END

343 8 0
                                    

"Kamu yakin dengan keputusanmu, Ra?" tanya Anisa.

Aira hanya menghela napas, lalu terlihat matanya membasah. Anisa memeluk lembut sahabatnya, menguatkannya dari cobaan yang kini menerpanya.

"InsyaAllah ini pilihan yang terbaik, Ra. Sebagai sahabatmu, aku hanya mempu me dukung penuh dan mendoakanmu."

Isak tangis Aira tak kunjung reda.

💞💞💞💞

"Dek, apa Mas perlu memberitahu Abah dan Ummik perihal masalahmu?" tanya Gus Ahmad.

"Jangan, Mas. Aira nggak tega jika harus menyakiti Abah dan Ummik. Biar rahasia ini cukup aku, Mas Ahmad, Mbak Alya, dan Anisa yang tahu."

"Tapi, kamu tidak bisa menyembunyikan ini selamanya dari Abah dan Ummik, Dek. Lantas apa rencanamu terhadap bayi itu nantinya, terkait penyakit yang diderita oleh perempuan itu. Memang kita tidak boleh ndisiki kerso, apalagi tentang umur manusia, tapi jika apa yang divonia dokter itu benar, bagaimana?"

"Aku akan menyayanginya seperti anakku sendiri, Mas. Karena aku sudah telanjur mencintai Mas Adnan. Jadi, apapun dan siapa pun yang berhubungan dengan Mas Adnan, aku juga akan mencintainya. Bayi itu sama sekali tidak berdosa. Orang tuanya lah yang bertindak salah."

"Alhamdulillah jika kamu telah ikhlas, Dek. Dengan begitu, Mas bisa menikahkan mereka tanpa ada keraguan karena mengkhawatirkanmu."

Bulir bening kembali luruh dari kedua netra Aira.

"InsyaAllah apa yang kamu lakukan ini mendapat rida dan pahala yang besar dari Allah. Kamu harus sabar, ya, Dek."

"Iya, Mas. Doain Aira."

💞💞💞💞

Adnan memasang wajah datar tanpa senyum sedikit pun. Padahal hari ini akan berlangsung pernikahan secara siri dengan Chacha.

Gaun berwarna broken white yang didesain khusus oleh Aira di hari spesial itu, membuat Chacha tampak lebih fresh dan cantik. Chacha memang sudah cantik dari aslinya. Wajahnya yang oriental dengan rambut lurus sebahu bersemir blonde membuatnya terlihat bak cewek bule.

Semenjak dirawat di rumah sakit karena penyakitnya, wajah Aira tampak pucat pasi, meski masih terlihat guratan kecantikannya.

"Dek, maafin, Mas, ya."

Kata itu yang selalu terucap dari bibir Adnan. Rasa bersalahnya seolah tiada habisnya.

"Mas, percayalah. Adek sudah ikhlas. Menikahlah dengan Mbak Chacha, agar bayi kalian juga bahagia. Mas tidak perlu khawatir. Adek akan menyayangi bayi itu dengan sepenuh hati, seperti anak Adek sendiri."

Pernikahan mereka berlangsung tertutup di butik Aira yang lama.

💞💞💞💞

"Dek ... Dek ... Aira, Sayang!" Adnan memanggil nama istrinya, tetapi tidak ada sahutan.

Tampak di atas ranjang kamarnya telah siap satu stel seragam PDL lengkap dengan segala atributnya yang akan dipakai Adnan hari ini.

Ada secarik kertas di atas meja rias yang ditutupi oleh parfum beraroma musk kesayangan Adnan.

Dalam kertas tersebut tertulis bahwa Aira pamit selama sepekan untuk mengunjungi eyangnya yang ada di Wonosalam, Jombang. Aira juga melarang Adnan untuk menjemputnya, ia akan pulang sendiri setelah satu pekan. Aira juga meminta Adnan untuk fokus menemani Chacha, istrinya.

"Ya Allah, Dek. Maafin, Mas. Karena ulah Mas, kamu jadi menderita seperti ini. Mas janji, setelah ini akan selalu membahagiakanmu."

💞💞💞💞

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Muhasabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang