"Ia menolak makanannya lagi Tuan"Seorang pelayan dengan takut-takut menyampaikan berita yang dibawanya kepada pria dihadapannya, seorang pria dengan kemeja putih yang lengannya telah ditekuk hingga lengan.
Taehyung menoleh pada sosok yang berdiri jauh dari meja kerjanya sekarang, baru saja datang bahkan pagi-pagi begini. Membawa nampan berisi mangkuk-mangkuk penuh makanan yang mulai dingin.
"Lagi?"
"Ya. Saya khawatir, ini sudah dua hari sejak ia tak menyentuh makanannya sama sekali"
Pria itu membuat gerakan sedikit kesal, ia menghempaskan kertas-kertas yang sebelumnya dibacanya dengan kasar di atas meja. Kemudian berjalan meraih nampan ditangan wanita muda itu.
"Biar kuatasi"
°°°
Ini hari kedua sejak terakhir kali ia mendapati dirinya berada didalam ruangan besar yang dipenuhi perabotan mewah memukau mata. Menatap ke segala penjuru ruangan hanya untuk mendapati bahwa ia sama sekali tak menemukan celah untuk kabur dari sana.
Pemilik kamar itu telah mengunci jendela besar yang langsung mengarah pada balkon besar kamar. Atau akses pintu utama yang tetap terkunci walau telah ditendangnya dan dipukul hingga puluhan kali.
Ia tak punya tenaganya lagi. Menghabiskan waktunya di atas ranjang seharian sambil sesekali terisak. Jendela besar dihadapannya hanya menatapnya tanpa suara, memperlihatkan pemandangan diluar rumah yang sama sekali tak bisa di jangkaunya.
"Kubilang tak akan kumakan"
Ujar Yoona saat ia mendengar suara pintu yang dibuka, masih meringkuk di atas ranjang sambil memunggungi pintu. Pelayan wanita yang biasa mengantarkan makanan untuknya itu pasti kembali lagi kemari, membujuknya untuk sekedar menghabiskan satu dua suapan walau selalu berakhir sia-sia.
"Kenapa?"
Suara dalam sekaligus datar milik seorang pria yang dikenalnya itu otomatis membuat Yoona bangkit dari tidurnya. Ia menoleh dan mendapati Taehyung berdiri diambang pintu dengan nampan berisi makanan
Yoona tak menjawab. Gadis itu menatapnya dengan keterkejutan yang kentara diantara manik gelapnya. Pria itu akhirnya muncul setelah sama sekali tak memperlihatkan sosoknya semenjak dua hari lalu. Taehyung menutup pintu dan berjalan kearahnya, duduk ditepi ranjang dan menaruh makanan itu di samping Yoona."Kau belum makan sama sekali. Cobalah makanan ini sebelum dingin"
"Tak mau. Aku tak ingin makan"
Taehyung menatap Yoona, gadis itu menunjukkan raut ketusnya. Ia memalingkan wajahnya pada jendela besar dihadapan mereka seolah kedatangannya sama sekali mengganggu.
"Kau bisa sakit Yoona. Wajahmu pucat dan mungkin akan pingsan jika terus menolak makan"
Yoona tertawa singkat "Memang kenapa? Kau memperlakukanku seenaknya dan kini berlagak peduli jika aku tak makan? Lucu sekali"
Taehyung menahan nafasnya. Pria itu sudah berusaha menahan kesabarannya sejak tadi. Ia bahkan berusaha bicara dengan nada yang sebaik mungkin pada gadis itu. Tapi Yoona sama sekali tak menggubrisnya dan tetap pada keinginan keras kepalanya.
"Baiklah. Aku akan memberimu dua pilihan. Kau bisa makan sarapanmu ini atau aku akan melakukannya lagi padamu"
Yoona menaikkan alisnya, gadis itu otomatis menatap Taehyung dengan wajah menegang "Apa maksudmu?"
"Oh kau pasti tahu maksudku. Jika kau masih tak sudi habiskan makananmu maka aku akan melakukannya lagi. Menidurimu. Disini. Sekarang juga"
"A... Apa? Kau gila!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect
FanfictionWARNING : Mature Content 🔞🔞 Kebijaksanaan pembaca diharapkan. Sebenarnya, Tindakan semacam apa yang diizinkan takdir untuk mengubah dirinya? Berapa besar yang harus dipertaruhkan.