"tujuh"

418 60 28
                                    

"Tuan Kim"

Sebuah suara datar menginterupsi, nadanya sedikit ragu tapi juga dipaksa memberanikan diri. Seorang pria dengan jas hitam itu memberanikan diri menghampiri sang majikan yang baru saja melayangkan pukulan diantara padang hijau lapangan golf.

"Pendeta Park memutuskan untuk menyetujui tawaran Anda" Ujarnya dengan sedikit penekanan agar majikannya itu dapat mendengarnya.

Taehyung sedikit terkekeh, padahal baru saja tak puas atas pukulannya yang terlewat keras. Tetapi berita baru ini membuat suasana hatinya sedikit terhibur.

"Bagus. Kirimkan uangnya"

"Baik Tuan Kim"

Melangkah mundur meninggalkan Taehyung yang masih sibuk dengan hobi mewah miliknya. Pria itu menyerahkan tongkat golf pada seseorang dibelakangnya yang langsung diterima dengan sigap, ia menatap jauh kedepan.

"Bukannya pria tua itu memang tak punya pilihan?" Ujarnya tanpa sedikitpun melirik kebelakang.

"Tuan Junghan juga telah menunggu Anda Tuan Kim" Suara lain bagai menyadarkannya, suara milik bawahannya yang lain. Menunggunya dengan patuh dibelakang.

Taehyung melepas sarung tangannya, memutar tubuhnya setelah merasa tak memiliki minat untuk meneruskan permainan itu. Junghan sebagai salah satu anggota dewan di pemerintahan Korea Selatan saat ini, tentu saja tikus kecil itu sedang berusaha merayu Taehyung agar memberikan dukungan padanya karena ia akan mencalonkan diri sebagai wali kota Seoul tahun depan.

Taehyung menatap Junghan yang berdiri jauh diseberang, tampak menanti dirinya dengan senyum lebar dan mimik tubuh yang sopan saat mendapati Taehyung berjalan kearahnya. Sebentar lagi, pria itu akan segera menyapa Taehyung dengan suara ramah, menuangkan minuman atau membersihkan sepatunya hanya untuk mendapatkan hatinya.

Taehyung tersenyum miring "Satu lagi anjing yang perlu diberi makan"

°°°

Yoona berangkat kuliah lebih sore hari ini. Itu sebabnya ia kini mendapati dirinya diantara dapur kecil miliknya dengan sebuah sayur yang kembali dipanaskan untuk dimakan pagi ini. Ia tak protes. Kalau hanya untuk mengisi perut, apa saja boleh pikirnya.

Jemarinya mengutak-atik ponsel digenggaman tangannya. Memandang sebuah pesan teks dari orang yang diam-diam dikaguminya selama ini.

from : Chanyeol
Apa kau sudah beristirahat?
Aku berharap kau menikmati festival semalam Yoona.

Yoona sedikit tersenyum tipis, ia menutup ponselnya dengan gerakan singkat. Tak sengaja sedikit melirik ke sekitar, biasanya pria tua yang ia kenal sebagai pamannya itu akan berteriak minta dibuatkan telur pagi-pagi begini. Tapi kini suasananya benar-benar tenang. Hening dan hampir seperti tak ada siapapun kecuali dirinya sendiri. Rupanya pria itu benar-benar tak kembali.

Ia mematikan kompor dan menaruh makanan diatas meja, meraih ikan dan nasi secukupnya diatas piring yang sudah menantinya dengan patuh diatas meja sejak tadi. Memakannya sendirian tanpa mengatakan sepatah katapun.

Tanpa disadari, air matanya mulai turun. Ia jadi merasa kesepian untuk kesekian kalinya semenjak pamannya tak ada. Yoona mengusap air matanya kasar dengan mulut yang masih berusaha menelan makanannya dengan sisa-sisa tenaga. Ia tak tahu harus menyalahkan siapa. Dunia atau takdirnya yang benar-benar buruk.

Padahal, ia baru saja merasa bahagia kemarin. Melesat begitu cepat saat dirinya harus kembali lagi di kehidupan yang nyata setelah Chanyeol mengantarnya pulang. Ia melirik kalender diujung ruangan, berapa lama hingga ia harus pergi dari pekerjaannya sebagai pelayan Taehyung adalah waktu yang dinantinya.

Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang