"Wiiih... Rame banget."
Aiden turun dari boncengan sepeda Zico. Celingak-celinguk melihat keramaian di sekitarnya. Mereka ada di jalan depan kampus yang dikhususkan untuk car frer day kalau hari minggu begini.
"Namanya tempat umum, yo mesti rame, lah." Sahut Zico sambil menurunkan standar sepeda.
"Aman nggak sepedah'e Mas Zi dititipin disini? Ilang nggak nanti?" Tanya Aiden khawatir.
"Aman. Sing punya toko temen sekelasku." Zico membalas santai, "Tunggu disini bentar. Aku tak nitip ke orangnya dulu." Lantas meninggalkan Aiden sejenak untuk menghampiri pemilik toko yang halamannya dipinjam buat parkir sepeda punya dia.
Aiden mengedarkan pandangan lagi. Banya orang lalu lalang. Juga banyak stand makanan dan barang lain yang berjajar sepanjang jalan. Bau semerbak jajanan menggoda iman. Membuat perut Aiden keroncongan.
"Ayok, Den." Zico menepuk pelan pundak Aiden. Tapi, yang ditepuk masih diam.
"Kenapa, Den?"
"Mas, ada bau kue enak." Hidung Aiden kembang-kempis menghirup aroma kue yang semerbak.
Zico mengerutkan dahi. Ikut membaui sekitar.
"Bau kue pukis ini." Selorohnya. Pandangan Zico mengedar, "Nah, itu yang jual."
Mata Aiden berbinar, "Beli, yuk!"
Zico menaikkan alis. Lantas tertawa.
"Hoalah. Jarene mau meh jogging ndek lapangan kampus (katanya tadi mau jogging di lapangan kampus)? Belum juga mulai olahraga, wes mau beli jajan wae kamu." Tawanya, "Habis jogging aja loh belinya."
Aiden mencebik, "Ntar nek keburu habis, piye (gimana)? Tuh, tuh... Banyak yang beli, Mas Zi. Gak kebagian nek nanti."
Mata Aiden berpendar khawatir melihat kerumunan yang mengelilingi tukang kue pukis. Alamat gak kebagian dia kalo nanti belinya.
Zico menggaruk kepalanya yang gak gatal. Ikut memperhatikan kerumunan yang makin lama makin banyak. Lalu menghela nafas.
"Yo wes, ayo beli dulu." Ucapnya menyerah.
"Yeeyy!" Aiden bersorak senang. Langsung ngacir ikut antri kue pukis.
"Dasar bocah!" Zico menggelengkan kepala.
🏡Anak Kos SGM🏡
Bermenit kemudian, Zico menatap pasrah pemuda yang mengunyah kue pukisnya dengan bahagia. Dia dan Aiden duduk di trotoar, dibawah pohon tabebuya yang lagi mekar. Menatap lalu lalang orang di depan.
"Mas Zi nggak mau?" Tawar Aiden. Menyerahkan sepotong kue pukis hangat pada Zico.
Zico menerima kue pukis dari Aiden, "Belum juga olahraga, wes nambah kalori."
"Iki isi tenaga namane." Aiden cuma ketawa. Matanya kembali mengedar.
"Mas! Mas! Itu jualan apa itu? Kok rame?" Aiden menoel-toel lengan Zico. Menunjuk kerumunan di depan dengan penasaran.
"Jualan corndog kayak'e." Terka Zico begitu melihat spanduk di samping stand.
"Eh, enek (ada) sing jual corndog juga disini? Tak kirain adane ndek Korea aja." Seru Aiden takjub.
"Lah, di mall-mall wes banyak yang jual. Nggak pernah lihat emange?" Heran Zico.
"Enggak. Soale aku makan corndog kalo pas di Korea aja. Tak kirain ndek sini gak ada." Jelas Aiden. Kembali mengunyah kue pukisnya lagi. Suka dia. Enak kuenya. Besok minggu dia mau beli lagi kalau kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Kos 🏡
Teen Fiction"Adek mau ngekos!" -Adek. "Gak boleh." -Mas. "No way!" - Abang. "Skip!" -Kakak. "Au ah! Semuanya jahat sama adek!!" - Adek T^T . . Tentang anak bungsu yang pengen mandiri. Tentang tiga kakak yang posesif. Tentang drama anak kos yang--- Ah, sudahlah!