Perjalanan panjang hampir memakan setengah jam lamanya sebelum mobil hitam itu akhirnya memasuki pekarangan. Halaman megah kembali menyambut mereka tanpa suara, tiang-tiang tinggi lampu berdiri dengan kaku dan kolam besar ditengah halaman yang airnya selalu tampak tenang.Ketika itu sang supir telah memarkirkan mobilnya dengan decitan halus didepan rumah. Tetapi kedua manusia didalam sana masih diam tanpa suara, sama persis seperti sepanjang perjalanan pulang. Taehyung lebih dahulu keluar dan pria itu membukakan pintu bagi Yoona.
Hatinya bergemuruh tetapi bibirnya sudah terlalu kelu untuk sekedar berbicara. Yoona membiarkan Taehyung meraih tangannya, membawanya memasuki rumah dan menuju kamar tidur begitu saja tanpa perlawanan.
"Tidurlah"
Suara dalam mendayu itu yang didengar Yoona ketika Taehyung melepas pegangan tangannya setelah mereka sampai di sisi ranjang, tak terdengar memerintah seperti biasanya. Mereka segera kembali dari rumah orang tua Taehyung begitu ucapan Irene bagaikan menyambar jantung Yoona. Tetapi parahnya hanya dirinya yang seolah ditipu karena diamnya seluruh manusia diruang makan saat itu seolah memberikan jawaban baginya.
"Tae..."
Yoona bercicit lirih, terdengar pilu sekaligus sesak saat ia harus lebih dahulu memanggil nama pria itu.
"Wanita itu... benar istrimu?"
Taehyung diam mendengar suara bergetar Yoona dibelakang punggungnya, pria itu mengepalkan tangannya kuat-kuat saat merasakan emosi memuncak didalam hatinya.
"Tidurlah, kita bicarakan besok"
Itulah kata-kata terakhir yang Taehyung suarakan, Yoona ikut mengeratkan jemarinya, meremas kuat-kuat gaun coklat yang beberapa jam lalu masih disukainya. Taehyung melangkah dengan tekanan meninggalkannya, menutup pintu dan menguncinya membuat gadis itu kembali mendapati dirinya sendirian disana.
°°°
04.12 am
Cahaya matahari belum menampakkan dirinya, celah tirai besar didepan jendela masih sama pekatnya, sama seperti Yoona yang masih meringkuk diatas ranjang besar bergelung selimut, sisa-sisa pipinya yang lembab, dan isakan lirih sesekali terdengar menyahuti ruangan lengang tersebut.
Yoona sakit hati. Benar-benar sakit hati. Ia baru saja akan menerima semuanya, menerima semua perlakuan Taehyung. Setelah semua pemberontakan sia-sia yang berusaha ia lakukan, kini akhirnya ia membuka hatinya. Tetapi lihatlah apa yang terjadi? Pria itu ternyata memiliki istri. Seorang wanita yang memiliki hubungan sah dengan pria itu. Tetapi apa yang lebih buruk adalah fakta bahwa Yoona mendapati hatinya sesak, ada ketidak-ikhlasan didalam hatinya mengetahui semua itu. Bahwa dirinya hanyalah mainan pria itu, bahwa semua perlakuan baik pria itu selama ini tak berarti apapun.
Derit pintu yang dibuka membuat Yoona tersadar seseorang baru saja memasuki kamar. Tetapi tubuhnya lelah hingga ia tak memiliki keinginan untuk sekedar menengok kebelakang. Langkah itu makin mendekat kearahnya dan berikutnya sebuah hempasan lembut disisi ranjang dirasakan Yoona.
Taehyung menidurkan tubuhnya disamping gadis itu, tangan kekarnya menelusup diantara pinggang ramping Yoona, memeluknya lembut. Membiarkan tubuh lemah gadis itu memunggunginya. Saat deru nafas hangat Taehyung dirasakan Yoona dibelakang tengkuknya, gadis itu tak bergerak sedikitpun. Berpura-pura tidur.
"Aku tak mencintainya"
Suara berat Taehyung keluar disela-sela pelukannya, pria itu ikut memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect
FanfictionWARNING : Mature Content 🔞🔞 Kebijaksanaan pembaca diharapkan. Sebenarnya, Tindakan semacam apa yang diizinkan takdir untuk mengubah dirinya? Berapa besar yang harus dipertaruhkan.