bab 6

1.5K 194 14
                                    

Pov Kana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pov Kana

Apa itu tadi? Kenapa Daddy meremas kan tanganku di tongkat pipisnya? Tapi kenapa aku merasa baik. Bukannya itu tidak boleh? Aku masih ingat pelajaran masa kecilku, jika memiliki kemaluan, kau tidak boleh membiarkan orang lain memegangnya. Lalu apa yang Daddy lakukan tadi? Ini hampir membuatku gila, apalagi melihat Daddy mengurut tongkat pipisnya hingga dia keluar pipis yang kental, sungguh aku penasaran.

Aku meraih benda canggih, aku pergi pada sebuah kolom dan aku ketik sesuatu di mana aku menemukan jawaban apa pun yang aku tanyakan.

Aku tertarik pada kata onani, ternyata yang Daddy lakukan tadi di sebut 'onani'

Aku tersenyum menyeringai atas jawaban google itu, namun setelah itu aku kembali dalam pikiranku dengan kata-kata selanjutnya.

Bayangan yang muncul saat seseorang beronani, ketika dia mencapai klimaksnya, dia akan meneriakkan seseorang yang membuatnya ingin beronani, dia menginginkan tubuh seseorang yang di khayalkan, ingin membuat baik bersama, sehingga aliran tubuh menjadi panas, dan dia dapat merasakan kehadiran orang yang diteriakkan.

Berarti Daddy menginginkan tubuh orang yang bernama Gulf itu? Kenapa Daddy menginginkannya? Aku sungguh penasaran, katanya dia menyayangiku lalu apa yang dia lakukan membayangkan orang lain? Tunggu apa ini?

Sperma?

Ternyata yang tadi bukan pipis Daddy yang kental, tapi yang keluar itu adalah sperma. Apa itu? Sehingga aku mengamatinya dengan jelas.

Aku masih kalut dalam pikiranku, aku membayangkan Daddy meneriakkan nama Gulf sungguh membuatku gelisah, apakah orang itu akan mengambil posisiku, tapi kenapa Daddy mengatakan aku mengacaukannya, apa aku berbuat salah? Tapi apa salahku sehingga Daddy hanya mengatakan Gulf pria baik saja. Sedangkan aku adalah anak nakalnya.

Sial, aku sangat membenci nama Gulf itu, namun sejenak membuat aku bisa melupakan Gulf.

Tanganku masih belum bisa melupakan lembutnya tongkat pipis Daddy tadi, tunggu! Dia tidak lembut, tapi keras.

Milikku yang lembut sekarang, sehingga aku mencoba memastikannya. Tanganku menyelinap ke dalam celanaku, aku cari tongkat pipis milikku sendiri.

Aku menyentuhnya seperti apa yang Daddy lakukan tadi.

Aku seperti tersengat, saat aku meremasnya sendiri, sehingga aku takut, dan mencabut tanganku dari dalam celana tadi. Kepalaku menjadi pusing, bayangan Daddy mengurut tongkat pipis tadi, sungguh itu sisi Daddy yang paling gagah aku lihat, tapi bayangan Daddy meneriakkan Gulf, aku sangat membenci itu, sehingga kepalaku semakin pusing dan berkedut.

Aku meraih guling, dan aku jepit kakiku sangat rapat, sungguh itu membuatku lebih baik dengan aku gesekkan sedikit, aku juga tidak mengerti apa yang sedang aku lakukan sekarang, aku hanya ingin membuang sakit kepalaku sehingga tak lama setelah itu, aku merasakan sangat baik, tubuhku menegang sebelum itu membayangkan wajah Daddy yang gagah.

DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang