"Lho, itu kan...."
Cklek
"Ko Arwin? Mick?"
Pemuda jangkung yang lebih tua menoleh. Matanya membola begitu melihat Aiden yang baru membuka pintu kamar.
"Loh, Den. Ngapain di sini?"
"Aku ngekos di sini."
"HAA?!!!" Koor Arwin dan Mick kompak. Menatap Aiden seolah bocah itu jadi gila mendadak.
"Bohong lu, ya?" Celetuk Micky.
"Enggak ya! Aku baru pindahan kemarin. Nih, barang-barangku wes ndek sini kalo nggak percaya."
Aiden bersungut-sungut. Membuka pintu kamarnya lebar supaya Arwin dan Micky bisa melihat barang-barangnya yang memenuhi ruangan.
Arwin dan Micky saling pandang.
"Kok bisa para 'bodyguardnya' ngebolehin?" Bisik Micky tanpa suara.
Arwin mengangkat bahu, "Mana gue tahu."
"Ko Arwin sama Micky ngapain di sini?"
Percakapan gak mutu dua saudara itu terhenti begitu Aiden menginterupsi.
"Koko ngekos di sini sejak mulai kuliah. Kalo Mick, tahun ini mulai ikut ngekos juga." Jelas Arwin.
"Oh. Kok aku nggak tau?"
"Lu nggak nanya." Sambar Micky. Alis Aiden mengerut.
"Micky, diem! Kamu tuh nggak diajak!" Judesnya.
Mick tertegun. Tak lama tawanya menyembur keluar.
"Lu dapat kata-kata alay begitu dari mana??" Ucapnya disela tawa.
"Opo iki rame-rame? (Apa nih ribut-ribut?)"
Zico baru masuk kos dengan jaket kulit tersampir di tangan. Dibelakangnya menyusul seorang cowok dengan tas ransel besar di punggung.
"Oi, Mas!" Arwin menyapa Zico. Dia dan Zico melakukan tos singkat.
"Salam dulu, kek. Main oa oi aja lu kek gak ada akhlak!" Cowok dibelakang Zico berkata sinis. Kalau diperhatikan, wajahnya manis, sih. Cuma aja omongannya pedes bener.
"Diem deh, lu. Baru ketemu udah bacot aja." Arwin membalas tak kalah pedas. Tapi anehnya, abis itu mereka peluk-pelukan kaya teletubies. Aiden kan jadi bingung, ya.
"Kok bisa barengan sama Mas Zico?"
"Nih anak nyusahin. Aku lagi ngopi malah nelfonin disuruh jemput ke stasiun." Gerutu Zico.
Si cowok cuma nyengir tanpa dosa, "Elah, Mas. Kan sekalian lu pas di luar."
"Ck! Nyusahin lu. Kemarin diajakin balik ke kosan bareng aja nggak mau." Decak Arwin.
"Eh, setan! Lu berangkat dari rumah lu di Bali, ye. Masa gue dari Jakarta suruh nyusulin ke Bali dulu. Ngadi-ngadi lu!" Balas si cowok senewen. Pandangannya beralih pada Micky yang terkantuk-kantuk di samping Arwin.
"Weh, Mick jadi ikut ngekos beneran?" Cowok itu beralih pada Mick yang dari tadi anteng diem sambil duduk di atas kopernya. Wajah adik dari Arwin itu udah lecek banget, kelihatan kalo capek plus ngantuk.
"Halo, Bang Mars!" Sapanya singkat. Tapi bikin Aiden jadi tahu nama cowok yang dibawa Zico pulang barusan.
'Oh, namanya Mars.' Batin Aiden.
"Eh, sape, nih? Kok ada anak SMP di sini?" Mars berjalan mendekati Aiden yang langsung berjengit kaget. Beringsut menyembunyikan diri di belakang Zico.
"Aduh... Aduh... lucu amat main ngumpet begitu. Gak apa-apa. Sini sama kakak. Kakak gak gigit, kok! Sumpah, deh!" Mars gemes sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Kos 🏡
Teen Fiction"Adek mau ngekos!" -Adek. "Gak boleh." -Mas. "No way!" - Abang. "Skip!" -Kakak. "Au ah! Semuanya jahat sama adek!!" - Adek T^T . . Tentang anak bungsu yang pengen mandiri. Tentang tiga kakak yang posesif. Tentang drama anak kos yang--- Ah, sudahlah!