Hal yang tak pernah Mahesa bayangkan dalam hidupnya adalah sebuah pernikahan. Ia fikir setelah kandasnya kisah cinta bersama ryu pemuda china itu akan membuatnya tak tertarik lagi pada arti kata cinta yang diagungkan kekuatannya oleh beberapa manusia.Namun nyatanya Mahesa salah, senyuman bak bulan sabit dan paras elok itu menarik atensinya begitu dalam dan jatuh dalam rasa cinta yang ia tak tahu pasti datang darimana asalnya. Jantungnya berdebar tak karuan ketika sang ibu menepuk bahunya pelan, mengusap lembut bahu sang putra.
"Jericho sudah datang, sebentar lagi kita bersiap ke altar. Kamu sama julian dulu chandra nyusul nanti." Sang ibu tersenyum begitu tulus, melepas putra sulungnya mungkin akan sangat berat untuknya namun ia tahu Mahesa akan selalu menjadi putranya, menjadi lelaki bertanggung jawab selayak suaminya.
Mahesa hari ini menggunakan jas berwarna hitam dengan sedikit corak putih pada pergelangan tangan. Kemeja putihnya rapih dengan dasi tersimpul erat menambah wibawanya. Rambut kecoklatannya ditata keatas memperlihatkan dahinya, jika dilihat lagi Mahesa sering berpenampilan seperti ini tapi hari ini auranya nampak begitu berbeda.
Ia berjalan menuju altar didampingi sang pakdhe (kakak dari ayahnya) ia menatap kearah pintu. Seperti dejavu ketika hari itu Jericho datang dengan kemeja biru langit pemberiannya. Pintu terbuka dan disana Jericho menatapnya dengan binar indah secerah langit hari itu. Nampak polos dengan kemeja putih satin yang pas pada tubuhnya.
Surainya berubah menjadi hitam legam, poni menutupi dahinya dan hiasan rambut yang ia berikan hari itupun dipakai disisian kanan rambutnya. Tangan lentik itu menggenggam bunga lily dan berjalan menuju altar diantar sang papa tercinta. Pandangan Mahesa terus tertuju pada begitu indahnya sang belahan jiwa diterpa cerahnya langit pagi.
Semua orang pula terpana, bagaimana ada sosok seindah itu didunia? Mahesa beruntung mendapatkannya. Tangannya terulur menyambut telapak halus Jericho dalam genggamnya. Keduanya berhadapan, wajah manis itu masih tertutup kain tile transparan namun Mahesa bisa melihat jelas betapa cantikan Jericho hari ini.
Tak terasa ucapan dan ungkapan janji itu berlalu begitu cepatnya, debaran jantung keduanya dipacu bak menjoki kuda. Tangan Jericho terasa gemetar dan Mahesa mengusapnya pelan.
"ya, saya bersedia"
Riuh teriakan Chandra menggema kemudian, beberapa teman Mahesa ikut bersorak membuat Jericho kepalang malu dan bersemu. Mahesa lantas tersenyum dan menyibak kain tile transparan yang menutupi wajah sang pujaan hati. Jericho mendongak dan mengerjapkan matanya. Menggemaskan pikir Mahesa.
Usapan hinggap pada kedua pipi seputih salju itu, diusapnya perlahan oleh yang lebih tua sebelum wajahnya mulai mengikis jarak. Dikecup ranum milik Jericho lembut membuat beberapa undangan memekik entah karna kaget atau gemas. Namun teriakan adik Mahesa.. Nathaniel namanya membuat Mahesa dan Jericho terkikik geli.
"CIUM TERUS SAMPAI NATHANIEL LULUS!"
Iya, adiknya itu menempuh pendidikan diluar negeri sehingga mau tak mau juga Nathan jauh dari pengawasan Mahesa. Untungnya pemuda itu langsung datang ketika mendengar kabar sang kakak akan menikah.
Rangkaian acara selesai pukul 11 malam. Badan Jericho sudah cukup letih dan sekarang berada didalam dekapan Mahesa, keduanya berada dikamar milik mereka dengan sedikit aroma mawar menyegarkan hasil hiasan kamar pengantin yang dibuat oleh sang ibu beserta ibu mertuanya.
"umnn mass"
Mahesa cukup terkejut mendengar panggilan tersebut dari suami manisnya. Ia sedikit menunduk menemukan Jericho mendongak dengan sedikit terkekeh lantas mengecup rahang yang lebih tua.
"Terimakasih ya mas? Sudah mengajari aku banyak hal. Juga terimakasih atas cinta mas."
Mahesa terkekeh gemas lalu mengecup wajah Jericho berkali-kali menimbulkan pekikan lucu dari bilah bibir si manis. Mahesa tidak menyesali apapun ia tak menyesal membantu Jericho juga mencintai lelaki itu.
Ia hanya mengerti bahwa cintanya tumbuh secara mandiri, berjumpa dan seketika jatuh cinta. Dan hanya Jericho yang membuatnya berdebar tak karuan, membuatnya tersenyum bak orang kesetanan. Entahlah, Mahesa begitu mencintainya, dan hanya mencintai sosoknya.
Sosok manis yang meluluh lantahkan hatinya, seorang Jericho Enderson rembulannya.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN : MARKNO
FanfictionPada dasarnya kisah cinta keduanya adalah sebuah kisah cinta manis bagai permen gulali yang dinikmati kawula muda di pagi hari, hanya saja terkadang cinta sejati itu susah untuk dipertahankan sedemikian hari. Mahesa tahu dengan pasti bahwa Jericho c...