Acara kunjungan kerja oleh Panglima Kodam cukup menguras tenaga dan pikiran penghuni batalyon, tak terkecuali Sertu Adnan. Jabatan sebagai Bamin kompi mengharuskannya kerja ekstra. Selain mengurus administrasi kantor, Sertu Adnan juga harus membantu dan mengawal kegiatan ibu-ibu persit di kompinya.
"Kamu jadi cuti, Bro?" tanya salah satu leting Adnan.
"Jadi dong, nih udah dapet surat jalannya. Udah kangen banget sama si Mbok," jawab Adnan semringah.
"Salam buat ibumu, ya, Bro!"
"Siap, nanti aku sampaikan ke Ibu."
Jarak batalyon, tempat tugas Adnan dengan kampung halamannya cukup dekat, ia hanya butuh waktu kurang lebih tiga jam mengendarai motor dengan kecepatan sedang.
"Ora usah ngebut-ngebut, ora ono sing nguber. Alon-alon wae, Le, sing penting slamet." Pesan Ibunya terus saja terngiang-ngiang dalam benak Adnan.
"Aku cabut dulu, ya, Bro!" pamit Adnan kepada rekan-rekannya yang sedang bertugas jaga di satri.
"Ok, Bro, hati-hati," kata salah satu dari mereka.
"Jangan lupa oleh-olehnya, Bang!" timpal yang lain.
Baru saja Adnan menstarter motornya, terdengar suara bising di telingaya dari arah pintu masuk batalyon.
"Mas Adnan!"
"Waduh, sial. Kenapa cewek ini dateng lagi sih," gerutu Adnan.
"Mas Adnan, katanya kemarin mau main ke kosan, aku tunggu nggak dateng-dateng lho. Aku kirim pesan, telepon juga gak ada respon sama sekali," rajuk si cewek.
"Oh iya, sorry. Seminggu ini batalyon sibuk ada kunjungan, baru aja selesai kemarin. Semua pada sibuk, aku sampai gak sempat balas pesan maupun telepon kamu, apalagi main ke kosan," jawab Adnan penuh kebohongan.
"Trus ini, Mas Adnan kok bawa ransel besar, mau ke mana?"
"Aku mau pulang kampung, cuti."
"Aku ikut pulang kampung, ya, Mas?"
"Halah, kok aneh-aneh aja kamu! Udah, aku mau berangkat dulu!"Sertu Adnan melajukan
motonya dengan kencang tanpa menghiraukan cewek yang teriak memanggil namanya."Mas Adnannnn! Jahat kamu, Mas!"
"Mbak, tolong jangan bikin gaduh di sini, ya. Yang Mbak cari udah pergi. Mending sekarang Mbak juga pulang sebeluk ketahuan Danki, nanti saya yang kena," ucap seseorang berseragam loreng di posa jaga.
Kemudian cewek itu berlalu begitu saja meninggalkan batalyon tanpa permisi, dengan wajah yang cemberut.
"Huh, dasar cewek gak jelas! Untung kamu cantik, Mbak."
💞💞💞💞
Adnan memarkir motornya di depan butik milik Aira. Berharap kali ini ia dapat bertemu dengan perempuan itu.
"Assalamualaikum, permisi, Mbak," sapa Adnan.
"Waalaikumsalam, selamat datang di Aira butik. Eh, Mas yang kemarin, ya," sapa Anisa.
"Iya, Mbak, benar."
"Ada yang bisa saya bantu, Mas?"
Adnan celingukan mencari sesuatu, mencari sosok yang bernama Aira, "Hm, saya mau cari gamis, Mbak."
"Gamis untuk istrinya, ya, Mas?" tanya Anisa.
"Bukan, Mbak. Saya belum menikah."
"Oh, berarti untuk pacarnya?"
"Bukan juga. Saya cari gamis untuk Ibu saya."
"Oh, untuk Ibu. Baik, saya coba bantu pilihkan yang pas, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Muhasabah Cinta
Roman d'amourAira Medina, seorang putri dari kiai yang cukup ternama di desanya. Ia lebih memilih aktif di dunia bisnis dengan membuka sebuah butik baju muslim daripada mengurus pondok milik keluarganya. Ning Aira, desainer muda yang cantik dan ramah harus legow...