10: Time That We Have (ind & eng)

1.1K 113 11
                                    

btw guys kalo aku publish cerita aonung x oc ada yg mau bacakah?

• • •

Saat malam hari tiba, penduduk Tayrangi merayakan sebuah pesta untuk tamu dari Awa'tlu. Pesta berlangsung dengan meriah, para musisi dari desa memainkan sebuah lagu untuk menambah nuansa pesta. Terdapat banyak makanan disajikan dimana-mana, semua orang terlihat bersenang-senang.

Ada banyak tarian yang ditampilkan dari setiap kelompok berbeda.

Di suatu tempat yang tak jauh dari area lantai menari terlihat Neteyam bersama Lo'ak dan Aonung sedang berkumpul bersama pemuda lainnya sambil menikmati minuman beralkohol kadar rendah.

Di lantai menari terlihat Shira bersama kelompoknya telah memasuki area inti.

"Bro" Lo'ak menunjuk ke belakang membuat Neteyam membalikkan badan untuk melihatnya. Disana, di lantai menari istrinya terlihat sangat cantik dan anggun. Neteyam yang tadinya merasa bosan langsung bersemangat, ia segera bangkit untuk mengambil posisi paling depan.

Lo'ak dan Aonung menyusul Neteyam.

Neteyam berjongkok tak jauh dari lantai menari, matanya hanya tertuju pada sosok Shira yang sudah mengambil posisinya. Sampai lagu diputar, para wanita muda itu pun mulai menari sesuai dengan ritme musik yang di putar.

Setiap kali Neteyam memandang Shira, rasanya seperti jatuh cinta lagi dan lagi. Semakin hari perasaannya pada wanita itu semakin besar, dan Neteyam hanya bisa berharap bahwa Shira juga merasakan hal yang sama terhadapnya.

Saat sedang menari, Shira sepenuhnya sadar bahwa Neteyam tak berhenti menatapnya, hal itu cukup membuatnya merasa gugup dan beruntung ia tidak lupa gerakan.

"Demi Eywa, siapa wanita itu" gumam Neteyam benar-benar merasa menjadi pemuda paling beruntung di dunia.

"Tidak tau, bro, tapi sepertinya dia istri seseorang yang awalnya selalu menolak untuk menikah" Lo'ak sengaja menggoda Neteyam. Neteyam hanya tersenyum miring karena yang adiknya katakan itu benar sepenuhnya.

Neteyam tidak pernah berpikir untuk menikah dalam waktu dekat, tapi Shira membuatnya berubah pikiran dengan sangat cepat.

"Bagaimana rasanya menelan ludah sendiri?" tanya Aonung diiringi kekehan kecil.

"Rasanya enak sekali" ucap Lo'ak masih menggoda Neteyam.

"Hentikan itu, sxkawng" Neteyam tidak mau mendengar ocehan kedua pemuda itu, yang ia inginkan hanyalah menikmati penampilan istrinya dengan damai.

Tarian telah selesai, sekarang saatnya penduduk desa untuk menari bersama.

Shira keluar dari lantai menari lalu menarik Neteyam agar menari bersamanya. Semua orang terlihat menikmati pesta dengan menari penuh gembira.

"Kamu sangat cantik malam ini, ma wife" bisik Neteyam menatap lekat wajah cantik istrinya, "sangat cantik bahkan sebelumnya dan seterusnya"

"Bibirmu itu sangat pintar bicara manis" Shira tak kuasa menahan senyumannya, Neteyam tertawa pelan, "tidak, aku serius" ia menangkup kedua pipi Shira dengan lembut, menatapnya lurus, "aku sangat beruntung memilikimu"

Mendengar itu Shira tidak bisa berkata-kata lagi, jadi yang ia lakukan hanyalah menarik tengkuk Neteyam lalu mencium bibirnya. Neteyam tersenyum disela-sela ciuman itu. Shira melumat pelan bibir tipisnya, tak peduli dengan warga yang mungkin melihat mereka.

"Ma wife, semua orang bisa melihat kita" bisik Neteyam disela ciuman mereka.

"Aku tidak peduli" Shira kembali menempelkan bibir mereka. Akhirnya kali ini Neteyam yang memimpin ciuman, melumat lembut bibir manis itu. Tak ada nafsu disana, yang ada hanyalah perasaan kasih.

FATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang