Extra - 2

3.8K 228 8
                                    

Jaejong sedang mencuci piring sehabis makan malam ketika tiba-tiba perutnya sakit. Usia kandungannya bahkan belum 8 bulan. Dia meraskan sesuatu mengalir di selangkangannya, darah.



"Yunhoooooo!"



Yunho langsung datang mendengar teriakan itu. Dia menggendong Jaejong menuju mobil lalu segera membawanya ke Rumah Sakit. Jaejong mulai merintih kesakitan selama perjalanan. Yunho menggenggam tangan Jaejong setiap ada kesempatan, dia masih harus berkonsentrasi untuk melaju kencang mobilnya.


"Yunho... mmmmnnnh.... bisakah kau memikirkannya kembali...?"


"Tidak. Kita sudah membahasnya. Hanya keselamatmu."



Yunho tidak kuasa menahan air matanya. Dia menutup mulutnya dengan sebelah tangan, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara tangis. Dia juga menginginkan bayi itu lahir dengn selamat, tapi dia tidak akan bisa hidup jika sesuatu terjadi pada Jaejong..

Yunho sudah menghubungi Dokter Han sebelum ke Rumah Sakit, jadi tidak menunggu lama, Jaejong langsung dilarikan ke ruang operasi ketika tiba di Rumah Sakit.

Yunho menunggu dengan cemas di depan ruang operasi. Dia duduk, berdiri, duduk, berdiri, duduk, berjalan kesana dan kemari, tidak tahu apa yang harus dilakukan selain menatap pintu ruang operasi. Eunwoo disitu menemaninya,  tapi juga tidak bisa melakukan apa-apa selain ikut menunggu, dia mengantar Dokter Han begitu mendapat kabar dari Yunho.

Lampu masih menyala merah, tapi pintu ruang operasi itu tiba-tiba terbuka. Jantung Yunho berdetak cepat, dia tahu situasi ini, situasi yang paling tidak dia harapkan. Telah terjadi sesuatu di dalam sana. Seorang perawat keluar dan menghampiri Yunho. Dia menjelaskan sesuatu dengan serius lalu menyodorkan sebuah lembaran dan pena kepada Yunho.

"Maaf Tuan, Para Dokter sudah melakukan yang terbaik, kami tidak bisa mempertahankannya."

Yunho mengusap kasar wajahnya, lalu meraih pena itu dengan sedikit gemetar. Mau tidak mau dia harus menandatanganinya, tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkannya. Yunho menyerahkan kembali lembar persetujuan itu kepada perawat. Perawat itu kemudian berlari masuk lagi ke dalam ruang operasi, pintu kembali tertutup rapat. Eunwoo mendekat lalu menepuk punggung Yunho, memberikannya sedikit semangat.

Beberapa jam kemudian operasi sudah selesai, Jaejong selamat, kondisinya sudah stabil. Dia sudah dipindahkan ke ruang rawat sekarang. Yunho sedang menggenggam tangannya. Tidak siapa-siapa di ruangan itu, hanya mereka berdua, suasananya sangat hening. Yunho yang lelah tertidur di sisi ranjang karena Jaejong tidak kunjung bangun.

Ntah berapa lama Yunho tertidur, tapi ketika dia mengerjapkan mata, matahari sudah bersinar. Yunho menegakkan tubuhnya, lalu memeriksa keadaan Jaejong. Yunho mematung kaget ketika menyadari Jaejong ternyata sudah sadar dan sedang menangis sekarang.

"Kau sudah sadar?? Maafkan aku, aku pasti tertidur sangat pulas, akan kupanggilkan dokter."

Jaejong menggeleng sambil menahan jemari Yunho. Yunho menggenggam tangannya, mengusap air mata yang jatuh lalu mengecup kening Jaejong.

"....Aku tahu yang kau cemaskan, jangan khawatir, semua baik-baik saja, dia selamat, sangat sehat, dia sedang dirawat di dalam inkubator. Aku akan mengantarmu melihatnya nanti."

Air mata Jaejong semakin mengalir deras, tapi sekarang disertai sebuah senyuman.

"Tapi.."

"..."

"Rahimmu mengalami robekan, dokter tidak bisa mempertahankannya, jadi mereka mengangkatnya.. maafkan aku Jaejong.. mereka harus melakukan itu untuk menyelamatkan nyawamu.."

"Mn.. tidak apa-apa.."

Yunho mengecup bibir Jaejong.

"Sudah kubilang itu bisa meletus kapan saja."

Jaejong tertawa disela tangisnya. Yunho kemudian pergi memanggil dokter. Changmin datang setelahnya, Yunho meminta Eunwoo menjemputnya.

"Ibuuuuu!"

"Changmin, maaf meninggalkanmu agak lama."

"Tidak apa-apa, Nenek Sook menemaniku. Ibu, aku sudah melihat adik!"

"Benarkah? Bagaimana?"

"Jelek sekali.."

"Hahahahahaha itu karena dia mirip denganmu!" Yunho menggoda Changmin.

"Aaah ayah, aku tidak berkerut-kerut seperti itu! Ibuuu katanya dia sangat cantik, kenapa jelek sekali??"

"Yunho apakah dia sejelek itu~"

"Hahahahahahaha sangat jelek!"

"Yunho~"


"Hahahaha ini lihat sendiri."

Yunho menyodorkan foto dan video putrinya yang sedang berada di inkubator.

"...Benar-benar jelek, hahahaha"

Jaejong tertawa melihat anaknya yang masih belum tumbuh sempurna menggeliat di dalam inkibator. Badannya masih merah dan berkerut, organnya sudah tumbuh lengkap hanya saja belum sempurna, belum ada cukup daging dan lemak dalam tubuhnya, jadi seluruh tubuhnya nampak berkerut.

"Tidak apa-apa, jangan khawatir Changmin, dalam 1 bulan dia akan menjadi bayi yang sehat dan cantik, beri dia waktu untuk menjadi gemuk oke? Sering-seringlah mengunjungi adikmu supaya dia semangat untuk tumbuh."

Dokter Han menambahkan.

"Mn! Aku tidak sabar untuk bermain dengannya."

Ruangan itu dipenuhi canda tawa, tidak ada lagi tangisan. Semuanya bahagia. Yunho mengecup bibir merah Jaejong sekali lagi.

"Jaejong, terima kasih sudah membuat hidupku sempurna. Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu.."

*********

Offered ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang