ayahku ingin me---" "Jaejoooooong! Keluar!" Sial sudah sangat dekat. Jaejong memu...