Random

234 39 9
                                    

Masih di hari yang sama. Minggu malam bersama para pemuda yang mengklaim diri mereka sholeh, ganteng, dan mantap. Yang sebenarnya hanya sarana menghibur diri sendiri atas huru-hara kehidupan kampus yang membuat mumet. Juga, kenyataan bahwa sampai sekarang kehidupan kampus mereka gersang dari percintaan layaknya gurun sahara.

Kamar layaknya sarang burung milik Bastian menjadi tempat kumpul empat pemuda yang tengah mencari jati diri. Sebut saja mereka Aiden, Mick, Valen, serta Neo yang tengah tidur berjajar di atas kasur pas-pasan milik Bastian macam ikan pindang. Sedang si pemilik kamar tengah menjarah dapur mencari sisa-sisa makan malam di kosan. Maklum, dia baru sampai dari kampung halaman dan perutnya keroncongan karena belum sempat makan malam diperjalanan.

"Lapo kok kamare Mas Bas enek bintang-bintange ngono? (kenapa kamar Mas Bas ada bintang-bintangnya begitu?)" Tanya Aiden melihat plafon kamar Bastian yang dihiasi stiker bintang-bintang glow in the dark.

"Disik arek iku terobsesi ambek luar angkasa (dulu dia terobsesi sama luar angkasa). Cita-cita masa kecil'e mau jadi astronot. Tapi, berhubung takut gak iso balik ndek bumi, makane ganti pengen jadi pengacara kaya raya macam Hotman Paris." Jelas Neo sambil tengkurep baca komik Doraemon.

"Ngomongin cita-cita, gue jadi inget dulu pernah pengen jadi model." Mick nyaut.

"Oiya, Mick dulu kan sering ikut lomba modeling pas cilik." Ingat Aiden.

"Lomba model apaan, Mick?" Valen tertarik.

"Lomba balita sehat. Nyokap gue tuh yang seneng banget ikut-ikut begituan. Soalnya pas kecil gue gemoy." Cerita Mick.

"Iya, loh. Mick pas cilik gemoy, bulet, kayak donat." Kenang Aiden, lalu ngakak.

"Eh, ngaca, ya! Lu juga sama aja. Orang kita lombanya barengan. Gue juara satu, lu juara dua." Cerocos Mick.

"Nah, terus lapo gak sido pengen dadi model? (terus kenapa gak jadi pengen jadi model?)" Neo balik ke pembahasan awal. Meskipun membayangkan Mick sama Aiden kecil yang gemoy bulet juga bikin pengen ngakak.

"Males. Udah gak minat. Mending nerusin agensi modelingnya nyokap. Gas langsung jadi manajernya. Banyak cuan gue. Hahahaha" Enteng kali jawabnya bujang satu ini.

Neo nimpuk Mick pakai boneka Pikachu punya Bastian, "Enteng banget itu congor kalo ngucap."

"Cita-citamu opo, Mas?" Valen nanya ke Neo.

Neo mikir sejenak, "Cita-citaku berubah sesuai suasana hati. Pas cilik pengen dadi pemain bola koyo (kaya) Captain Tsubasa. Terus, pengen dadi detektif koyo Conan. Pengen dadi Power Ranger yo pernah."

"Random amat, Mas." Komentar Mick.

"Jeneng'e arek cilik kan sak seneng'e (namanya anak kecil kan suka-suka dia)." Neo membela diri, "Koen pengen jadi opo pas cilik, Val? (kamu mau jadi apa pas kecil, Val?)"

"Pengen jadi dokter, sih. Tapi, mahal. Butuh duit banyak. Akhir'e gak jadi. Kasihan sama Mama Papa." Jawab Valen realistis. 

Ya... Memang gak semua hal yang kita inginkan bisa terwujud, kan?

"Nek koen opo, Den? (kalau kamu apa, Den?)" Neo ganti bertanya ke Aiden.

Aiden diam menatap bintang kelap-kelip di plafon kamar Bastian.

"Gak tau. Pengen jadi kucing iku termasuk cita-cita bukan, sih?"

Mick, Neo, dan Valen menatap Aiden speechless.

"Gak sekalian pengen jadi semut, Den?" - Sungut Mick kesal.

"Emoh (gak mau). Semut gampang mati nek keinjek." - Aiden.

Anak Kos 🏡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang