Sejak kelahirannya, seorang Jeremy tidak pernah kekurangan kasih sayang dari sang ayah. Bahkan sebelum Jeremy lahir pun sang ayah adalah orang yang paling menanti kehadirannya. Hampir setiap malam Mahesa terjaga, menjaga Jericho yang tengah hamil tua. Sesekali mengusap perut besar itu merasakan gerakan Jeremy didalam sana.
Mahesa selalu berandai-andai bagaimana lengkapnya keluarga mereka dengan kehadiran Jeremy diantara ia dan sang suami. Pada bulan Januari Jeremy dilarikan ke rumah sakit dimana ia mengalami kontraksi. Kala itu Mahesa masih dinas di luar kota namun ia bergegas pulang dengan mobilnya. Beberapa orang mengatakan Mahesa rela meninggalkan segala pekerjaannya demi menemani Jericho kala itu.
Kelahiran Jeremy adalah salah satu moment dimana Mahesa benar-benar bersyukur telah bertahan hidup dan berusaha keras untuk melindungi Jericho selama yang ia bisa. Mahesa dikatakan begitu gugup saat pertama kali mendekap tubuh mungil Jeremy, jari mungilnya menggenggam jari telunjuk sang ayah yang membuat air mata Mahesa terjatuh dengan mudahnya.
Hari-hari selanjutnya Mahesa selalu mendekap pangeran mungil itu di malam hari setelah ia bekerja. Mengabaikan lelahnya dan memilih untuk melihat sang putra tertidur dalam dekapannya. Hingga usia 3 tahun Jeremy benar-benar tak bisa lepas dari sang ayah.
Salah satu penyesalan Mahesa adalah membiarkan sang putra tumbuh tanpa didikannya. Namun ia bisa melihat tubuh semampai itu tersenyum kala bersama istrinya pun ia sudah merasa senang. Wajahnya mencerminkan masa Mahesa, tampan dengan wibawa yang ketara.
Kekecewaan Mahesa kala mengetahui pikiran Jeremy tidak ia tujukan pada sang putra. Namun pada dirinya, mengapa ia tak mengatakan apapun pada putranya, mengapa ia tak mengajarkannya pada sang putra dan mendapati dirinya dalam tekanan besar selama ini. Namun waktu kembali mengembalikan sang putra dalam dekapannya.
Putra kecilnya beranjak dewasa, wibawanya dan segala pemikiran kolotnya pergi begitu saja. Maka keduanya saling mendekap dan mengutarakan perasaan masing-masing dan itu pertama kali setelah Jeremy lahir, Mahesa kembali menangis dan menepuk punggung sang putra.
Sekarang Jeremy tengah berdiri berhadapan dengan sang ayah. Ia akan melepas masa lajangnya dan meninggalkan rumah, ia akan rindu kala beberapa tahun terakhir mereka menghabiskan waktu untuk bermain catur dan membaca koran bersama. Jeremy merasakan hangatnya genggaman sang ayah dan tersenyum.
Dua tahun kemudian, Jericho menemui tuhan terlebih dulu. Jeremy tahu seberapa kuat cinta kedua orang tuanya dan ia kembali kerumah, bersama istrinya ia merawat Mahesa dimasa tuanya. Laki-laki yang mengajarkan Jeremy menjadi dewasa itu mulai melemah, wibawanya sudah luntur dan tergantikan wajah lelah.
Mereka masih beberapa kali bermain catur dan membaca koran bersama. Meskipun sekarang teh yang mereka tegak bukan lagi buatan Jericho dan hangat teh itu terasa berbeda pada kecap Mahesa namun ia masih tersenyum kala Putranya tersenyum saat caturnya skak mat.
Mahesa terduduk diatas ranjangnya, ia memandang kearah foto mereka bertiga diatas nakas. Ia membawa foto itu kedalam dekapannya sebelum tertidur dengan tenang. Jeremy hanya tersenyum menatap ayahnya, meskipun air mata sudah menetes dari kedua irisnya. Ayahnya akan segera bertemu papanya, maka ia lega. Ia menemani masa tua sang ayah seperti yang ia inginkan.
Jeremy terduduk dengan tenang menikmati semilir angin yang menerpanya. Dua nisan ada didepannya dan ia terduduk diantaranya. Jericho dan Mahesa, ayah dan papa nya sudah tenang disana. Ia menatap langit dan tersenyum. Ia kembali teringat perkataan sang ayah malam itu, sebelum ia meninggalkan bilik kamar milik sang ayah.
Jika ayah pergi, tolong jaga siapapun yang berharga untukmu ya. Jangan menjadi seperti ayah yang sempat tidak menemani masa remajamu.
Jeremy menunduk dan menangis, berusaha mengusap air matanya yang tak henti mengalir. Ia ingat betapa hangatnya dekap sang ayah dan papa, ia ingat betapa cantiknya senyum sang papa dan seberapa kuatnya sang ayah.
Terimakasih, sudah menjadi orang tua yang baik ayah... Papa...
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN : MARKNO
Fiksi PenggemarPada dasarnya kisah cinta keduanya adalah sebuah kisah cinta manis bagai permen gulali yang dinikmati kawula muda di pagi hari, hanya saja terkadang cinta sejati itu susah untuk dipertahankan sedemikian hari. Mahesa tahu dengan pasti bahwa Jericho c...