Apa yang harus aku lakukan jika jatuh cinta pada seseorang yang harus aku sebut DADDY
Namun semakin aku menyadarkan diri, rasa cinta ini lebih berkembang dari kenyataan untuk sekedar saling menghormati
Aku tidak tau apa yang sedang aku lakukan, aku baru saja melakukan hubungan yang orang dewasa lakukan. Tunggu! Hey, kata Mama aku sudah dewasa, aku sudah mendapatkan mimpi basahku.
Sungguh nikmat sekarang, aku terbangun di bidang Dada Daddy yang telanjang.
Tanganku sangat nakal, dia bergerak di dalam selimut kami mencari tongkat pipis yang membuatku terbang tinggi semalam.
Uh, dia sangat lembut, dia masih tidur seperti Daddy sekarang. Aku urut seperti yang Daddy lakukan.
"Kana, apa yang kau lakukan, sayang?" ucap Daddy yang terbangun dengan suara yang serak, bukan Daddy saja, tapi tongkat pipis juga bangun di tanganku.
"Dad ..., mau lagi ...," ucapku juga serat.
Daddy mengambil tanganku, tubuhnya ia miringkan untuk melihat wajahku. Kemudian ia peluk aku, wajahnya terbenam di dadaku. Sungguh baik rasanya.
"Dad, apa yang kau lakukan, aku mau lagi," rengekku berusaha mencari tongkat pipis Daddy yang menekan-nekan pahaku.
"Daddy takut, sayang?" ucap Daddy.
"Takut karena apa?" tanyaku.
"Bagaimana jika Mamamu tau, apa yang sudah aku lakukan terhadap anaknya."
"Apa salahnya, kau melakukan hal baik padaku."
"Kana, kau tidak mengerti, sayang."
Daddy duduk dengan wajahnya yang lesu. Aku ikut Daddy duduk dan memeluk punggung Daddy yang lebar.
"Kau jangan takut, Daddy. Kita hadapi sama-sama ya," ucapku memberikan keyakinan pada Daddy. Kata-kataku seperti orang dewasa bukan? Sungguh sebenarnya aku tak mengerti. Apa yang Daddy takutkan pada Mama. Tinggal bilang saja bukan. Aku mencintai anaknya.
Sangat mudah, aku sangat ingin Daddy mencintaiku.
"Kau yakin bisa ke sekolah?" tanya Daddy saat kami naik ke dalam mobil. Aku bersiap untuk berangkat, yang sebenarnya ini sudah telat.
"Bisa, Daddy," jawabku, sungguh sakit lubang pantatku sekarang, tapi kenapa saat Daddy mengisinya dengan tongkat pipis rasanya sangat baik? Aku penasaran, apa harus, lubang pantatku di isi dengannya terus.
"Kana, kau sedang apa, sayang? Kita sedang di jalan," ucap Daddy menoleh padaku ketika aku meremaskan tanganku pada tongkat pipis Daddy yang terkurung di dalam celananya.
"Tidak boleh ya? Aku hanya mau memegangnya saja."
"Boleh, tapi liat, dia bangun sekarang, kepala Daddy jadi sakit."