huhuhu semakin mendekati ending, but remember guys, its not really the end or maybe just the beginning
pengunguman buat anggota kuchup pandora jangan spoiler di gc, okey?
happy readings....
• • •
Pagi ini Shira bangun dalam keadaan tak enak badan, kepalanya terasa pusing, dan setiap kali ia mencoba untuk bangun rasa pusing itu semakin parah.
"Ma wife, you are not going to work today."
"Ma teyam, i'm okay."
"No, no, no" Neteyam mendorong pelan tubuhnya agar kembali berbaring, Shira mendesah pelan, "Aku hanya pusing sedikit."
"Lebih baik kamu istirahat saja dirumah, aku tak mau hal buruk terjadi padamu."
"Kamu takut nanti aku pingsan huh?"
Neteyam menyelimuti tubuh Shira sampai sebatas pinggangnya, "Menurut saja, ya?" Shira menghela nafas lalu mengangguk enggan karena ia tak yakin apakah nantinya akan tetap diam dirumah atau pergi keluar.
"Aku akan minta Ronal memeriksamu."
"Aku baik-baik saja, Ma teyam. I don't need Tsahik to check on me."
Neteyam mengambil peralatan bekerjanya mengabaikan ucapan Shira. Sebelum pergi dari rumah seperti biasa ia akan mencium istrinya dulu, "Aku akan pulang lebih cepat."
"Tetap berhati-hati, ya?"
Neteyam mengangguk, ia berjalan menuju pintu keluar, "Haruskah aku minta Ibu kesini?"
"Ma teyam, aku tidak sakit parah, kenapa kamu mau membuat ibumu cemas?" Shira tidak habis fikir dengan kelakuan suaminya itu, padahal dirinya hanya pusing biasa tapi kenapa Neteyam bersikap seperti Shira sedang sakit parah.
"Aku akan tetap memanggilnya."
"APA? TIDAK!"
Neteyam mengabaikan teriakan Shira, ia langsung meninggalkan rumah menuju rumah orang tuanya yang tak jauh dari rumah mereka. Setibanya dirumah tersebut Neteyam dapat melihat orang tuanya dan Tuk sedang makan pagi bersama.
"Neteyam?"
"Ibu" Neteyam berjalan masuk ke dalam rumah, "Shira sedang tidak enak badan, dia mengeluh pusing. Bisakah ibu menemaninya setidaknya sampai aku pulang?"
"Kakak iparku sakit?" Tuk bergegas memakan sarapannya, "apa yang kamu lakukan sampai Shira sakit?" mendengar pertanyaan Tuk lantas membuat Neteyam teringat tadi malam ia dan Shira bermain dikasur terlalu lama.
'Apa karena itu istriku sakit?'
"Setelah makan ibu akan menemaninya." ucap Neytiri.
"Bawalah Tsahik untuk memeriksa keadaannya" Neteyam mengangguk menyetujui saran ayahnya, "Hanya untuk berjaga-jaga barang kali ada penyakit yang serius."
Neytiri mengangguk.
•
•
Disini lah Shira berbaring tak berdaya selagi Ronal mengecek keadaannya. Ia pikir beristirahat sebentar akan membuat kondisi tubuhnya membaik, tapi rasanya malah semakin pusing.
"Bagaimana? apakah dia demam?" tanya Neytiri penasaran, disebelahnya ada Tuk yang tak berhenti menggenggam tangan Shira.
Ronal sengaja tidak menjawab karena ia konsentrasi dengan ritual pengecekan. Karena belum terlalu yakin Shira hanya demam biasa, Ronal menyentuh perut rata wanita itu dan merasakan adanya tanda kehidupan didalamnya. Seakan mendapat jawaban akurat, Ronal menghentikan ritualnya. Neytiri mendekat dengan perasaan gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED
Hayran Kurgujust two na'vi didn't want a marriage, but fate brought them together note: available in indonesian & english BOOK: FATED (season 1) IN FATED (season 2) soon - OUR FATED (season 3)