MC 15

170 8 4
                                    

"Adek hati-hati sama Bang Togar, ya," ucap Adnan sambil menyetir mobil.

"Iya, Mas."

"Dulu pernah Bang Togar mendekati istri dari adik letingnya Mas. Akhirnya sampai dilaporkan ke Pak Danki dan Bang Togar mendapat sanksi dari Komandan."

"Tenang, Mas. InsyaAllah Adek bisa kok jaga diri."

"Iya, Mas percaya sama Adek."

"Emang istrinya Om Togar ke mana, Mas?"

"Dia itu masih bujangan, Dek. Belum nikah. Cuma suka main-main aja sama cewek."

"Kayak, Mas dong? Playboy."

"Kok kayak Mas sih? Ya jelas beda lah. Sejak bertemu Adek dunia Mas udah berubah. Lagian Mas juga dulu nggak separah Bang Togar kali, Dek."

"Iya, Adek percaya kok, Sayang."

💞💞💞💞

Pagi ini batalyon tampak lengang. Sebagian prajurit tengah melaksanakan latihan selama sepekan di hutan. Seperti biasa, Adnan masih sibuk berkutat dengan keyboard komputer di kantor kompi. Berkas pengajuan nikah dinas terus saja menumpuk di mejanya, belum lagi laporan gaji dan tunjangan anggota yang harus diselesaikannya menjelang akhir bulan.

"Selamat pagi, Om. Permisi, saya mau ketemu Mas Adnan." Seorang perempuan berperawakan tinggi langsing dengan rambut terurai bersemir warna blue black berdiri di depan pos jaga batalyon.

"Maaf, Mbak. Ada perlu apa sama Pak Adnan?" tanya Prada Ghifari yang kebetulan berjaga pagi itu.

"Ya pengen ketemu aja, itu bukan urusan kamu!" jawabnya ketus.

"Emang Mbak ini ada hubungan apa sama Pak Adnan?"

"Aku kekasihnya, kenapa?"

"Hahahaha." Prada Ghifari tergelak.

"Sebaiknya Mbak pergi saja, percuma nyari Pak Adnan. Mbak nggak tau, ya, kalo Pak Adnan udah nikah?"

"Hah, nikah?! Jangan bercanda!"

"Silakan pergi aja, Mbak. Lagian Mbak nggak level sama istrinya Pak Adnan yang cantik bak bidadari itu."

Sang perempuan semakin geram dengan perkataan Prada Ghifari. Ia justru semakin penasaran dan ingin bertemu dengan istri Adnan, mantan kekasihnya.

"Tuh, yang punya butik depan tuh, istrinya Pak Adnan." Prada Ghifari menunjuk butik milik Aira yang terletak di depan batalyon.

Tanpa pikir panjang, si perempuan langsung melenggang menuju butik yang dimaksud. Dengan angkuh ia memasuki butik dan mencari sang owner.

"Mana owner butik ini?" tanya perempuan itu degan angkuh.

"Saya, Mbak ownernya. Maaf, ada yang  bisa saya bantu?" tanya Aira.

"Oh, jadi kamu istrinya Mas Adnan?"

"Iya benar, Mbak. Ada apa, ya, Mbak ini siapa?"

"Aku mantan kekasihnya Mas Adnan," jawabnya sombong.

"Oh, cuma mantan?"

"Maksudmu apa cuma mantan? Aku ini mantan terindahnya Mas Adnan."

"Jika memang Mbak adalah mantan terindah, kenapa Mas Adnan sampai membuangnya? Saya tahu, Mas Adnan punya banyak mantan, dan saya nggak peduli dengan mantan-mantannya tersebut, termasuk sama Mbak. Jadi, jika Mbak sudah selesai, silakan keluar dari butik saya."

Dengan kesal perempuan tadi pergi meninggalkan butik. Aira tampak mengembuskan napas lega. Tanpa terasa bulir bening menitik dari mata indahnya. Dadanya sedikit sesak menahan kecewa dan amarah.

Muhasabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang