Suatu siang menjelang sore, di teras depan kos...
"Mas, mari (setelah) sabtu, opo?" Aiden tiba-tiba nanya. Tapi, matanya gak beralih dari layar HP.
"Minggu?" Bastian jawab antara yakin-gak yakin. Soalnya, biasanya kalau Aiden tiba-tiba bertanya begini, pasti ujung-ujungnya jadi random.
"Oh, iya. 'Menunggu'." Aiden ngangguk-angguk.
"Ha?" Bas tiba-tiba bego.
"Diplesetin, Bas. Minggu dadi (jadi) menunggu." Vano yang lagi ngelap motor gak jauh dari mereka nyahut.
"Ealah, Ndes!" Maki Bas keki.
"Nek habis minggu?" Masih lanjut si Aiden.
"Ha?! Opo maneh (apaan lagi)?" Bukannya jawab, Bastian malah ngegas.
"'Sedih', Mas. Soale mari menunggu tanpa kepastian." Aiden jawab sambil hela napas. Seolah dia baru disuruh ngurusin hutang negara.
"Halah... Mboh, Den!"
Vano terkikik. Mendengar percakapan unfaedah dua adek kosnya.
"Terus, habis senin opo?" Aiden lanjut. Kali ini HP nya udah terabaikan di atas meja teras. Dia ganti nyemilih kacang rebus yang tadi dikasih sama Bu Amy (ibu kos) pas mampir ke kosan.
Bastian melengos. Udah kagak mau dia ngeladenin Aiden yang lagi kumat randomnya. Mending dia lanjutin nyetel senar gitarnya yang gak beres-beres dari tadi.
"Takon (tanya) Neo wae sana." Balasnya begitu melihat Neo buka gerbang sambil nenteng kresek laundry.
"Apa, nih? Lagi teko loh aku (baru dateng loh aku). Wes main ditembak wae." Tanya Neo bingung.
"Mas, habis hari senin opo?" Aiden mengulang pertanyaan.
Alis Neo mengkerut. Sedangkan Vano sama Bastian yang denger cuma mesem-mesem.
"Selasa, lah." Jawabnya yakin.
"Iyo, emang harus'e 'selesai' wae daripada 'sedih' terus-terusan."
"Ha??" Neo melongo.
Bastian sama Vano udah gak bisa nahan ketawa.
"Opo(apa) sih, Den?" Neo masih mencari jawaban dari apa yang terjadi.
"Plesetan kata iku. Tadi minggu jadi menunggu. Senin jadi sedih. Terus ini selasa jadi selesai. Mboh iki bocah mari oleh inspirasi tekan ndi (gak tau ini bocah baru dapat inspirasi dari mana)." Bastian menjelaskan.
"Oalah, jingan!" Maki Neo begitu paham.
"Terus, habis selesai opo, Den?" Vano jadi penasaran bakal sejauh mana randomnya Aiden.
"Habis 'selesai' terus jadi 'rapuh', Mas. Mari iku (habis itu) 'nangis'. Soale jadi 'jomblo'."
Aiden cengengesan. Menghiraukan tiga abangnya yang udah ngakak mendengar penjelasannya.
"Oalah, Den. Kamu loh dapat tebak-tebakan begitu dari mana?" Vano tanya sambil ngusap wajahnya yang memerah akibat banyak ketawa.
"Lagi viral iku ndek sosmed. Ckck, orang-orang kok pada kreatif, ya." Decaknya kagum.
"Iku mah receh, Den." Sambar Neo.
"Tapi lucu, loh. Nanti arep (mau) tak buat ngerjai Mas Bumi, Bang Joss, sama Kak Bri." Aiden udah cengengesan membayangkan wajah masam kakak-kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Kos 🏡
Teen Fiction"Adek mau ngekos!" -Adek. "Gak boleh." -Mas. "No way!" - Abang. "Skip!" -Kakak. "Au ah! Semuanya jahat sama adek!!" - Adek T^T . . Tentang anak bungsu yang pengen mandiri. Tentang tiga kakak yang posesif. Tentang drama anak kos yang--- Ah, sudahlah!