Beruntun

28 3 1
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡











Rui gak tahu ada dimana, tapi lama-kelamaan alas yang dipijaknya jatuh dan menghilang. Takut ikut terjerembab, tangan Rui mencoba cari pegangan.

Tapi saat dilihat, kedua tangannya terikat oleh sebuah tambang besar. Setelah sadar, Rui baru ngeuh kalo tubuhnya menggantung bebas.

Ada satu tiang besi tempat tali yang menggantunya itu terikat, hanya tidak ada hal lain selain tiang itu.

Ditengah rasa bingung, Rui menyipit karena sebuah cahaya yang begitu menyilaukan.

Setelah dirasa redup, Rui membuka matanya dan dia bisa melihat sosok yang bisa dimintai tolong.

"Paa.. Tolong Rui paa !!"

Berhasil, papanya melihat kearah dia. Tatapannya kaget dan panik, tapi Rui gak bisa denger papa nya ngomong apa.

Yang telinga Rui dengar hanya suaranya sendiri, tidak ada suara lain.

"Papa... Tolong Rui paaa."

Rui bisa liat papanya berjalan, dia sudah sangat senang saat melihat lelaki dewasa itu mendekati nya tapi tak lama, senyum Rui hilang.

Papanya tidak berhenti didepan dia, Rui gak tahu papanya pergi kemana. Seketika rasa panik dan takut langsung menyerbu, Rui merasakan pergelangan tangan nya semakin sakit.

"NU AING."

Rui melotot, dia tahu ini suara punya siapa. Makhluk besar yang pernah dia mimpikan, Rui menggeleng hebat. Berharap dia terbangun jika memang ini mimpinya, tapi sayang... Bukannya bangun, Rui malah terjatuh.

Rasanya jantung Rui terhenti, dia ingin berteriak tapi tak bisa dan tubuhnya seolah jatuh kedalam lubang yang tanpa dasar.

Rui takut, tidak ada suara apapun yang membangunkan nya. Sekuat tenaga, hatinya dia paksa untuk terus memanggil nama papa dan mamanya.

---

"Rui, meninggal."

Tubuh Mark masih membantu, pikiran nya kosong dan telinga dia seolah ditutup.

"AAAAAAAAARRRRRRGGGGGG HAAAAAAAAA."

Mark langsung sadar, dia memberikan ponsel Jeno secara asal dan langsung memburu tubuh suaminya yang sudah meraung tak terima.

"BILANG, BILANG KALO SEMUANYA BOHONG KAK !! TOLONG BILANG KALO INI HANYA MIMPI, TOLONG KAK." Jerit Haechan, Mark memeluk kuat tubuh yang bergetar hebat itu.

"Tolong bantu saya pindahkan Chenle untuk menjalani perawatan di Jakarta !!"

"Tapi pak...."

"Saya mohon."

Jeno ngangguk. "Baik, saya akan usahakan perawatan nya dipindah hari ini juga."

Dibalik Cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang