13. Unstable

487 117 121
                                    

Maaf Jika ada typo, revisi terus berjalan.

***


Seakan kehausan, Luna melumat bibir cantik itu berkali-kali oleh sentuhan bibirnya yang lembut, dua tangan Luna mengelus penuh sayang di pipi Lota Melia tersayang.

"Lota..." bisik pelan Luna di sela ciumannya.

Dan tentulah si wanita Amerika pun tenggelam, bola matanya mengatup, sekujur tubuhnya lemas, ia menikmati ciuman Luna Jenna dengan hati yang berdebar.

"Ini nyata? Luna menciumku. Ya, ini nyata!" curah hati Lota yang sejatinya tak menyangka hal tersebut benar-benar terjadi, si wanita Amerika gemetaran, ia meresapinya dalam-dalam.

Maka pagutan indah itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama, namun... selanjutnya Luna yang tiba-tiba berhenti, ia menyudahinya dan melepaskan ciuman mereka dengan pelan.

"What have we done, Lota?" ucap tanya Luna seraya agak mengernyitkan alisnya, ia seperti menjadi merasa bingung di sana.

Lota Melia pun membuka mata, ia terdiam dan menatap sayu kepada Luna. "You Love Me, Luna. I know you love me..." curah Lota yakin bahwa wanita di sampingnya juga mencintainya, namun hati Lota tetap merasa was-was dan khawatir jika perhatikan ekspresi Luna yang seperti itu.

Luna menggelengkan wajahnya aneh. "Benarkah?? Tapi ini salah Lota. Kita gak mungkin saling jatuh cinta." ungkapan yang amat mengecewakan di hati Lota.

Kedua insan kembali saling bertatapan, Lota menegun benar-benar menegun, Luna Jenna menolak perasaannya secara langsung di depan mata, dan Lota kembali mengurai air di upuknya.

"Aku yakin Luna, aku hanya yakin... This is Love." tak mampu menatap kembali, Lota pun bergerak ingin berbalik badan memunggungi Luna untuk sembunyikan perasaan kecewanya, namun Luna menahan tubuh Lota, bahkan ia segera mengusap air di kedua kelopak mata Lota.

"Jangan nangis..." lontar Luna Jenna yang bingung. "Aku, aku... tak yakin Lota. Maksudku, hubungan ini nggak mungkin bisa terjalin mudah di negara ini, kamu juga tau kan Lota?" ia menahan tubuh kecewa itu dan Luna memeluknya dengan erat.

Maka Lota Melia menatapnya lagi. "Okay, so, let's go. Ayo pergi dari negara ini. Kita pergi ke Amerika saja dan wujudkan hubungan ini dengan mudah di sana Luna." Lota bercurah penuh harap. "Mari ikut denganku Luna..." dan jemari itu membelai lembut di kepala sang polisi.

Luna Jenna kini yang menegun. Menatapi tiap lekuk di paras si wanita cantik yang menangis hati Luna ikut terharu, namun bibirnya kelu, tak mungkin menjawab iya ataupun tidak kepada Lota, ia menunduk di rebahannya.

"I'm waiting for your answer." Lota mengangkat wajah Luna agar kembali menatap kepadanya.

"Lota. Tugasku di sini masih banyak. Aku tak mungkin meninggalkan sumpahku untuk negara ini. Hubungan kita ini tidak mungkin Lota." kembali, jawaban Luna adalah mengecewakan diterima oleh perasaan Lota.

Bergerak ingin bangun dan turun dari ranjang tapi tangan kiri Luna mengait di lengan Lota menahannya.

Kornea coklat itu menitikkan air lagi dan lagi seraya ingin melepas dari Luna. "Lepas. Tak ada gunanya aku di sini" sentak pelan Lota tanpa melihat lagi kepada Luna.

"Kasih aku waktu Lota. Yah?" melas Luna yang bingung, ia takut salah bicara lagi. "Jangan tinggalin aku, ayo naik lagi Sayang..." panggilan kata 'sayang' adalah luluh bagi hati Lota, ia mengangguk dan perlahan naik lagi ke atas ranjang itu, mereka berpelukan kembali. "Ini terlalu cepat. Beri aku waktu untuk berpikir, ini tidak mudah Lota. Tapi aku mohon, tetap peluk aku seperti ini Sayang..."

LUNA & LOTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang