Yunho menyesap kopinya sambil menikmati sinar matahari pagi dari balkon kamar tidurnya. Dia mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Senyum terlukis di sudut bibirnya, Yunho merasa sangat puas, akhirnya sakit hatinya selama ini sedikit tersalurkan. Yunho dengan tenang memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya pada pelacur itu, memaksanya bercinta di toilet kediaman Tuan Park semalam rasanya tidak cukup untuk mempermalukannya. Yunho mengingat lagi kenangannya bertahun-tahun yang lalu. Saat dia dan Jaejang menikmati masa remaja mereka bersama-sama.
Saat sekolah menengah dulu Yunho anak yang lemah, beberapa orang suka mengganggunya karena dia tidak berani melawan. Tapi suatu hari Jaejong datang menolongnya ketika sekelompok anak sedang menghajar Yunho di belakang sekolah, Jaejong menghajar mereka untuk Yunho. Sejak saat itu Yunho memiliki teman yang selalu melindunginya. Sedikit demi sedikit Yunho belajar cara melindungi dirinya sendiri, Jaejong mengajarinya berkelahi. Yunho menjadi lebih percaya diri dan berani melawan orang-orang yang menggangunya. Tidak ada lagi yang berani menganggu Yunho sejak itu.
Yunho dan Jaejong sering menghabiskan waktu bersama di sekolah maupun di luar sekolah. Jaejong sering mengajaknya membolos, Yunho yang awalnya ragu lama-lama senang mengikuti kegiatan Jaejong yang ceria itu, membuat hari-harinya menjadi bersemangat, paling tidak dia bisa melupakan sejenak kepenatan yang dia rasakan di rumah. Orang tuanya mendidiknya sangat keras, selalu menuntut lebih kepada Yunho karena dia akan menjadi satu-satunya penerus perusahaan. Yunho selalu merasa dia tidak dibesarkan sebagai anak, tapi hanya sebagai alat agar bisnis keluarganya bisa terus berjalan.
Yunho sangat mempercayai Jaejong. Mungkin hanya Jaejong yang bisa disebut teman oleh Yunho. Sampai suatu hari, dia melihat mereka, Jaejong dan ayahnya. Hari itu sopir Tuan Jung sedang cuti sehingga tugas antar jemput dirangkap oleh sopir Yunho. Saat hendak mengantar Yunho pulang ke rumah sehabis les, sopirnya mendapat telepon dari tuan Jung untuk segera menjemputnya di suatu tempat. Saat itu sudah malam, Yunho meminta sopirnya sekalian menjemput saja sebelum pulang ke rumah, jadi Yunho akhirnya ikut menjemput.
Mereka hampir tiba di depan lobi hotel, mobil-mobil berbaris berjalan pelan di area penjemputan. Dari balik jendela Yunho dapat melihat orang yang dikenalnya di depan lobi. Itu ayahnya dan....Jaejong. Yunho mengernyit berpikir apa yang Jaejong lakukan bersama ayahnya disini. Jaejong tidak masuk sekolah hari ini, apakah itu berarti seharian ini dia bersama ayahnya? Mereka berdiri berdampingan, sangat dekat. Jaejong sedang melihat ke arah barisan mobil nampaknya mencari jemputannya. Yunho lalu melihat ayahnya menepuk pantat Jaejong sesaat sebelum Jaejong beranjak masuk ke dalam mobil. Jaejong menoleh, menatap ayahnya sebentar, lalu masuk ke dalam mobil tanpa melakukan apapun. Jantung Yunho berdebar kencang melihat pemandangan itu. Tidak lama kemudian Tuan Jung membuka pintu mobil dan terkejut mendapati Yunho juga ada di sana. Yunho bisa melihat ayahnya menjadi gugup dan canggung, tapi dia tidak mengatakan apapun, perjalanan setelahnya dihiasi dengan keheningan.
Tidak ada yang perlu ditanyakan atau dijelaskan, Yunho dapat menyimpulkannya sendiri. Yunho mengepalkan kedua tangannya. Matanya merah dan hatinya terasa sangat sakit. Dia bisa melihatnya dengan jelas sekarang. Tidak hanya orang tuanya, bahkan sekarang temannya juga menjadikannya alat. Yunho baru menyadari bahwa selama ini Jaejong mendekatinya hanya agar keluarga Kim bisa berbisnis dengan Jung Corp. Yunho pernah mengajak Jaejong ke rumahnya sebelum ini, Jaejong pernah bertemu ayahnya. Yunho merasa sangat bodoh telah membantu melancarkan rencana keluarga Kim untuk mendekati ayahnya. Meskipun belum memegang perusahaan, Yunho yang cerdas sudah bisa mengetahui kondisi pasar, rekan bisnis, dan pesaing bisnis ayahnya. Kim Company belum sebesar Jung Corp, Yunho sangat yakin mereka mengirim Jaejong untuk meminta ayahnya berinvestasi pada mereka.
Tuan Jung sudah meninggal 2 tahun yang lalu, sekarang Yunho memegang semua kendali bisnis Jung Corp. Sebenarnya tidak ada keinginan untuk berbisnis bersama dengan Kim Company, tapi melihat Jaejong di pesta itu semalam, mengaduk lagi berbagai macam perasaan yang sudah lama mengendap.
------------------------
Jajeong mengerjap berusaha mengumpulkan lagi ingatannya semalam. Dia minum, menunggu di balkon, bertemu Yunho, Yunho menciumnya, lalu... samar-samar gambaran dia sedang dihimpit di dinding toliet mulai melintas. Orang itu memperkosanya berkali-kali di sana saat Jaejong mabuk.
"Yunho.. apa yang telah kau lakukan padaku.."
Air mata mulai menetes dari sudur mata Jaejong. Selama ini dia sangat merindukan Yunho, tapi bukan pertemuan seperti ini yang dia inginkan. Pintu kamar tiba-tiba diketuk. Jaejong segera mengusap kasar wajahnya lalu membuka pintu. Seorang maid menunggunya di depan pintu.
"Maaf membangunkan anda tuan, tapi Tuan Kim memanggil anda ke ruang kerjanya sekarang."
"Mn."
Jaejong mau tidak mau menurut agar maid itu tidak dimarahi oleh Tuan Kim.
"Apa yang kau inginkan kali ini?"
Tanya Jaejong singkat kepada Tuan Kim yang sedang menyesap cerutu di kursinya."Jung Corp baru saja berinvestasi untuk pembangunan pusat perbelanjaan baruku. Tuan Jung muda juga membebaskan sebagian lahan milik Jung Corp untuk dikembangkan. Huh, setelah sekian tahun aku menawarkan proposal bisnis ke ayahnya, baru sekarang lahan itu diberikan, Tuan Jung muda ini nampaknya lebih pandai berbisnis dibanding ayahnya. Tapi dia menginginkan imbalan. Kau mengerti maksudku. Dia sudah mecobanya tadi malam bukan?"
"A...apa? Kau menawarkanku padanya? Bukankah kau tahu kalau dia---"
"Aku tahu. Lalu kenapa kalau dia pernah jadi temanmu. Lagipula kalian sudah tidak berteman lagi. Sekarang dia rekan bisnis kita, layani dia dengan baik. Dia menginginkanmu sebagai jaminan sampai bisnis itu terbukti memberikan keuntungan untuknya. Aku membebaskannya menggunakanmu kapanpun dia mau. Jangan cemas, aku akan mengatur waktumu untuk yang lain juga."
Jajeong mengepalkan tangannya.
".....Ayah.. apakah kau pernah melihatku sebagai anakmu?"
"Hmh. Aku merawatmu hanya karena ibumu menginginkanmu. Keluar. Aku sudah selesai denganmu."
Jaejong tidak segera keluar, dia menatap lama orang itu. Jaejong akan pergi, suatu hari, jika ada kesempatan, Jaejong akan pergi dari rumah ini, Jaejong sudah membulatkan tekadnya, harapan tipisnya sudah sirna, harapan bahwa masih ada sedikit kasih sayang dari ayahnya. Sudah jelas sekarang bahwa ayahnya sama sekali tidak menganggapnya seorang anak. Jaejong menghembuskan napas panjang lalu berbalik pergi ke kamarnya.
Jaejong sedang berbaring di ranjangnya, dia harus mulai berpikir bagaimana caranya mengumpulkan uang untuk modalnya melarikan diri, karena selama ini meskipun semua kebutuhannya terpenuhi tapi tidak sepeser uang pun dia terima dari keluarganya. Tuan Kim juga tidak memberi Jaejong akses untuk menggunakan kendaraan dan kartu kredit. Tuan Kim benar-benar mengurung Jaejong di rumah. Sopir dan pengawal akan mengantarnya jika ada sesuatu yang Jaejong butuhkan di luar rumah. Pengawal akan melakukan semua transaksi keuangan untuk Jaejong. Hanya handphone dan laptop satu-satunya barang yang bisa dia akses dengan bebas. Jaejong harus mulai memanfaatkan barang-barang itu untuk menghasilkan uang. Dia memandang kertas-kertas yang tersebar acak di mejanya. Semua tulisan itu.. jika dia menjadikannya sebuah buku, mungkin... seulas senyum menghiasi bibirnya saat sebuah ide terbesit. Jaejong segera bangkit dan meraih leptopnya untuk bekerja. Jaejong senang menulis, dia menulis buku harian, menulis cerita, menulis apapun untuk mengisi kesendiriannya selama ini. Dia akan mempublikasikan cerita-ceritanya secara online, atau mungkin dengan sedikit keberuntungan akan ada penerbit yang mau bekerja sama dengannya. Jaejong bersemangat, akhirnya dia mendapatkan sebuah tujuan untuk dicapai, mendapatkan uang untuk keluar dari rumah ini.
-------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Offered Child
Fanfiction1 tangan Jaejong memegang lengan Yunho, 1 tangan lainnya memegang perutnya sendiri. Sambil terengah-terangah Jaejong memohon. "Yunho! Tolong! Kumohon, sembunyikan aku! Ayahku ingin me---" "Jaejoooooong! Keluar!" Sial sudah sangat dekat. Jaejong memu...