MC 4

166 8 0
                                    

Menjelang acara kunjungan kerja oleh Bapak Pangdam, batalyon tempat Adnan berdinas begitu sibuk. Banyak hal yang harus dipersiapkan. Terlebih, Sertu Adnan Baihaqi menjabat sebagai Bamin (Bintara Administrasi) di kompinya. Jabatan Bamin sangat dibutuhkan pula oleh pengurus organisasi Persit (Persatuan Istri Prajurit).

Di dalam struktur organisasi Persit, Bamin menjabat sebagai pembina harian.

"Pak Bamin, besok sore kita rapat, ya, di aula, bareng sama ibu-ibu persit, tanpa terkecuali," ucap Ibu Danki saat di kantor Persit.

"Siap, Ibu, saya siapkan ruangannya dulu," jawab Sertu Adnan.

Sertu Adnan segera mengerahkan para stafnya untuk kurve di aula Persit dengan dibantu ibu-ibu pengurus.

"Duh, kalo kita kurve sambil ditungguin Pak Bamin gini jadinya semangat deh, iya nggak, Ibu-ibu?" goda salah seorang ibu pengurus Persit.

"Iya lah, gimana gak semangat lha wong Bamin kita ganteng gini," timpal lainnya.

"Hehehe." Tawa mereka pecah bersamaan memenuhi ruang aula.

Sertu Adnan hanya senyum-senyum mendengar godaan dan candaan ibu-ibu.

"Ibu-ibu nih, memang paling bisa," ucapnya kemudian.

"Eh, Pak Bamin, kemarin ada yang nanyain tuh, cewek cakep yang kerja di apotek samping RST, siapa, ya namanya kok lupa saya. Katanya nitip salam sama Om Bamin."

"Iya, Bu, waalaikumsalam," jawab Sertu Adnan.

"Beberapa waktu lalu juga ada perawat di RSUD yang nanyain Om Bamin, namanya Mbak Chacha, cantik gitu mbaknya," ucap Ibu yang lain.

"Lagian, Om Bamin ini tidak segera melabuhkan hatinya ke satu perempuan, masih suka mengembara ke mana-mana. Buruan tentuin pilihan hatinya, Om Bamin, biar tenang."

"Aamiin. Doain, ya, Bu, agar saya segera menemukan perempuan yang pas untuk mendampingi hidup saya."

Mendengar nama Chacha, Sertu Adnan hampir saja tersedak air minum. Ia terbawa lagi arus kenangan masa lalunya saat masih dekat dengan Chacha, gadis cantik yang bekerja sebagai perawat di RSUD. Chacha beda dengan cewek-cewek lainnya yang pernah dekat dengan Adnan, ia jauh lebih dewasa dan penyabar, perangainya juga ramah dan sopan.

Predikat playboy kelas kakap yang telanjur melekat pada diri Sertu Adnan sejak pertama kali menjadi abdi negara membuatnya dengan mudah gonta ganti pasangan. Belum ada satu pun perempuan yang mampu meluluhkan batinya, menaklukkan predikat playboy-nya. Saat ia telah bosan dengan satu perempuan, maka ia memutuskannya secara sepihak, tanpa memikirkan perasaan si perempuan. Lalu dengan mudah ia mencari lagi penggantinya. Begitu seterusnya, hingga ia pun kadang lupa dengan nama perempuan yang pernah dekat dengannya karena saking banyaknya.

Chacha begitu mencintai Sertu Adnan, ia bahkan telah siap mendampinginya sebagai ibu Persit, namun tidak dengan Sertu Adnan. Ia masih senang bermain-main dengan perasaan perempuan.

"Lha, kok Om Bamin malah jadi ngelamun sih. Hayo, mikirin Mbak Chacha atau yang mbak-mbak yang lainnya nih." Sambil membersihkan ruang aula, ibu-ibu pengurus Persit masih saja menggoda Sertu Adnan.

Sertu Adnan segera tersadar dari lamunannya.

"Oh iya, ibu-ibu, apa lagi kira-kira yang dibutuhkan untuk rapat besok?"

"Hm, kataknya kita butuh meja panjang lagi, Om Bamin, dua buah lagi untuk memajang hasil kerajinan ibu-ibu."

"Baiklah, biar disiapkan sama staf saya. Saya permisi dulu mau balik ke kantor kompi, ya, Ibu-ibu. Nanti misalkan ada yang dibutuhkan lagi tinggal minta tolong sama salah satu staf saya aja."

Muhasabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang