Tamat

48 4 1
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡








!! WARNING !!

Mengandung tindakan yang tidak patut dicontoh (bunduh dirhi), pokoknya ini bisa dibilang ngeri. Mau baca atau enggak itu hak kalian, saya hanya memberikan peringatan.







Sudah seminggu, tapi bagi Haechan waktu tidak pernah bergulir lagi. Setiap harinya hanya mengulang kenangan yang semakin lama, semakin menggerogoti kewarasan nya.

Untuk beberapa hari lalu, dua keluarga mereka memilih menginap terlebih dahulu. Tapi sekarang, kembali hanya Mark dan Haechan dirumah yang terlihat suram itu.

Mark sudah kembali normal itupun dipaksa karena Haechan membutuhkan sosok penguat, belum lagi hari ini buku Mark akan dikeluarkan.

Haechan tidak pernah bersuara lagi, selain isakan dan gumaman, Mark tidak pernah mendengar Haechan berucap hal lain.

Hampir semua foto dirumah itu diturunkan, apalagi foto anak-anak mereka. Karena saat menatap nya, selalu ada luka yang semakin dalam.

"Haechan, makan dulu yah !!" Bujuk Mark, karena Haechan tidak mau mengunyah jadinya dia makan bubur cair.

Tubuh Haechan semakin ringkih, tulang pipinya seolah siap menyeruak dibalik kulit wajah. Tapi Mark selalu berusaha agar Haechan sehat, setidaknya mereka bersama sampai waktu menyuruh untuk menyerah.

"Nanti aku harus keluar dulu, mama juga paling sampe sini sore tapi aku usahain pulang cepet. Gakpapa kan? Maafyah ninggalin kamu." Ujar Mark sembari memasukan suntikan kedalam mulut Haechan.

Iya, sudah bukan pakai sendok tapi Haechan memakai suntikan besar tanpa jarum yang digunakan untuk membantunya makan.

"Nanti aku bawakan buah-buahan kesukaan mu, kamu tidur saja yah !!" Titah Mark.

Karena tubuh yang semakin lemah, Haechan jadi susah untuk bergerak dan berjalan. Layaknya manusia yang sudah dimakan usia, Haechan sudah menyerupai lansia.

Padahal, umur nya belum setua itu. Teman-teman Haechan juga merasa kaget dengan perubahan fisik lelaki yang dulu sangat ceria, tapi mereka berusaha memaklumi.

"Haechan, aku simpan handphone didekat bantal yah. Kalo butuh sesuatu, langsung telepon aku !!" Ujar Mark, dia tengah merapihkan alas makan Haechan.

Membantu suaminya kembali berbaring, Mark langsung membenahi penampilan nya.

"Sayang, aku pamit yah. Hanya sebentar, aku akan pulang cepat." Manik Haechan membulat, tapi Mark tidak menyadari itu.

Mark mengecup kening dan bibir kering suaminya, mengusak rambut yang mulai menipis itu sebelum pergi.

"Aku sangat mencintaimu, tunggu aku pulang yah !!" Seru Mark, sebelum menutup pintu kamar.

Setelah nya hening, tapi bukan hening ini yang Haechan pinta. Setiap sudut penglihatan nya, Haechan merasa kamarnya penuh dan sesak.

Dibalik Cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang