"Huhh, suatu hari di ibukota aku datang tanpa mengenal bagaimana bentuk rupa bahkan nama para warga desa. Asing rasanya, ketika surya perlahan tenggelam digantikan malam dingin yang begitu mencekam. Lagipula siapa yang ingin meninggalkan kota? Tapi tanpa hal itu mungkin aku tidak bisa bertemu denganmu.Iya, kamu pemuda dengan pakaian khas berwarna coklat pudar yang selalu datang tiba-tiba. Kamu menawarkan sebuah bantuan pada pertemuan pertama kita, kupikir apakah kamu tulus melakukan itu terlepas dari pikiran bahwa kau hanya ingin mengambil atensiku?
Sialnya kau berhasil, Mahesa kau berhasil menjadi pusat perhatianku dengan segala sifatmu. Senyumanmu begitu menawan dan argh! Kenapa kau begitu tampan hingga rasanya aku hampir kehilangan akal melihatnya. Ingatkah kamu meminta para anak-anak itu mendekatiku? Jujur bolehkah aku berkata bahwa aku sengaja menarik atensimu?
Memalukan! Anak-anak itu tersenyum menggoda, mengapa kau sangat tertarik padaku? Bukankah kau benci pada keturunan sepertiku? Tapi sifatmu benar-benar membuatku jatuh, sejatuh-jatuhnya dalam lingkaran pesonamu.
Adiyaksa..
Begitu sulit untukku menghindar dari segala pesonamu, parasmu yang begitu rupawan, tatapan elang dan kacamata yang bertengger di hidungmu itu benar-benar menarikku sangat dalam. Hatiku tak karu-karuan Mahesa...Malam itu kau mengundangku, memberikanku sebuah hadiah kecil yang begitu indah untukku. Kemeja secerah irisku itu membuatku berani untuk meyakinkan diri jika atensimu sudah sepenuhnya untukku. Aku bersiap bahkan mama sampai mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja disaat aku terperangkap dalam pikiran buruk.
Benar-benar.. Hatiku berdegup sangat kencang ketika pintu itu terbuka dan muncul sosokmu. Dengan setelan berwarna coklat muda pula rambutmu yang ditata sedemikian rupa, tampan.. Sangat tampan, Mahesaku begitu tampan malam itu dan kamu berkata bahwa aku begitu cantik, benarkah? Aku benar-benar ingin pingsan.
Ohhh mahesa, malam itu berlanjut hingga kita terjebak dalam canggungnya suasana didalam mobil. Alunan radio itu sedikit membuyarkan pikiranku akan kemana dirimu akan membawaku malam itu. Kau hanya mendekapku, sebelum mengecup bilah bibirku hingga aku terdiam.
Aku berani untuk mendekat, memberikanmu lebih banyak afeksi hari itu. Rasanya begitu lega ketika lenganmu mendekapku semalam, mengecup ujung kepalaku sayang dan mengusap rambutku dengan lembut.
Mahesa cintaku, tetaplah berada disisiku ya? Aku memang belum mengatakan bahwa aku sangat mencintaimu. Tapi tolong jangan tinggalkan aku."
Rembulanmu, Jericho Enderson
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN : MARKNO
Fiksi PenggemarPada dasarnya kisah cinta keduanya adalah sebuah kisah cinta manis bagai permen gulali yang dinikmati kawula muda di pagi hari, hanya saja terkadang cinta sejati itu susah untuk dipertahankan sedemikian hari. Mahesa tahu dengan pasti bahwa Jericho c...