Puncak

27 3 0
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡









Haechan kembali mengerjap, entah sudah berapa kali dia harus merasakan tidak sadarkan diri. Tapi tetap saja, setiap membuka mata, tatapannya disambut hal-hal yang tidak ingin dia terima.

Didepannya, dua peti berisikan tubuh kaku kedua anaknya. Haechan kembali menggeleng kuat, meminta agar semua yang dia lihat ini bukan kenyataan.

"Haechan... Haechan, tenang Chan !!" Ujar Jaemin, dia dan keluarganya ikut membantu di rumah duka.

Walaupun suami Jaemin harus menahan sakit disatu tangannya, tapi tetap ikut menemani sang putra yang ikut melepaskan pemilik cinta pertama nya.

"Enggak, tolong bilang kalo ini hanya mimpi !! Bangunkan aku Jaem, tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini !!" Jerit Haechan.

Entah harus sekuat apa Jaemin menahan tangisnya, tapi selalu gagal. Dadanya ikut sesak, kewarasannya pun ikut meminta jika ini bukan hal nyata.

Apalagi sedari pagi Jaemin memperhatikan putra nya yang terlihat tak memiliki sukma, hanya raga dan jiwa yang hampa.

"Maaf pak, peti akan segera ditutup." Mark mengangguk.

"Tunggu sebentar !!" Ujar Mark.

Dusta jika lelaki itu sudah ikhlas, bahkan beberapa kali Mark terlihat diambang tak waras.

Tatapan sendu dengan raut tak rela terus dia suguhkan pada dua peti itu, sesekali terkekeh pahit karena menertawakan hidupnya yang bahkan tidak pernah dia bayangkan akan sekacau ini.

Mark menghampiri Haechan, mengusap rambut lepek nya serta air mata yang sudah bercampur dengan keringat.

"Sayang, peti anak-anak akan ditutup, ayo kita lihat mereka untuk yang terakhir !!" Mark membopong tubuh Haechan, dibantu Jaemin.

Tak lagi sanggup melangkah, Haechan bahkan membiarkan kakinya terseret.

Sekarang kedua orangtua itu sekuat mungkin berdiri, mereka memberikan salam perpisahan didalam hati masing-masing.

Selagi asik berbisik untuk dua jasad anaknya, Mark menjadi lengah.

"ENGGAK ENGGAK... JANGAN AMBIL MEREKA, AKU SAJA TUHAN !! GANTIKAN TEMPAT MEREKA DENGAN KU TUHAN, AKU MOHON."

Jaemin dibantu Mark menahan tubuh Haechan yang hampir menyentuh pinggiran peti yang sudah diolesi perekat, tubuh Haechan kembali meluruh dengan kesadaran yang ikut terenggut.

"Bawa kebelakang sayang !!" Titah mama mertua Mark.

Haechan kembali diamankan, sekarang posisi Jaemin digantikan oleh kakek, nenek dan sanak saudara yang ingin melihat wajah kedua jasad untuk terakhir kalinya.

"Apa akan langsung dimakamkan Mark?" Tanya ayahnya.

Mark mengangguk. "Kita harus melakukan secepatnya, kondisi Chenle tidak bisa di simpan terlalu lama."

Dibalik Cerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang