Mati Lampu

242 36 7
                                    

Yang kangen Adek unjuk jari 😃☝

.
.
.

Bastian sama Neo lagi goleran di depan TV pagi-pagi. Hari ini mereka gak ada jadwal kuliah. Eh.. bukan gak ada. Tapi, dosen mereka lagi ada urusan, makanya jadwal hari ini kosong. Jadilah mereka nganggur sekarang.

"Neo, mangkok e dicuci sana. Ngerti Mas Kemal, dicincang kita nanti." Bastian nyuruh Neo.

Neo cuma melirik dua mangkok bekas indomie mereka. Dahinya mengerut.

"Bagianmu ya, ndes! Kan tadi aku sing masak."

Bastian cuma nyengir, "Tak kirain lali koen (tak kirain lupa kamu)."

"Wooo... Ancen bedes awakmu (Emang anak monyet dirimu)." Sungut Neo.

Bastian cuma ngakak. Gak berhasil ngerjain Neo, akhirnya dia yang nyuci piring. Meninggalkan Neo yang asik nonton drama FTV pagi.

"Lho, Mas Neo nggak ada kelas pagi?"

Aiden baru masuk ke dalam kos. Dibelakangnya ada Win sama Mick mengikuti.

"Libur. Dosen e lagi ada acara. Podo gak kuliah kalian?" Neo ganti tanya melihat rombongan yang ternyata baru balik. Dia pikir mereka langsung ke kampus tadi.

Kemarin Aiden pulang ke rumah, ngerayain anniversary Papi Mami. Berhubung keluarga Aiden juga kenal sama Win dan Mick, jadilah mereka disuruh ikut sekalian. Terus nginep di sana.

"Aku sama Mick kelas siang hari ini. Nek Ko Win ancen bolos (kalau Ko Win emang bolos)." Aiden menjelaskan.

"Owalah. Tak kirain podo bolos kabeh (tak kirain pada bolos semua)."

"Sorry to say, gue nggak sendablek Ko Win." Mick nyaut setelah ngambil air minum dari dapur.

"Fakyuuu, brother!" Win ngacungin jari tengah ke Mick. Yang dibalas sama oleh Mick.

"Fakyu too, brother!"

"Berantem lagi, berantem lagi! Tak kandakno (bilangngin) Bang Josh ben pada di smackdown nanti." Ancam Aiden. Dia tahu banget kalau Win sama Mick agak ngeri sama abangnya satu itu.

Gimana enggak, badannya segede gaban sama mukanya garang begitu.

"Ck! Gak asik. Mainnya ngancam." Win melengos. Balik ke kamar, mau mandi. Belum sempat mandi dia tadi di rumah Aiden.

Aiden tertawa. Lantas berjalan ke dapur dengan kantung besar berisi makanan.

"Weeeh! Apaan tuh, Den?" Bas berseru melihat banyak makanan yang ditaruh Aiden di meja dapur.

"Masakan dari Mami. Katane ben nggak beli-beli di luar terus. Ben hemat."

"Hooo... Crazy rich masih tahu kata hemat, ya." Goda Bastian.

"Lho, Mas Bas durung ngerti Papi sama Mami ku. Aku makan nggak habis, dimarahi. Aku beli-beli barang sing gak penting, mesti podo ngamuk-ngamuk. Jarene (katanya) boros. Mubazir. Buang-buang duit. Bisa jadi temen e setan, gitu-gitu ceramah e. Tapi, misal emang barang e penting, semahal apapun mesti dibeliin." Aiden cerita.

"Contoh e beli apa?"

"Disik (dulu) pas kecil aku sering ikut Kak Brian ambek konco-konco e (sama teman-temannya) main bola ndek tanah kosong deket komplek. Tapi, tiba-tiba gak boleh soale tanah e dijual sama yang punya. Nangis tuh aku, sampek sakit berhari-hari gara-gara sedih gak bisa main bola lagi. Tahu-tahu, Papi beli itu tanah terus dijadiin lapangan bola."

Anak Kos 🏡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang