"E-enderson?" Jericho hanya tersenyum dan membungkukkan badannya. Ia berjalan mendekat dan mendongakan dagu laki-laki itu dengan kipas genggamnya "Aku tidak ingin mengurangi kesopanan jadi salam kenal tuan, aku Jericho Enderson." Mahesa menatap sang kekasih dengan senyuman bangga.
Laki-laki itu dibawa kepusat pemerintahan, dimana tempat Mahesa bekerja dan menghabiskan masa kecilnya. Mahesa ingat benar bagaimana sang ibu selalu membawanya kemari saat beliau masih aktif mengurus pasar.
Flashback
Batavia 1946
Mahesa masih berusia 8 tahun saat itu, dimana ekonomi keluarganya tak terkendali. Ia hanya seorang anak biasa yang dibesarkan sang ibu dengan segala jerih payah. Pagi buta ibunya akan pergi ke pasar dan mulai berdagang sedangkan mahesa menempuh pendidikannya di desa kala itu. Tak jarang Mahesa harus menyusul sang ibu ke kota untuk menjemput sang ibu dengan menaiki becak.
Mahesa sering mendapatkan segala cercaan dari kawan sebayanya. Dianggap tak mampu sebagai bangsawan karna kehilangan sang ayah acap kali membuat Mahesa berfikir dunia tidak adil padanya. Namun ketika ia menatap sang ibu, ia akan berfikir berulang kali untuk menyalahkan keadaan.
"Buk, apa di pasar itu menyenangkan?" Sang ibu hanya tersenyum dan mengusap surainya. "tentu saja, disana kita bisa mendapatkan begitu banyak pelajaran berarti tentang kehidupan." Mahesa terdiam sejenak, mungkin saat itulah ia jadi begitu minat terhadap dunia yang dicintai oleh sang ayah. Ia kemudian sering mendatangi pasar bersama teman-temannya.
Ekonomi keluarganya membaik berkat kecerdasan ibu. Mahesa kembali merasakan bahagianya masa kecil, namun ia heran bagaimana ibunya bekerja hingga pulang selarut itu. Ia kemudian secara diam-diam mengikuti sang ibu. Ibunya benar-benar berbeda dengan tatapan tegas juga pendiriannya diantara perdebatan panjang para pria dewasa.
Mahesa terpana, ia ingin menjadi seperti ibunya. Ia ingin menjadi pelindung pasar yang sudah melekat dalam diri Mahesa dan ibunya, tempat Mahesa tumbuh dan memetik banyak pelajaran. Pada akhirnya ambisi pemimpin itu muncul dalam diri Mahesa, ia bergegas pulang dan belajar segiat yang ia bisa.
Mahesa benar-benar belajar giat hingga pada usianya yang memasuki 17 tahun, pasar mulai diarahkan olehnya atas bantuan sang ibu. Mahesa berkembang dan menguasai pasar ketika usianya menginjak 19 tahun. Sang ibu melepaskan pengawasannya, merasa bangga dengan pencapaian sang putra sulung.
Flashback end
"Kurasa tidak perlu banyak bicara tuan, aku tidak pernah memberikan pajak perhari pada pedagang. Kenapa dengan lancangnya kau berada disini mengambil hak para pedagang atas nama petinggi??"
Raut marah Mahesa cukup membuat Jericho terkejut bukan main, Aura dominan yang sangat mencekam benar-benar keluar dari pemuda itu. Apa itulah alasan kekasihnya ini begitu terkenal tegas dan berwiba di usianya yang masih terhitung muda? Jericho bisa menarik kesimpulan, bagaimanapun kekasihnya ini terlewat jenius.
Setelah hambatan selesai, Mahesa mulai mengerjakan berkas-berkasnya dengan Jericho yang duduk diatas pangkuannya dengan dalih "aku ingin melihat lebih jelas berkasnya" begitu kata si manis ketika mulai duduk diatas panhkuan Mahesa. Pada akhirnya yang lebih tua mengalah dan memeluk pinggang ramping Jericho masuk kedalam dekapannya.
"Kamu paham sayang?" Jericho mengangguk dan tersenyum manis. Ia tidak paham secara menyeluruh tapi setidaknya ia paham bagaimana cara kerja Mahesa. Belajar beberapa bulan akan membuatnya memahami semuanya. Ia yakin orang tuanya akan memberikan kepemilikan padanya tanpa pikir panjang.
Beberapa bulan kemudian.
"IBU?! KENAPA IBU TIDAK MENGATAKAN KALAU PASAR AKAN DIPEGANG MAHESA? KALAU BEGITU UNTUK APA AKU REPOT BELAJAR?!"
Teriakan Jericho membuat semua orang didalam rumah tertawa, wajah simanis itu memerah malu karna sudah begitu percaya diri ia akan memegang pasar sendirian sedangkan sang calon suami hanya terkekeh pelan ketika Jericho merajuk dan memeluknya.
"Mama dan ibu sudah berunding lama sayang, hanya saja mereka ingin kamu tetap belajar karna mungkin kamu bisa memegang beberapa bagian kecil." Masih dengan merajuk Jericho mencubit pinggang sang calon suami cukup keras.
"Kamu sudah tau ya?!" sudahkan Mahesa bilang wajah merajuk kekasihnya ini sangat menggemaskan dan tak bisa ia lewatkan? Bibir mengerucut gemas dan pipi memerah itu membuat Mahesa gemas. Ia akhirnya hanya mengecup pipi kekasih manisnya itu dan membiarkan Jericho tetap merajuk dalam dekapannya.
"Bagaimana persiapan pernikahan kalian?" Sahutan sang ibu membuat Jericho menghadap sang ibu mertua dengan tatapan merajuknya lagi. "kemarin pegawai butik gatal sekali pada mahesa! Gadis itu berkata dengan mendayu-dayu pada calon suamiku huh!"
Sang mama tertawa lalu mengusap surai sang putra "Aduh, kamu cemburu ya? Kalau papa mendengar ini dia akan tertawa kencang."
Setelah berbincang cukup lama akhirnya Mahesa dan Jericho masuk kedalam kamar Jericho. Mahesa dibiarkan menginap karna mereka akan segera menikah beberapa minggu lagi, terlebih sifat manja Jericho sedang menjadi-jadi ketika ia berada didekat Mahesa.
"Kamu masih merajuk karna kemarin?" Jericho hanya mengangguk singkat, ia sedang berganti pakaian dari kemejanya menjadi piyama putih polos. Mahesa mendekat dan memeluk kekasihnya dari belakang dan mengecup bahu Jericho lembut. Si manis mengusap tangan Mehesa yang melingkari pinggangnya.
"Sayang, kamu tau aku tidak akan tergoda hanya dengan hal seperti itu saja. Cintaku hanya untuk jericho enderson, kamu tau itu dengan baik bukan?" Jericho tersenyum, ia membalikan badannya dan memeluk leher Mahesa sebelum berjinjit dan mengecup bibir kekasih tampannya. Mahesa mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Jericho sebelum mengangkatnya keatas ranjang.
Kembali bercumbu diatas ranjang ketika Jericho menarik tengkuk Mahesa untuk mendekat. Suara kecipak basah membuat suasana kamar terasa cukup panas, Mahesa menjauhkan wajahnya. Jericho menangkup pipi lelaki yang lebih tua darinya itu dan menatap dengan kerlingan nakal. Mahesa paham betul apa yang kekasihnya inginkan maka dari itu ia kembali mendekatkan wajahnya.
Menarik selimut untuk menutupi keduanya dan kembali bercumbu panas. Menghabiskan malam itu dengan erangan manja Jericho yang berada dibawahnya juga tatapan penuh puja Jericho pada Mahesa ketika lelaki yang lebih tua itu mengenggam erat tangannya dan mendorong kuat membuatnya melayang.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN : MARKNO
FanficPada dasarnya kisah cinta keduanya adalah sebuah kisah cinta manis bagai permen gulali yang dinikmati kawula muda di pagi hari, hanya saja terkadang cinta sejati itu susah untuk dipertahankan sedemikian hari. Mahesa tahu dengan pasti bahwa Jericho c...